Ada satu prosesi adat yang paling unik dan mengandung nilai sakral yang kuat, yaitu Mosehe Wonua yang berarti proses menyucikan negeri. Prosesi adat ini memiliki banyak kegiatan, misalnya tarian Lulo yang digelar tujuh hari tujuh malam tanpa henti. Kemudian proses penyucian diri dengan mandi air laut serta proses penyembelihan kerbau putih.
Sejumlah kegiatan itu adalah sebagian kecil dari isi acara Mosehe Wonua. Bahkan tidak tanggung-tanggung, Mosehe Wonua ini masuk dalam kalender wisata Sulawesi Tenggara guna menjadi acuan wisatawan lokal dan mancanegara. Kentalnya wisata budaya di Kolaka tidak lepas dari sejarah budaya yang terbentuk di daerah ini. Contohnya adalah Raja Sangia Nibandera, nama ini termashyur dari seluruh nama raja-raja Mekongga (suku asli masyarakat Kolaka) yang ada sebab dia lah raja pertama yang memeluk Agama Islam.
Bupati Kolaka, Ahmad Safei saat dijumpai Kompas Travel di kompleks Makam Raja Sangia Nibandera mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat ini akan digelar prosesi adat Mosehe Wonua atau proses menyucikan negeri. “Sebenarnya ini masuk dalam kalender wisata Sulawesi Tenggara. Kebetulan saat ini giliran Kolaka. Nah ini lah yang akan kita tonjolkan. Sebagai daerah yang berbudaya pastinya kita tidak bisa lepas yang namanya prosesi adat. Besok (hari ini) akan ada pergelaran atau acara adat Mekongga yang bernama Mosehe Wonua,” kata Ahmad Safei, Senin (19/5/2014).
Dia menjelaskan Mosehe Wonua adalah suatu kegiatan adat yang ditujukan untuk menyucikan negeri agar terhindar dari bentuk bencana atau kata lain tolak bala. “Dalam Mosehe itu banyak rangkaian acaranya. Sebenarnya sejak minggu lalu acara tarian Lulo itu digelar hingga sekarang tanpa henti. Jadi setelah sholat fardu pasti ada tarian Lulo yang kita gelar. Dan masih banyak lagi kegiatan lain,” tegasnya.
Ahmad Safei pun tidak tanggung-tanggung untuk menjadikan Kolaka sebagai daerah tujuan wisata. “Dalam proses adat ini nantinya sangat banyak yang bisa ditonjolkan. Misalnya makam Raja Sangia Nibandera ini. Ada sebuah guci di mana ketika waktu musim hujan akan kering, tetapi apabila musim kemarau akan berisi air. Nah bagi mereka yang betul-betul memiliki niat tulus dan menghormati leluhur akan berhasil mendapatkan guci itu berisi air ketika berkunjung,” tambahnya.
Bagi Anda yang berada jauh dari Pulau Sulawesi janganlah merasa sulit untuk menjangkau Kabupaten Kolaka. Jika menggunakan transportasi udara, Anda cukup mengambil rute Bandara Sultan Hasanuddin. Dari situ akan ada penerbangan dua kali sehari menuju Bandara Sangia Nibandera di Kolaka. Dari Bandara Sangia Nibandera melalui jalur darat sekitar 30 menit maka Anda akan tiba di Kecamatan Wundulako. Wundulako adalah daerah pusat budaya Mekongga.
Begitu pula dengan jalur laut, Anda bisa menggunakan pelabuhan feri Bone menuju pelabuhan feri Kolaka. Sementara jalur darat bisa dari Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka Utara yang berbatasan langsung dengan Sulawesi Selatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.