Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tanah Tandus Sumba, Tumbuh Pohon Termahal

Kompas.com - 11/06/2014, 10:59 WIB
KOMPAS.com - Pulau Sumba, seperti umumnya wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal sebagai daerah minus dan kering. Namun di balik kondisi itu, Sumba memiliki potensi luar biasa. Sumba memiliki padang sabana, kuda sandel, sumber energi melimpah, dan juga jenis pohon termahal di dunia.

Di Pulau Sumba terbentang padang sabana luas. Sekitar 68 persen wilayahnya berupa hamparan padang rumput, yang menjadi tempat hidup bagi kuda-kuda Sumba yang dikenal dengan nama Kuda Sandelwood.

Selain sebagai hewan ternak, Kuda Sandel biasa digunakan untuk pacuan kuda. Di Sumba, joki pacuan kuda adalah anak-anak usia sekolah dasar.  Saat waktu senggang, mereka berlatih balapan kuda di padang sabana.

“Anak-anak di Sumba, sejak usia 4 tahun, mereka sudah diajarkan menunggang kuda,” kata Belda Brig Zando, host Program Explore Indonesia - Kompas TV, saat berkunjung di Desa Waingai, Kecamatan Waingapu, Kabupaten Sumba Timur.

Di tengah padang sabana, cuaca terasa terik namun angin berhembus kencang. Kondisi alam ini ternyata memberi berkah bagi Pulau Sumba. Matahari dan angin bisa menjadi sumber energi yang cukup bagi Sumba, yang saat ini masih minim akses energi.  Tingkat elektrifikasi atau rumah tangga yang menikmati listrik masih sangat rendah yaitu sekitar 40 persen.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Ibu Rahel dan pohon-pohon cendana di kebun belakang rumahnya.
Dua tahun lalu, muncul gagasan menjadikan Sumba sebagai Pulau Ikonis untuk penerapan energi terbarukan dan ramah lingkungan. “Targetnya adalah pada tahun 2025, Sumba akan menjadi pulau yang sama sekali tidak menggunakan energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batubara,” jelas Adi Lagur, koordinator Hivos, lembaga nirlaba yang menginisiasi program Sumba Iconic Island.

Melalui program Sumba Pulai Ikonis, seluruh potensi ini perlahan sudah diaplikasikan, dari energi tenaga surya, angin, mikrohidro, bio gas dan bio massa.

Pembangkit listrik tenaga angin misalnya, sudah terpasang di Dusun Kalihi, Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaung Eti, Kabupaten Sumba Timur. Daerah ini sangat terpencil sekitar 3 jam dari Waingapu, ibukota Sumba Timur.

Kincir angin terpasang di atas sebuah bukit yang memiliki hembusan angin kencang. Seluruhnya ada sekitar 20 kincir angin, dengan kemampuan menghasilkan listrik 500 watt per unit.

Jika mimpi ini terwujud, maka pada 2025, Sumba akan menjadi pulau pertama di Indonesia yang 100 persen bebas energi fosil. Bisa jadi, kota-kota besar akan belajar ke Sumba. Ketika itu, kota seperti Jakarta, mungkin tingkat polusi sudah ada di atas ambang batas.

Ada satu lagi potensi di Sumba yang bisa disebut sebagai keajaiban. Mengapa? Karena di tanah Sumba yang tandus, justru tumbuh pohon termahal di dunia, yaitu pohon cendana.

Dahulu Sumba dan beberapa daerah di NTT, dikenal sebagai penghasil kayu cendana terbaik. Tapi kini cendana hampir punah, karena sejak puluhan tahun silam cendana banyak dieksploitasi.

Kini cukup sulit menemukan pohon cendana besar di Sumba. Tapi ada beberapa gelintir orang yang berupaya melestarikannya. Salah satunya ibu Rahel. warga Desa Makaminggit, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Sumba Timur.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Pembangkit listrik tenaga angin menjadi solusi bagi warga di daerah terpencil seperti di Dusun Kalihi, Sumba, NTT.
Ia merupakan pemilik pohon cendana terbanyak di Sumba. Di kebunnya ada sekitar 453 berusia 15 tahun. Namun Rahel harus bersabar. Masih butuh 15 tahun lagi untuk bisa menuai hasil, lantaran cendana baru bisa panen setelah usia 30 tahun. Pohon cendana bisa menjadi harta karun bagi anak cucu Rahel saat panen nanti.

Selain Rahel, Ketua DPRD Sumba Timur, Palulu P Ndima, juga memiliki banyak pohon cendana di halaman rumahnya. “Ini ada yang sudah usia 25 tahun sudah ditawar satu pohon 75 juta, tapi tidak saya kasih. Karena saya tahu, ini harganya bisa 750 juta. Bahkan yang di Kupang itu ada satu pohon yang harganya mencapai miliaran,” jelas Palulu.

Masih banyak petualangan menarik di Pulau Sumba yang bisa anda saksikan selengkapnya dalam Program Explore Indonesia episode Sumba Timur yang akan tayang hari Rabu, 11 Juni 2014, pukul 20.00 WIB di Kompas TV. (Anjas Prawioko)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas TV


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com