Tradisional
Pada semacam pendapa, berjajar bak besar dengan kisi kayu memisahkan ruang atas dengan kolong. Tiap bak bisa memuat sekitar 900 kilogram buah longan segar yang masih berkulit. Longan segar itu diuapi dengan hasil pembakaran kayu bekas tebangan pohon longan di kolong. Tiap kali panen, batang pohon longan yang sudah berbuah memang perlu ditebang untuk mempertahankan kualitas buah pada musim panen berikutnya. Tebangan pohon longan itu yang digunakan dalam pengeringan buahnya.
Pengeringan secara tradisional ini memakan waktu 5 hari 4 malam, dengan suhu terjaga 90 derajat celsius. Posisi buah diaduk berkala agar semua terkena panas merata. Metode modern untuk dehidrasi buah sebenarnya jauh lebih praktis. Namun, cara tradisional yang membutuhkan kerja keras itu dipertahankan di Fairy Lake karena, dengan begitu, aroma asli, kadar gula, dan kandungan zat besi dalam longan tidak rusak.
”Longan yang sudah dikeringkan juga lebih awet disimpan dan bernilai jual lebih tinggi. Buah segarnya hanya 60 dollar Taiwan per kilogram, sedangkan longan kering bisa dijual 200 dollar Taiwan per kilogram,” ujar Apple.
Resor yang dikelola Strong dan 15 krunya yang funky itu bukan satu-satunya resor pertanian yang pengelolaannya diteruskan ke generasi lebih muda.
Di resor pertanian Dakeng, Eva Tsai justru mengibarkan namanya sebagai bartender meski dia juga mengelola pemasaran. Adiknya, Ruby, dikenal sebagai chef selebritas yang kerap tampil di acara TV. Meski begitu, sehari-hari Ruby memimpin dapur di Dakeng. Dua gadis berusia 20-an tahun itu menemukan mimpi mereka justru di resor pertanian yang masih mempertahankan aroma kental pedesaan itu.
Leo Fang, yang baru meraih gelar master ekonomi dari perguruan tinggi di Australia, juga memutuskan bekerja untuk asosiasi petani pemilik resor ini.
”Semakin saya mempelajari marketing, semakin saya tidak ingin bekerja untuk perusahaan besar. Saya memilih bekerja untuk petani yang membangun resor. Ini tak hanya menguntungkan pemiliknya, tetapi juga membantu komunitas petani yang lebih luas,” ujarnya.
Orang-orang muda ini bukan terpaksa berakhir di kebun, karena itu tanah warisan mereka. Mereka memang memilih untuk memulai di kebun. (Nur Hidayati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.