Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Asmara Cipaniis Menanti Sentuhan

Kompas.com - 26/03/2014, 16:48 WIB
ROFIK (29) dan Vivi (22) duduk di tepi Sungai Cipaniis di Kawasan Wisata Paniis Singkup, Desa Paniis, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mata dua sejoli itu sama-sama tertuju pada aliran air Cipaniis yang bening dan bergejolak menerobos bebatuan, Rabu (5/3/2014) siang.

Untuk sampai ke lokasi wisata tersebut, mereka menempuh perjalanan dari Kota Cirebon selama hampir satu jam. Jarak Kota Cirebon dengan Paniis sekitar 60 kilometer, melintasi jalan kampung yang naik-turun dan sebagian rusak. Di kanan-kiri jalan terdapat kebun salak milik warga.

Minimnya papan penunjuk menuju lokasi wisata itu tak menjadi penghalang bagi Rofik dan Vivi untuk menemukan air Cipaniis yang konon bertuah. Warga Paniis dan sekitarnya percaya bahwa air sungai itu bisa membawa berkah jodoh bagi pasangan muda-mudi yang mandi atau meminum air tersebut.

”Enaknya di sini itu airnya segar dan hawanya dingin. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari kota,” ujar Vivi yang asal Palimanan, Cirebon.

Suasana sejuk segera menyapa ketika memasuki kawasan wisata alam tersebut. Pohon-pohon pinus tegak berdiri, menghalau panas yang beberapa menit sebelumnya masih terasa.

Kawasan itu dulunya berada di wilayah hutan produksi Perhutani. Sejak 2011, kawasan itu dikelola oleh Taman Nasional Gunung Ciremai bekerja sama dengan Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU), badan usaha milik daerah Kabupaten Kuningan yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, dan pariwisata.

Sungai Cipaniis bagi warga Paniis merupakan sumber kehidupan. Warga memanfaatkan air sungai untuk air minum dan irigasi pertanian. Sayangnya, sebagian warga sering kali mencuci pakaian di sungai itu, seperti dilakukan Pendi (52), warga Desa Paniis, Rabu siang itu. Buih-buih sabun cuci pun mengurangi keasrian sungai.

Nana Nurana (40), anggota staf di Kawasan Wisata Alam Paniis Singkup, mengatakan, air sungai itu merupakan bagian penting dari tahapan kehidupan warga. ”Kalau mau ada hajatan, misalkan pernikahan, atau ada bayi lahir, biasanya warga mengambil air dari sini. Mereka yang datang mengambil air di sini tidak hanya dari Kuningan, tetapi juga Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Mereka percaya air dari sungai ini memiliki tuah kebaikan,” ujar dia. Air Cipaniis juga dipercaya bisa cepat mendatangkan jodoh dan menghilangkan penyakit.

Sumber air Cipaniis juga vital bagi warga Kota Cirebon. ”Tahun 1982, sumber air Paniis bagi Kota Cirebon ini disebut sebagai sumur air terbesar se-Asia Tenggara. Setelah dikumpulkan, air lalu dialirkan melalui pipa-pipa PDAM menuju bak-bak kontrol, antara lain di Plangon, sebelum dialirkan ke pusat penampungan air PDAM Cirebon di Jalan Tuparev,” ujar Nana.

Di kawasan wisata, dibangun juga sebuah bak penampung air PDAM Cirebon, sekitar 200 meter dari pintu masuk. Di bagian belakang, sekitar 500 meter dari pintu masuk, juga ada bak penampungan air yang dibangun sejak zaman Belanda. Dahulu, bangunan itu digunakan untuk menampung pasokan air bagi warga di wilayah Karesidenan Cirebon. Kompleks bangunan bercat putih itu masih dimanfaatkan.

”Waktu kecil, saya ingat di atas atap bak penampung yang lama itu keluar air juga yang sangat deras,” kata Itih (42), pedagang makanan ringan di kawasan wisata itu.

Di kawasan Paniis Singkup tersebut juga ada bumi perkemahan seluas sekitar 2 hektar. Bumi perkemahan itu berada pada dataran yang lebih tinggi. Anak sekolah dari tingkat SD hingga SMA sering berkemah di bumi perkemahan Paniis Singkup. Daya tampungnya mencapai 1.000 siswa. Namun, fasilitas perkemahan perlu ditingkatkan.

”Belum ada tenda yang disediakan pengelola,” ujar Nana.

Ditingkatkan

Rani Fitriani, Kepala Bagian Operasional dan Pengembangan Usaha PDAU Kuningan, mengatakan, Paniis Singkup merupakan salah satu tempat wisata yang diprioritaskan untuk ditingkatkan daya dukungnya. ”Promosi juga masih kurang. Dalam waktu dekat, kami ingin menambah barak untuk kemah anak-anak sekolah,” kata dia.

Pada musim liburan dan Lebaran, kawasan wisata ini paling banyak dikunjungi 200 orang. Jumlah kunjungan ini sebenarnya bisa ditingkatkan lagi mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini.

”Daya tarik utamanya ialah pada Sungai Cipaniis. Itu hal yang sedang kami pikirkan, misalnya dengan menambahi fasilitas penunjang wisata air. Penataan kawasan perlu dilakukan, yakni merapikan jalur pejalan kaki dan warung-warung di sana. Harapannya, daerah itu lebih bersih dan tertata. Kami juga memikirkan untuk membangun tempat bermain anak-anak,” tutur Rani.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan Teddy Suminar bahkan sedang membuat konsep pariwisata Pasawahan terpadu dengan konsep ziarah dan sejarah. Ini karena di wilayah Kecamatan Pasawahan dan sekitarnya terdapat beberapa obyek wisata yang bisa dikelola dalam satu tema besar, antara lain wisata air Telaga Remis dan wisata prasejarah (megalitik) di Cibuntu.

”Usulan itu masih dibahas di tingkat provinsi. Selain wisata alam, kami juga akan mengemas agrowisata, yakni dengan menampilkan kebun-kebun buah milik warga. Di Pasawahan banyak kebun salak warga yang bisa dikemas menjadi kawasan agrowisata,” ujar Teddy. (RINI KUSTIASIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com