Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkedel Bakar dan Sejarah Panjang "Belanda Depok"

Kompas.com - 20/06/2014, 10:42 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

"Sapi dicincang, campur dengan kentang tumbuk, lada, cengkeh, susu, dan telur," tutur Moesje.

Penggunaan susu juga hal yang membedakan perkedel ini. Rasanya lebih gurih dan berpadu tepat antara kelembutan kental dan daging sapi cincang. Moesje sendiri mengaku ada beberapa orang di komunitasnya yang masih bisa memasak Perkedel Bakar maupun kuliner khas lainnya.

"Saya belajar dari mama saya. Kami tidak punya resep tertulis. Semua dipelajari turun temurun. Saya sudah bisa masak sejak remaja," katanya.

Selain Perkedel Bakar, Moesje juga menyediakan Sla dan Macaroni Schotel. Salad atau dalam Bahasa Belanda disebut Sla ini memiliki ciri khas berwarna merah menyala karena menggunakan bit. Selain bit, isiannya adalah kentang goreng, nanas, wortel, buncis, dan timun.

"Kalau untuk sausnya pakai telur, mentega, dan bawang bombai, dimasak lalu dicampur tepung maizena supaya mengental," tutur Moesje.

Nah, Macaroni Schotel tentu sudah tak asing. Keju dan makaroni panggang ini memang makanan yang sudah umum di lidah orang Indonesia. Lalu apa bedanya? Menurut Moesje, keju yang dipakai haruslah keju edam.

Sejak dulu, Macaroni Schotel buatan komunitas ini seperti resep asli dari Belanda, yaitu harus menggunakan keju jenis edam. Keju edam memang berasal dari Belanda. Ia memiliki rasa yang gurih namun tak terlalu tajam, lembut, dan tak terlalu bau. Bentuknya bulat dan berwarna kuning, sementara kulitnya berwarna merah.

Sayangnya, belum ada tempat makan yang menjual makanan-makanan khas "Komunitas Orang Depok". Walau Moesje mengaku ia biasa menerima pesanan.

Jika Anda berminat, tanggal 28 Juni 2014, Anda bisa bertandang ke kantor sekretariat Yayasan Lembaga  Cornelis Chastelein di Jalan Pemuda Nomor 27, Depok. Sebab, dalam rangka perayaan Ulang Tahun Kota Depok, pihak yayasan menggelar bazaar yang juga menyediakan beberapa makanan khas "Komunitas Orang Depok".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com