Kaum muda yang datang ke restoran tak melulu mau makan surabi. Andi, siswa SMA Lab School Kebayoran, misalnya, menjadikan surabi sebagai makanan penutup.
”Kurang nendang di perut saya kalau enggak makan nasi dulu,” tutur dia sambil mengunyah surabi rasa cokelat dan keju.
Ramai
Di Jakarta dan sekitarnya, penjual surabi ada di sejumlah tempat. Salah satunya adalah Surabi Habibi di Jalan Mencong Raya, Ciledug, Kota Tangerang. Warung itu setiap sore sampai malam ramai pembeli. Papan nama Surabi Habibi terpampang besar di depan warung. Papan nama itu menarik mata pengguna jalan yang melintas.
Tak heran walau tempatnya kecil dan orang relatif sulit mendapat tempat parkir, konsumen tak kecewa jika mencicipi produknya. Surabi aneka rasa, mulai rasa asli dengan kuah kinca (gula aren), cokelat durian dan keju atau telur, sampai oncom plus campuran mayones dan cabai yang agak pedas pun ada.
Sensasi rasa surabi yang lembut dicampur telur dan oncom yang gurih, plus rasa pedas campuran mayones-cabai, membuat lidah kita bergoyang. Mifta, mahasiswa perguruan swasta di Jakarta, mengakuinya.
”Sejak pertama merasakan surabi di sini, saya ketagihan. Surabinya empuk, gurih, dan murah,” ucap Mifta yang hampir setiap akhir pekan makan di warung ini.
Gito, Manajer Surabi Habibi, mengatakan, pihaknya terus berupaya menjaga kualitas makanan. ”Dulu kami memakai arang, tetapi karena tempat ini kecil, debu arang terbang ke dalam dan mengganggu konsumen. Kami lalu memakai gas, tetapi rasanya tidak beda jauh.”
Pelajar dan mahasiswa menjadi sasaran utama Surabi Habibi. Itu sebabnya, pihak manajemen menjual surabi dengan harga relatif terjangkau, Rp 7.000-Rp 15.000 untuk topping cokelat-keju-durian.
”Setiap akhir pekan kami menambah adonan surabi sampai sekitar dua kali lipat dari hari biasa. Ini karena pembeli terus datang,” kata Gito tentang warung yang berdiri tahun 2013 ini.
Baik surabi HNH maupun Habibi berusaha menyajikan penganan sehat untuk konsumen. Misalnya untuk bahan topping, baik Rio maupun Gito mengaku memilih bahan asli, bukan pewarna atau perasa buatan. Misalnya untuk surabi rasa durian, yang mereka gunakan adalah buah durian, bukan perasa durian. (Soelastri Soekirno)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.