Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Nice di Perancis Selatan, "So Nice"! - 2

Kompas.com - 06/05/2014, 14:51 WIB

Bagi saya pribadi, gereja berwarna kuning dan putih ini tak terlalu istimewa, seolah bangunan baru. Rupanya memang gereja yang kami datangi bukan yang aslinya, namun merupakan bangunan yang dibangun ulang pada 1778 karena gereja asli Eze, telah runtuh.

Dari gereja kami mendatangi taman eksotis yang konon menjadi bintang di kota ini. Dari taman ini pemandangan laut biru azur yang berwarna memesona membentang luas bisa dinikmati. Tapi sayangnya, taman eksotis ini tidak gratis, harus membayar. Pohon kaktus yang menjadi idola dan dominan di sini. Saat saya membaca salah satu jenis tanaman, saya sampai dibuat tertawa karena tertulis ‘coussin belle mere’, artinya 'bantal ibu mertua'. Bukannya apa-apa, pohon kaktus ini memang seperti bantal bundar tapi durinya itu, waduhhhhhh... tidak ada satu pun celah dari pohon ini yang tak berduri, mana tajam lagi, membuat saya geli.

"Cheri, lihat sini, nanti ibumu ulang tahun kita belikan pohon ini ya cocok namanya buat dia he-he-he...," canda saya kepada suami, yang disambut dengan tawa ngakak Kang Dadang.

Di taman ini yang dibangun setelah Perang Dunia II ini, terdapat sebuah kastil, konon kita bisa mendatangi dan menikmati panorama dari kastil tersebut. Tapi kini, kastil itu telah menjadi hotel luks pribadi yang tak mungkin didatangi oleh umum secara bebas. Saat kami mencoba mengintip saja, langsung seorang penjaga datang dan mengatakan, "Jalan-jalan ke taman silakan meneruskan ke atas". Secara halus meminta kami tak celingukan ngintip ke dalam.

Taman ini dipenuhi dengan tumbuhan yang cocok dengan iklim Côte d’Azur, tanaman tropis lah yang justru dianggap paling cocok untuk udara di sini. Berada di taman Eze, serasa berada tergantung di antara ketinggian 400 meter antara daratan dan langit. Dan pesona panorama dari yang dijanjikan terbukti. Tak heran dekor tumbuhan botanik dengan laut biru azur dan bangunan yang menjadi miniatur menjadi sasaran para pengunjung untuk mengabadikan diri menjadi foto kenangan perjalanan.

Menjelang sore kami memilih untuk kembali ke Nice, membersihkan badan di hotel untuk kemudian melanjutkan jalan-jalan sore di kota Nice. Badan sudah segar, kewajiban ibadah sudah dikerjakan juga di penginapan, saatnya mengunjungi hotel yang paling beken di kota ini. Namanya Hotel Negresco. Hotel ini sudah dua kami kami lewati, tapi belum sempat kami datangi.

Kang Dadang tak terlalu semangat saat saya ajak untuk sekadar cuci mata ke dalam hotel. "Mau ngapain sih cheri? Nanti kita disangka kayak orang norak loh, masuk hotel cuma buat lihat-lihat terus foto-foto. Memang kamu kalau di Indonesia masuk hotel berbintang buat foto-foto gitu?" ledeknya.

DINI KUSMANA MASSABUAU Hotel Negresco di Kota Nice.
"Egp ah, kapan lagi sih kita ke sini belum tentu setahun sekali, kan kamu sendiri yang nggak berhenti cerita soal hotel ini. Kabarnya dulu sangat terkenal, terus, semenjak lihat reportase di tv yahhh jadi makin penasaran dong. Pasti seru deh, hayo lah cheri...," bujuk saya yang akhirnya berhasil membuat suami masuk ke dalam hotel.

Kami disambut oleh petugas dengan seragam masa lampau, suatu kesan tertentu. Hotel bintang lima ini merupakan salah satu hotel peninggalan awal abad ke 20 yang masih utuh dan masih berfungsi. Bahkan mendapatkan kehormatan sebagai bangunan bersejarah. Beda memang, di Indonesia, berkat pekerjaan ayah, kami anak-anaknya sudah biasa keluar masuk hotel bintang lima, ikut-ikutan ayah karena adanya acara kongres misalnya. Tapi kali ini, kami masuk tanpa adanya undangan, alias modal penasaran.

