Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Masa Keemasan Sumatera Barat

Kompas.com - 03/06/2014, 13:35 WIB
KOMPAS.com - Pesisir Selatan Sumatera Barat menyimpan cerita kejayaan Sumatera Barat di masa lampau. Ketika posisi strategis dan kekayaaan alamnya menjadi incaran bangsa Eropa. Explore Indonesia mengunjungi sejumlah daerah di Pesisir Selatan yang menjadi pengingat bahwa Sumatera Barat adalah negeri nan padang nan gadang. Negeri yang Terang dan Besar.

Kota Tua

Bermula dari Kota Tua di Padang, yang sekarang menjadi Ibu Kota Propinsi Sumatera Barat. Di awal abad 18, Kota Tua adalah kota yang sangat hidup. Menjadi nadi bagi jantung kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Kota ini adalah pusat perdagangan, pusat pemerintahan, pusat hiburan, dan yang terpenting pusat perputaran uang.

Yang menjadi bukti kejayaan Kota Tua di masa lampau adalah  bangunan-bangunan kokoh yang berdiri di wilayah Kota Tua. Misalnya Gedung Nederlandche Handel Maatschappj atau NHM yang merupakan perusahaan Belanda yang menggantikan VOC atau Verenigde Oost Indische Compagnie yaitu persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli atas aktivitas perdagangan di Asia.

Ada pula Escomto, yang sekarang menjadi gedung sebuah bank plat merah. Kemudian Gedung Padangsche Spaarbank yang dibangun tahun 1908, juga sempat beralih fungsi sebagai Hotel Batang Arau. Kini bangunan tersebut menjadi bangunan kosong terbengkalai. Sebagian lagi, digunakan sebagai gudang-gudang penyimpanan barang yang akan diangkut ke melalui Pelabuhan rakyat Sungai Batang Arau.

ARSIP KOMPAS TV Nelayan Sungai Pinang di Sumbar menarik tali pukat. Pukat ditarik minimal oleh lima belas orang terbagi atas dua sisi tali penarik.
Menurut Dosen Arsitektur Universitas Bung Hatta, Eko Alvarez Kota Tua Padang tumbuh dari kota-kota pesisir pelabuhan-pelabuhan di Pantai Barat. Namun ketika ada ekspedisi di zaman Belanda di abad ke 17, Padang dipilih sebagai kantor dagang.

“Semula Belanda tidak berani masuk ke daratan, dia hanya membuat pertahanan yang dibuat sebagai pulau di dekat Painan. Namun karena ada perjanjian Painan dengan raja-raja yang ada di Sumatera Barat mereka diizinkan untuk membuka kantor dagang itu tahun 1776,” terang Eko.

Dan, ketika mereka sudah diizinkan berdagang di Kota Padang dengan membuat sebuah fort atau benteng, di Kota Tua lah orang mulai mengatakan kuku penjajah itu mulai ada di Kota Padang.

Dosen yang meraih gelar doktoralnya dengan desertasi kawasan Kota Tua Padang ini menguraikan ada tiga pengaruh budaya di Kota Tua. Pertama, kelompok Pecinan. Bangunan mereka mendominasi wilayah pinggiran sungai. Kelompok kedua adalah kaum pribumi yang disebut Pasa Gadang. Ketiga, kolonial Belanda dengan atap  tinggi berfondasi kokoh serta dinding yang tegap.

“Tiga kelompok inilah yang memainkan peran sehingga Padang ini berkembang, sehingga pada akhir abad ke-19, Padang merupakan suatu metropolitan yang ada di  pesisir Sumatera Barat,” jelas Eko.

Teluk Bayur

Kota Tua berada tepat di pinggir Sungai Batang Arau. Sungai tersebut menjadi sarana transportasi air kapal-kapal dagang antar pulau. Namun, bagi Belanda, itu tidaklah cukup. Diperlukan pelabuhan dengan kapasitas lebih besar dengan akses langsung ke lautan lepas. Karenanya sejak tahun 1888, Pemerintah Belanda membangun Pelabuhan Teluk Bayur. Di awal pembangunan, pemerintah Belanda menamakan Teluk Bayur dengan Emma Waven. Nama seorang Ratu Belanda  pada masa itu.

ARSIP KOMPAS TV Pelabuhan Teluk Bayur di Sumbar.
Hingga kini, Padang dan Teluk Bayur saling menopang  untuk kemajuan Propinsi Sumatera Barat. Dan kini, Sebagai  pelabuhan internasional, apasitas teluk bayur kian diperbesar. Dilengkapi dengan peralatan modern, pelabuhan samudera ini yang mampu menangani berbagai jenis barang,  antara lain batu bara, minyak kelapa sawit, dan semen. Termasuk terminal petikemas untuk hasil bumi seperti kayu manis, teh, moulding furniture serta karet yang menjadi komoditas unggulan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika.

Teluk Bayur sekarang adalah pelabuhan terbesar di Pulau Sumatera, bahkan bisa disebut sebagai The Giant Port. Teluk Bayur terus berbenah, membangun banyak infrastruktur inflastruktur baru untuk menunjangnya sebagai pelabuhan berstandar internasional pada tahun 2015.

Sungai Pinang

Halaman:
Sumber Kompas TV
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com