Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Masa Keemasan Sumatera Barat

Kompas.com - 03/06/2014, 13:35 WIB

Nagari Sungai Pinang berada 79 kilometer dari Painan, ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Di kampung sederhana dan tenang ini, pukat ikan merupakan mata pencaharian utama untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan mereka membiayai pembangunan kampung dari hasil menangkap ikan tersebut.

Pukat adalah cara tradisional menangkap ikan. Awalnya, satu ujung tali pukat diikat di daratan. Lalu kapal berlayar ke tengah laut menebar pukat, membentuk setengah lingkaran. Lalu ujung pukat yang ada di kapal dibawa ke laut. Setelah dua ujung ada di darat pukat ditarik secara bersamaan.

Hasil pukat tentu saja beragam setiap harinya. Rusman, orang yang dituakan di Sungai Pinang, mengatakan hasil pukat bisa bernilai Rp 10 juta yang jika dibagikan ke dua puluh penarik pukat mencapai Rp 500 ribu. “Tapi seringkali mendapatkan hasil untuk lima ribu rupiah per orang saja tidak dapat, kami syukuri,” kata Rusman.

Tim Explore Indonesia bisa melihat bangunan sederhana sebagai balai pertemuan, dan bangunan masjid.

Tambang Emas Salido

Host Explore Indonesia, Dayu Hatmanti mengikuti Pak Paraf bekerja, seorang penambang emas dari Desa Tambang Nagari Salido, Kota Painan,  Kabupaten Pesisir Selatan. Pak Paraf tidak sendiri. Dia bersama empat temannya yang lain. Membuat lubang di salah satu bagian di Bukit Salido. Mereka mengambil batu dari perut bukit tanpa perlindungan sama sekali. Hanya kayu-kayu dijadikan penopang di bibir lubang.

Batu-batu yang berurat emas kemudian dikumpulkan dalam karung. Menjelang sore, karung diangkut ke rumah mereka di lereng bukit. Hampir setiap rumah di Desa Tambang memiliki alat pengolahan emas. Paraf menceritakan cara mengolah batu-batu tersebut menjadi emas. Yakni dengan mengamplas batu yang berurat emas dan memisahkannya dengan air raksa. Kemudian melewati proses pemasakan seperti direbus dan dibakar. “Bisa satu sampai dua gram hasilanya. Dikumpulkan dulu baru dibawa ke Padang untuk dijual,” katanya.

ARSIP KOMPAS TV Host Explore Indonesia, Dayu Hatmanti berbincang-bincang di Tambang Salido di mulut lubang tambang emas rakyat, Sumatera Barat.
Aktivitas penambangan konvensional ini berlangsung hingga sekarang. Sebagai sumber mata pencaharian dan penopang hidup masyarakat di Desa Tambang.

Wisata Air dan Udara

Mana yang anda suka? Hopping island atau terbang melayang dengan paralayang. Penyuka suasana pantai, lengkap dengan biru langit, biru air dan pasir putih, silakan mampir ke Kawasan Wisata Mandeh. Disebut sebagai kawasan wisata karena salah satu kampung yang terkenal di kawasan ini adalah kampung Mandeh. Terletak di Teluk Carocok Tarusan, teluk ini  memiliki lanskap yang menawan, airnya tenang dan pantainya landau.

Gugusan pulau yang tersebar kian mempercantik kawasan teluk. Pulau-pulau kecil itu diantaranya Pulau Traju, Pulau Setan Besar, Pulau Saronjong Besar dan Pulau Saronjong Kecil. Dan saat ini yang menjadi primadona adalah Pulau Cubadak. Pulau dengan sistem  ecoresort ini dikelola oleh warganegara Italia. Paduan ketenangan dan keindahan menjadikan pulau ini magnit pesisir selatan Sumatera Barat.

Sementara untuk penyuka olahraga pemacu adrenalin seperti paralayang, silakan mampir ke Bukit Langkisau. Terletak di Nagari Salido, bukit dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut ini masuk dalam wilayah Kota Painan, Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

ARSIP KOMPAS TV Dayu menyelam di Teluk Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Jika Bukit Langkisau menjadi titik start Paralayang, maka titik mendaratnya adalah Pantai Salido yang berpasir putih keemasan.
Bukit yang menjadi  sunset point favorit bagi para wisatawan ini juga merupakan tempat berlatih para  anggota Langkisau Paralayang berlatih.

Keseruan Explore Indonesia menyusuri sisa-sisa kejayaan Pesisir Selatan Sumatera Barat, bisa Anda saksikan di Explore Indonesia, Rabu, 4 Juni 2014, pukul 20.00 WIB.  (Fitri Oktarini/Adelia Devita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Kompas TV
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com