Ruangan utama besar dengan dominasi warna putih, lampu kristal raksasa di tengahnya. Ruangan berbentuk bulat dengan sisi bagaikan lorong dengan beberapa kursi, lukisan, foto beberapa artis terkenal tamu hotel dan patung seni. Pada awalnya, jujur, saya pun sedikit ragu untuk mengambil foto, takut dilarang. Tapi seperti biasa, karena saya ini Asia, kalau diomelin ya anggap aja turis.

Mulailah saya main kamera, jepret sana sini. Kang Dadang yang duduk melihat tingkah istrinya pun kena jepretan. Rupanya, keberanian saya memotret, dilihat oleh turis lainnya yang ikutan seperti kami, datang ke hotel bukan karena tamu menginap tapi karena penasaran. Jadilah ruangan utama itu, layaknya museum. Petugas hanya melihat kami dan tersenyum. Leganya...

Ternyata ketakutan saya tak ada alasan, dan saya yakin hal ini sudah menjadi salah satu bagian dari keseharian mereka. Habis, kapan lagi bisa mengambil kenangan seperti ini, sebuah hotel yang menjadi tempat penginapan favorit sejumlah bintang Hollywood dan para bangsawan, seperti, Liz Taylor dan pasangannya Richard Burton, Grace Kelly dan Pangeran Rainer, Paul Mc Cartney.

Dan kabarnya, Bill Gates, saat membayar memberikan cek bertanda tangan tanpa diisi total biaya yang harus dikeluarkan dengan catatan, silakan menuliskan jumlah total biaya sekehendak Anda! Hal ini dilakukan karena dia merasa harga yang tertulis tidak sesuai dengan kepuasan dan kenikmatan yang didapati saat bermalam di Hotel Negresco ini.

Puas memotret, saya bilang ke suami ingin ke kamar kecil (WC) tapi yang ada keinginan untuk buang air langsung hilang ketika melihat WC-nya. Saya langsung ke luar, mencari suami karena kamera saya titipkan padanya. Apalagi pas saya lewati WC pria, sudah gemas rasanya ingin segera memotret. Dan suami pun saya tarik agar segera menuju WC biar dia bisa mengabadikan WC unik hotel ini. Dekorasinya memang unik dan apik sekali, gaya zaman dulu yang sudah tak mungkin saya temukan di WC hotel saat ini.

DINI KUSMANA MASSABUAU Toilet di Hotel Negresco, Kota Nice.
Memang seru jadinya. Suami saya terlihat puas senyum-senyum dan mengaku tak rugi menuruti permintaan istrinya masuk ke dalam hotel yang menjadi tempat favoritnya Salvador Dali.

Kami kemudian memutuskan untuk menikmati sore dengan menghirup minuman hangat. Kang Dadang, menyatakan sudah tanggung, kita ngopi saja di hotel ini, tapi saya ragu, sudah kebayang harganya pasti mahal! Kamipun masuk ke dalam cafe bar. Pelayan memakai seragam jas hitam, rambut mereka klimis semua dengan baju hitam dan kemeja putih membawa nampan seolah akan berdansa dalam melayani tamunya.

Kami memesan capuccino dan jus citrun. Harganya? 20 euros total semua untuk dua cangkir minuman. Kami berdua hanya terkekeh, karena di luar paling uang yang kami keluarkan sekitar 8 euros untuk minuman yang sama. Tapi, rupanya di samping minuman yang kami pesan, mereka memberikan kepada kami berbagai cemilan gratis, yang langsung kami serbu.

Melihat jam, waktunya matahari meleleh dalam lautan Mediterania. Segera kami tinggalkan cafe, dan melangkah menyeberangi hotel yang menghadap Promenade des Anglais. Duduk berdua di bangku. Sekali lagi menyaksikan atraksi berbaurnya sang bola api yang sedikit demi sedikit melebur, menebarkan warna merah, oranye, bersatu dengan air biru hingga menelan keseluruhan sang raja cahaya... Itulah Nice, sebuah kota di Mediterania yang sangat menyenangkan. (DINI KUSMANA MASSABUAU) (Tamat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com