Salah satu restoran terkenal ala Mongolia yang menyediakan jingisukan adalah Kirin Beer Garden di pusat kota Sapporo, Pulau Hokkaido, Jepang. Kami, lima wartawan Indonesia yang diundang Japan Tourism Agency, Japan National Tourism Organization, dan difasilitasi maskapai ANA untuk berkunjung ke Hokkaido, bergerak ke restoran itu lepas petang, Februari lalu.
Salju selembut kapas turun di jantung kota Sapporo, Hokkaido, dan membenamkan setitik dingin di kulit tangan yang tidak berbalut sarung. Salju yang mengeras membuat aspal jadi licin. Kami harus berjalan pelan dan hati-hati agar tidak terpeleset.
Setelah berjalan dua-tiga blok, kami tiba di Kirin Beer. Di lobi restoran, beberapa tamu yang baru datang sibuk membersihkan butiran salju dari jaket mereka. Setelah itu, mereka menunggu pelayan yang akan membimbing menuju meja makan.
Sekitar 30 menit menunggu, seorang pelayan mempersilakan kami masuk ke ruang makan yang sekilas mirip tenda super besar. Ruangan itu berbentuk bulat dengan langit-langit berbentuk kubah. Di bawah kubah itulah, ”pesta” daging panggang berlangsung.
Ratusan tamu restoran masing-masing sibuk memanggang irisan daging domba, sapi, dan daging lainnya di atas lempeng panggangan yang menempel di meja. Bunyi mendesis dari daging yang terbakar, terdengar bersahut-sahutan. Asap putih yang mengepul dari panggangan itu, menebar aroma gurih ke penjuru ruangan.
Kami mendapat meja makan di tepi ruangan. Dua pelayan memanaskan lempeng panggang dengan permukaan melengkung yang ada di atas meja. Dia meletakkan sepotong besar lemak domba yang beku. ”Jika lemaknya sudah mencair, Anda bisa memanggang daging dan sayuran di sini,” ujar pelayan.
Ketika lemak domba meleleh, kami meletakkan beberapa iris daging domba yang telah dicelup ke kecap asin di pemanggang. Aroma harum yang menggugah selera segera menyeruak membentuk asap putih. Kami pun menyatu dan menjadi bagian dari tamu-tamu Kirin yang tengah ”pesta daging”.
Potongan-potongan daging domba yang sudah matang, dengan cepat masuk ke mulut. Di setiap gigitan, lemak daging domba yang masih lumer seolah terperas semua dan meninggalkan jejak gurih di lidah. Jejak aroma daging domba yang tajam, terasa sangat tegas. Meski sama tegasnya dengan aroma daging domba Indonesia, namun sensasinya tidak bisa saling dibandingkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.