Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krueng Aceh Jangan Disia-siakan

Kompas.com - 27/04/2014, 15:41 WIB
TALI senar berumpan udang dari joran dilempar Bahrul (30). Belum lima menit, tali itu sudah meliuk-liuk. Bahrul lekas menarik joran dan ikan bulan-bulan sepanjang 60 sentimeter didapat.

Tak terasa Bahrul telah mendapatkan 55 ikan bulan-bulan dari empat jam memancing di Krueng (Sungai) Aceh yang melintasi Kota Banda Aceh. ”Di Krueng Aceh, kalau air pasang pasti banyak ikan. Paling banyak ikan bulan-bulan yang sejenis ikan bandeng,” ujar warga asli Banda Aceh itu saat saat ditemui awal Februari lalu.

Krueng Aceh adalah salah satu sungai terbesar di Aceh. Sungai sepanjang 145 kilometer itu mengalir dari hulu di Cot Seukek, Aceh Besar, ke hilir di Gampong (Kampung) Nelayan Lampulo, Banda Aceh.

Kelestarian lingkungan sungai ini masih terjaga. Setidaknya hal itu tampak pada lebih kurang 10 kilometer aliran Krueng Aceh di Banda Aceh. Air sungai masih bersih dengan warna hijau kebiruan. Ikan pun masih banyak. Itu yang membuat pemancing berdatangan saat air pasang.

Bahkan, sejumlah warga, salah satunya Bahrul, menjadikan memancing sebagai kegiatan sampingan. Sehari-hari Bahrul bekerja sebagai pedagang jus, tetapi pekerjaan itu ditinggalkan ketika Krueng Aceh pasang.

Ia mengatakan paling sering mendapatkan ikan bulan-bulan. Ikan itu dijual seharga Rp 5.000 per ekor. ”Sekali memancing paling sedikit dapat 30 ikan bulan-bulan. Lumayan bisa menambah penghasilan,” ujarnya.

Bagi warga, memancing di Krueng Aceh bisa menjadi pelepas penat. Juanda Arjuna (34), contohnya. Pria pegawai negeri sipil ini sering meluangkan waktu untuk memancing di sungai itu selepas bekerja. ”Di sini, ikan masih banyak. Ketika dapat rasanya lega, stres hilang,” ucapnya.

Warga pun menjadikan Krueng Aceh sebagai tempat rekreasi. Sore adalah waktu terbaik para keluarga berkumpul di pinggiran sungai. Mereka bercengkerama sembari makan rujak buah dari pedagang keliling.

Kondisi itu sangat didukung suasana sungai yang masih asri. Di pinggiran sungai masih ada tanah lapang selebar 5-10 meter yang ditumbuhi pepohonan rimbun, semisal pinus.

Krueng Aceh mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang aktivitas warga Banda Aceh. Banyak warga yang memanfaatkan air sungai untuk mandi dan mencuci pakaian. Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Daroy Banda Aceh menjadikan air sungai itu sebagai sumber air baku.

Di muaranya, Krueng Aceh menjadi tempat kapal-kapal nelayan bersandar. Aktivitas kehidupan masyarakat di muara sungai telah berlangsung lama. Tercatat Gampong Pande di sisi barat muara sungai itu dibangun Sultan Alaidin Johansyah pada 22 April 1205. Permukiman ini diyakini menjadi cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam dan Banda Aceh sekarang.

Belum maksimal

Warga berharap pemerintah setempat bisa memaksimalkan dan melestarikan Krueng Aceh. Sungai ini belum dikelola dengan baik. Belum ada fasilitas memadai yang membuat warga nyaman menikmati sungai itu, semisal jalur khusus pedestrian, tempat duduk, dan pondokan.

Di beberapa sudut sungai, warga harus duduk lesehan di sembarang tempat. Wadah sampah pun tak banyak sehingga warga masih membuang sampah sembarangan di pinggiran sungai atau ke sungai.

Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Rere Meiliza (21), berpendapat, pemerintah patut berkaca pada Malaysia yang cerdik menggarap tempat wisata sekalipun tak terlalu istimewa. ”Di sini, Krueng Aceh bersih dan asri. Itu modal untuk mengembangkan sektor pariwisata Aceh dan Banda Aceh,” kata warga asal Kota Langsa ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com