Matahari sudah meninggi hampir di ubun-ubun ketika kami tiba di Pasar Lama, awal April lalu. Pasar masih padat dan semarak oleh para pedagang di balik deretan lapak-lapak kayu. Pasar yang usianya sudah cukup tua ini memang pasar tradisional yang menjual aneka kebutuhan. Mulai dari bahan pangan segar, seperti sayuran, daging, dan ikan, hingga berbagai pakaian, seperti pakaian dalam yang berwarna-warni.
Pasar Lama ini menandai perkembangan kawasan Benteng menjadi pusat perdagangan di era VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) berkuasa pada tahun 1740-an. Kini pasar ini bisa menjadi alternatif oase bagi penggemar makanan. Di sini Anda bisa menemukan bacang, kwetiau, laksa, gado-gado, siomay, taoge goreng, bubur ayam, soto mi, mi kocok, kue cubit, dan kue odading nan lezat. Meskipun jenis masakan sebagian besar cukup umum, masakan-masakan itu disajikan dengan kualitas bahan yang baik dan terkesan sungguh-sungguh.
Siang itu kami memulai petualangan kuliner dengan mencicipi asinan sayur dan buah Cik Lan Jin. Tempat jualannya hanya sebuah etalase sederhana dari kayu yang dipenuhi baskom besar berisi buah dan sayur-mayur.
”Pelanggan saya banyak, terutama pengunjung Klenteng Boen Tek Bio,” ujarnya.
Mari kita bergeser ke wilayah dekat klenteng tua dari tahun 1684, Boen Tek Bio, yang terletak di batas antara pasar dan permukiman. Di dekat klenteng ada sejumlah pedagang makanan lezat yang wajib disinggahi. Salah seorang di antaranya Sitar (44) yang setiap hari menjajakan laksa benteng di gerobaknya yang mungil. Sepiring laksa racikan Sitar berisi lontong, bihun, telur atau ayam, kucai, taoge, dan kacang hijau yang disiram dengan kuah mirip kari berwarna kuning keemasan.
Kuah laksa benteng berbeda dengan kuah laksa bogor yang umumnya berwarna cerah. Cita rasanya juga agak berbeda. Laksa bogor yang kesohor itu cenderung menonjolkan rasa gurih dan asin, sedangkan laksa benteng cenderung gurih manis.
Ciri khas laksa benteng adalah ukuran bihun yang jauh lebih besar daripada ukuran bihun pada umumnya. Kira-kira besarnya sebanding dengan mi kuning. Selain itu, kuahnya juga mengandung parutan kelapa gongseng yang memicu rasa kuah yang masir.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.