Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Kembali Tenun yang Hilang

Kompas.com - 07/05/2014, 17:51 WIB

”Apa tenun jembrana itu? Bagaimana motifnya? Orang sulit menemukannya sekarang. Perajin tenun jembrana banyak terpengaruh dengan motif dari Bali timur, tetapi bukan berarti Jembrana tak memiliki kekhasan dan kekuatan sendiri yang membedakan dengan tenun dari daerah lain. Ini yang berusaha kami gali supaya tenun jembrana bangkit,” kata Dhanny.

Perjalanan menuju kebangkitan kembali tenun jembrana itu banyak bergantung pada pelaku tradisi itu sendiri. Di Jembrana, saat ini sedikitnya ada enam sentra tenun yang penggeraknya sebagian besar perempuan. Bagi mereka, menenun adalah kegiatan sehari-hari yang tidak bisa dianggap sepele sebagai sampingan, tetapi menjadi penghidupan pula.

Ketut Karneni (49) dan Luh Swasti (40), misalnya, rata-rata mendapatkan Rp 45.000 per hari dari industri tenun rumahan Mekarsari yang mempekerjakan mereka dengan sistem borongan. Perajin bisa bekerja di rumah sembari mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah. Mereka menjadi penopang kehidupan keluarga.

”Suami saya kerja serabutan. Uang dari menenun cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Kalau ada keperluan untuk upacara atau hari raya, saya bisa minta kas bon,” ujar Luh Swasti.

Pemerintah daerah

Peran pemerintah daerah masih minim untuk mendorong tenun jembrana. Namun, bukan berarti tidak ada upaya sama sekali. Kepala Seksi Wisata Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jembrana Mahendra mengatakan, saat ini ada sekitar 300 perajin tenun yang tersebar di enam sentra di daerah itu. Namun, jumlah kain tenun yang diproduksi masih terbatas.

Ari Sugianti Artha, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jembrana, yang juga istri Bupati Jembrana I Putu Artha, mengatakan, daerahnya memang agak tertinggal dalam bidang pariwisata dan kesenian dibandingkan dengan daerah lain di Bali. Kabupaten di ujung barat Bali itu sedang menggali potensi seni dan wisata untuk menjadi penanda daerah. (Rini Kustiasih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com