Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Jejak Sejarah Kampung Tionghoa di Terengganu

Kompas.com - 23/04/2014, 09:57 WIB
Ary Wibowo

Penulis

TERENGGANU, KOMPAS.com - Bicara soal sejarah perkembangan kota Terengganu, Malaysia, tidak bisa terlepaskan dari peranan para pedagang asal Tiongkok. Bukti sejarah mengenai hal tersebut dapat dilihat dari munculnya perkampungan Tionghoa yang terletak di Jalan Bandar, Kuala Terengganu.

Menurut catatan sejarah, Kampung Tionghoa awalnya merupakan tempat perkumpulan orang-orang Tiongkok yang singgah ke Terengganu pada abad ke-18. Ketika itu, mereka kerap melakukan interaksi dengan beberapa pelayar dari Semenanjung Malaka untuk melakukan proses perdagangan.

Salah satu pelayar asal Malaka, Abdullah Abdul Kadir Munshi, sempat menyebut perkembangan kaum Tionghoa di Terengganu sangat cepat. Bahkan, pada abad ke-19, dia menyebut kaum Tionghoa sudah berkomunikasi sepenuhnya dengan bahasa Melayu Terengganu.

Perkembangan itu menjadikan Kuala Terengganu sebagai salah satu pusat perdagangan penting di Asia Tenggara. Maznah Mohamad dalam karyanya berjudul The Malay Handloom Weavers: A Study of the Rise and Decline of Traditional Manufacture menyebut kopra, ikan kering, sutra dan kapas komoditi utama proses perdagangan di Terengganu.

Ketika itu, sutra asal Tiongkok menjadi incaran bagi sejumlah pedagang Eropa karena harganya yang relatif murah. Disinilah kaum Tionghoa di Terengganu berperan dalam proses perdagangan. Akan tetapi, seiring berkembangnya proses dagang di Selat Malaka, interaksi dagang di Terengganu pun merosot tajam.

Bangunan Tua

Kini sisa-sisa masa keemasan Terengganu masih terpampang jelas di Kampung Tionghoa. Bangunan-bangunan tua tradisional Tionghoa masih berjejer di jalan yang tepat berada di sisi sungai Terengganu tersebut.

KOMPAS.COM/ARY WIBOWO Kampung Tionghoa yang terletak di Jalan Bandar, Kuala Terengganu, Malaysia.
Kompas.com beserta para peserta Terengganu International Squid Jigging Festival 2014 berkesempatan mengunjungi Kampung Tionghoa. Meski ketika kami tiba terik matahari sangat menyengat kulit, keindahan warna-warni bangunan tradisional Kampung Tionghoa membuat hal itu terpinggirkan.

Pada 1998, Kampung Tionghoa masuk ke dalam daftar situs sejarah yang mendapat bantuan dari World Monument Fund (WMF). Pemerintah Malaysia pun akhirnya menjadikan daerah tersebut sebagai salah satu tempat wisata sejarah di Terengganu pada 2008.

Menyusuri Kampung Tionghoa, Anda akan melihat beberapa bangunan tua yang kini telah bertranformasi menjadi toko obat, restoran atau cendera mata khusus bagi para pelancong yang datang. Selain dihiasi dengan cat warna-warni, di sepanjang jalan juga tetap diberikan lampion-lampion agar menambah estetika tradisional daerah tersebut.

Tan Jung Leong, pemandu perjalanan kami sepanjang festival squid jigging, mengungkapkan bahwa Kampung Tionghoa adalah tempat kelahirannya. Ia mengaku, kakeknya kali pertama menginjakkan kaki di Terengganu dengan bermukim di daerah Bukit Rakit sebelum hijrah ke Jalan Bandar.

"Saya ingat ibu saya pernah mengatakan bahwa tempat ini (Kampung Tionghoa) dulunya seperti hutan. Tidak banyak catatan sejarah karena dulu kaum Tionghoa datang ke sini hanya untuk mencari uang dan setelah itu mereka kembali ke negeri asal," ungkap pria yang biasa disebut Uncle Tan itu.

Kuil Ho Ann Kiong

Di salah satu sudut Kampung Tionghoa terdapat Kuil Ho Ann Kiong yang disebut merupakan bangunan tertua. Menurut Tan, kuil tersebut pertama kali dibangun pada 1801 di Kampung Tionghoa dan menjadi tempat berkumpul untuk berdoa bagi suku Hokkien dan Hainan.

KOMPAS.com / Ary Wibowo Kuil Ho Ann Kiong yang terletak di Kampung Tionghoa di Kuala Terengganu, Malaysia.
Bangunan kulit Ho Ann Kiong, menurut Tan, memang tidak sama lagi seperti ketika kali pertama dibangun di Kampung Tionghoa. Hal itu tidak lain karena kuil tersebut sempat mengalami kebakaran pada 22 Februari 2010 sehingga hampir seluruh struktur bangunan hangus. Hingga kini belum diketahui penyebab pasti kebakaran tersebut.

"Orang-orang di sini meyakini (kebakaran) itu merupakan pesan dari para dewa agar bangunan lama kuil ini diganti. Kuil ini sangat ramai ketika Tahun Baru China dan saat memeringati ulang tahun dewi laut, Ma Zu," katanya.

Pasar Payang

Di bagian ujung jalan Kampung Tionghoa terdapat pasar tradisional yang disebut Pasar Payang. Laiknya pasar tradisional di Indonesia, pada tempat itu juga dijual bermacam makanan serta kerajinan tangan tradisional khas Terengganu.Ini adalah salah satu pasar yang banyak diminati pelancong jika berkunjung ke Terengganu.

Pasar payang adalah salah satu tempat bersejarah bagi perdagangan di Terengganu. Kabarnya, setiap kapal yang masuk melalui Sungai Terengganu akan mengunjungi pasar ini untuk melakukan proses jual beli dengan penduduk lokal ataupun Tionghoa. Pemberian nama Payang sendiri mengacu kepada perah-perahu payang (nelayan jaring-tarik) yang ingin memasarkan hasil tangkapan mereka di pasar.

Pasar ini terdiri dari dua bangunan. Di bagian bawah para pedagang menjajakan makanan tradisional seperti keropok lekor dan kering, dodol daun palas, buah, sayuran serta ikan-ikan segar. Sementara itu, di bagian atas para pedagang biasanya menjual kerajinan tangan serta batik atau songket khas Terengganu dengan harga berkisar 80 hingga 200 ringgit Malaysia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com