Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatuh Cinta pada Sapi dan Rongsokan Madura

Kompas.com - 17/06/2014, 12:31 WIB
KOMPAS.com — Datanglah pagi hari ke dermaga Pegagan, di Kabupaten Pamekasan, Madura, untuk melihat sapi-sapi berenang ke tengah lautan, atau singgahlah ke Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan, dan sempatkan melihat kegiatan "mutilasi" kapal-kapal tua.

Di Pulau Madura, Jawa Timur, sebagian masyarakatnya memiliki ketertarikan pada dua hal tesebut, yaitu sapi dan besi rongsokan. Sapi dan besi tua menjadi komoditas yang banyak digeluti masyarakat Madura.

Madura merupakan salah satu daerah penghasil terbesar untuk sapi di tanah air. Sapi Madura termasuk sapi ras murni Indonesia, dengan ciri fisik kulit merah bata dan berpunuk kecil.

Para pedagang sapi Madura banyak memasok sapi ke Pulau Jawa. Lokasi pengiriman, salah satunya, pelabuhan kecil di Pegagan, Pamekasan. Meski sudah ada Jembatan Suramadu yang menghubungkan Madura dengan daratan Jawa, pedagang sapi di Madura bagian timur masih memilih pengiriman melalui laut. Alasannya, lebih cepat dan murah.

Pembawa acara program Explore Indonesia di Kompas TV, Kamga, mendatangi dermaga Pegagan pada pagi hari untuk melihat proses pengangkutan sapi. Puluhan sapi digiring ke dermaga Pegagan untuk dinaikkan ke atas kapal kayu tradisional.

Karena air laut dangkal, sapi-sapi harus lebih dulu berenang ke tengah lautan. Agar bisa naik ke kapal, satu per satu sapi didorong dari bawah, sementara sebagian orang menariknya dari atas kapal. Satu kapal bisa menampung hingga 60 sapi.

“Sapi-sapi ini akan dibawa ke pasar-pasar di Probolinggo, Situbondo, dan sekitarnya,” kata pemilik sapi.

Sapi Sonok

Selain sebagai hewan yang diperdagangkan, ternyata ada juga jenis sapi Madura yang dijadikan sebagai penyalur hobi. Sapi-sapi didandani agar tampil cantik dan diikutkan dalam kontes. Tradisi ini disebut Sapi Sonok.

Pehobi Sapi Sonok di Kabupaten Pamekasan merias sapi kesayangannya bagaikan seorang model. Sapi punya busana khusus untuk tampil dalam kontes. Saat perlombaan, sapi akan berlenggak-lenggok di tanah lapang, seolah berada di atas catwalk. Juri menilai kerapian dan keserasian cara jalan, keindahan kostum, serta kesempurnaan fisik sapi.

Anjas Prawioko/KompasTV Penghobi Sapi Sonok merias sapinya agar cantik bagaikan seorang model

Harga seekor Sapi Sonok bisa mencapai Rp 80 juta per ekor. Ada yang bilang, daripada beli mobil, mending punya Sapi Sonok. Beli mobil tidak bisa beranak, tetapi kalau sapi anaknya yang baru usia 4 bulan saja bisa laku Rp 20 juta.

"Kalau disuruh memilih antara wanita dan Sapi Sonok, saya ngga bisa memilih. Saya pilih dua-duanya!" kata Haji Zainuddin, Ketua Paguyuban Penyayang Sapi Sonok Madura.

Menurut Zainuddin, selain sebagai hiburan, Sapi Sonok digelar agar masyarakat tetap mencintai sapi lokal dan mempertahankan harga tetap tinggi sehingga sapi Madura akan tetap menguntungkan secara ekonomi.

Besi tua

Hitung-hitungan ekonomi pula yang membuat Suku Madura banyak terjun ke bisnis barang rongsokan. Namun, jangan pernah anggap remeh bisnis ini.

Kamga pun dibuat tertegun ketika mendatangi kawasan Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan. Di daerah ini, kita bisa melihat aktivitas para pekerja yang sedang mengambil besi-besi tua. Namun, besi-besi ini bukan sembarang besi. Para pekerja memotong bongkahan besi dari kapal utuh yang berukuran besar.

“Kapal yang sudah berumur 25 tahun biasanya sudah tidak layak pakai, kita beli dan kita potong-potong untuk diambil besinya,” kata Abdul Karim, pengusaha besi tua di Bangkalan.

Abdul Karim kemudian menunjukkan contoh sebuah kapal kargo bekas dari perusahaan Vietnam, berukuran 8.000 ton. Sepintas kapal ini terlihat masih bagus. Kapal ini dibeli seharga Rp 4 miliar, bukan untuk dioperasikan kembali, melainkan untuk "dimutilasi" sebagai barang rongsokan.

Besi rongsokan yang terkumpul nantinya dijual ke pabrik peleburan besi yang ada di Jawa Timur. Kisah selengkapnya bisa kita saksikan dalam program Explore Indonesia episode "Madura" pada Rabu, 18 Juni 2014, pukul 20.00 WIB di Kompas TV. (Anjas Prawioko)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas TV
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com