Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis Keluhkan Pungutan di Bunaken

Kompas.com - 05/05/2014, 08:07 WIB
MANADO, KOMPAS — Turis asing mengeluhkan berbagai pungutan biaya saat berwisata ke Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Selain membayar retribusi masuk ke Bunaken Rp 200.000 per orang, mereka juga diwajibkan membayar biaya ke asosiasi perahu motor Rp 50.000 per orang.

H Loprang, pelaku wisata di Manado, Kamis (1/5/2014), mengungkap, dua turis asing kaget ketika diminta uang Rp 150.000 oleh seorang petugas yang mengaku dari asosiasi perahu. Saat itu, mereka berada di atas perahu motor.

”Kebetulan kami bertiga di atas perahu. Saat itu, saya mengantar teman dari Jerman. Teman saya geleng-geleng kepala karena merasa ditipu. Padahal, kami sudah membayar uang sewa perahu Rp 750.000 pergi-pulang,” kata Loprang.

Menurut Loprang, saat dia menyatakan tidak akan memberikan uang yang diminta, petugas itu mengancam tidak akan memberangkatkan perahu motor. Loprang melihat beberapa turis asing yang berada di perahu motor lain juga dikutip jasa dari asosiasi perahu motor.

Berdasarkan pemantauan di pangkalan perahu motor di kompleks Pelabuhan Manado, kemarin, kutipan uang Rp 50.000 dari asosiasi masih terjadi untuk turis asing dan sejumlah turis domestik dari luar Manado.

Petugas dari asosiasi perahu motor yang tidak mau menyebut namanya mengatakan, kutipan uang Rp 50.000 per orang untuk organisasi. Uang dikumpulkan untuk membantu para pembawa perahu jika sakit atau dilanda duka. ”Anggota kami hampir 100 orang, siapa yang memperhatikan mereka,” kata dia.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Manado Hendrik Waroka dan Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara Supriadi Ruru menyatakan tidak tahu-menahu atas pungutan uang dari asosiasi perahu motor. Menurut mereka, pungutan itu tidak terdapat dalam peraturan daerah.

”Saya tahu pungutan ke Bunaken hanya dari Badan Pengelola Taman Nasional Bunaken. Hasilnya disetor ke kas daerah untuk program konservasi,” kata Ruru.

Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Utara Joy Oroh mengaku baru tahu ada pungutan dari asosiasi perahu motor. ”Kalau benar, kami akan bertindak melapor kepada aparat karena ini jelas pungutan liar,” katanya.

Menurut Oroh, pembawa perahu motor adalah pekerja yang dijamin oleh pemilik perahu motor. Biasanya, sistem upah antara pemilik dan pembawa motor memakai sistem target harian, mingguan, atau bulanan.

Sewa mahal

Loprang menyebutkan, sejumlah turis asing juga mengeluhkan mahalnya biaya sewa alat selam dan snorkel di Bunaken. Biaya sewa alat snorkel di Bunaken dinilai sama dengan harga alat baru.

DOK INDONESIA.TRAVEL Ilustrasi menyelam
Kondisi Pantai Bunaken pun tampak kotor dan semrawut. Ia menyayangkan pengelola taman nasional Bunaken tidak profesional. ”Mestinya Bunaken dikelolah secara baik. Kenyataannya, berwisata ke Bunaken semakin hari semakin mahal,” kata Loprang.

Menurut Loprang, banyak turis asing datang ke Manado ingin ke Bunaken. Ia juga menerima banyak pesanan dari luar negeri untuk mengantar sejumlah turis asing ke Bunaken.

”Bunaken masih memiliki daya tarik kuat. Hanya Bunaken lokasi taman laut yang paling dekat dengan bandara. Dalam tempo tiga jam sejak turun dari pesawat, turis dapat langsung ke Bunaken. Bandingkan dengan Wakatobi dan Raja Ampat,” katanya.

Taman laut Bunaken tersohor sebagai lokasi selam indah seluas 75.265 hektar dengan lima pulau berada di dalamnya. Lima pulau itu adalah Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage, dan Pulau Naen yang memiliki daya tarik tinggi bagi turis asing.

Taman laut Bunaken memiliki 20 lokasi penyelaman dengan kedalaman bervariasi. (zal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com