Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teddy Tanonef, Semangat Pariwisata dari Pantai Teddys

Kompas.com - 21/06/2014, 19:10 WIB
PANTAI Teddys dengan sejumlah sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang berlabel ”Teddys” di Kota Kupang tidak asing bagi warga kota setempat, bahkan juga turis mancanegara. Di pantai ini, setiap tahun 200-600 yacht bersandar selama 3-4 hari sebelum melakukan perjalanan ke sejumlah wilayah Indonesia. Pantai Teddys menjadi pintu gerbang masuk Indonesia.

Pada areal sekitar 4.000 meter persegi itu terdapat pelabuhan pendaratan yacht (kapal pesiar), Hotel Teddy’s, bar dan restoran, biro perjalanan, serta taksi.

Teddy Tanonef memulai usaha dan kegiatan kepariwisataan di lokasi itu sejak tahun 1984, setelah sebuah bar dan restoran miliknya di depan Markas Korem Kupang, sekitar 5 kilometer dari Pantai Teddys, terbakar pada tahun 1983.

Pantai Teddys sebelumnya disebut pantai Teluk Koepan. Nama Koepan diambil dari nama salah seorang raja yang mendiami kawasan itu, yakni Lai Lai Bessi Koepan. Di Teluk Koepan terdapat pula sebuah benteng peninggalan Portugis, Concordia, yang dibangun pada tahun 1625. Namun, benteng ini dirobohkan oleh Belanda yang menguasai Koepan, 1750.

Walaupun demikian, menurut sejarah, bangsa asing pertama yang mendarat di Teluk Koepan adalah James Cook (1574), penjelajah asal Inggris. Cook hanya berhenti sementara untuk mengisi kebutuhan kapal, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur.

Teddy merasa pemilihan lokasi itu tepat. Awalnya, dia hanya membeli 200 meter, tetapi kemudian kawasan yang dimilikinya semakin meluas, hingga 4.000 meter persegi. Kini, di kawasan tersebut, selain bar dan restoran, juga berdiri hotel, tempat karaoke, pusat makanan jajanan tradisional, serta toko aneka cendera mata asli Nusa Tenggara Timur (NTT). Para pedagang kecil juga menjual aneka cendera mata khas NTT.

Setiap hari, terutama hari libur dan malam hari, ratusan warga berkumpul di pelataran Pantai Teddys, persis di bibir pantai. ”Mereka datang menikmati jagung muda bakar, pisang bakar, dan menikmati jajanan pedagang asongan. Kami beri kesempatan agar pedagang kecil pun berpartisipasi menghidupkan ekonomi di kota ini,” kata Teddy di Kupang, Kamis (19/6/2014).

Sambil bercengkerama di bibir pantai itu, mata pengunjung tertuju ke arah laut dengan gulungan ombak silih berganti, memecah di tepi batu karang, dekat benteng Concordia, yang dibangun Portugis tahun 1625. Kehadiran warga Kota Kupang itu sekadar melepas lelah, menghilangkan rasa penat, dan membunuh kebosanan selama waktu senggang di rumah.

Mendukung kegiatan wisata dan mobilitas penduduk Kota Kupang, tahun 1992, Teddy mendatangkan taksi untuk angkutan kota dengan nama Taxi Teddy’s. Itulah perusahaan taksi pertama di Kota Kupang dengan pelayanan 24 jam yang juga menerapkan sistem pesanan melalui telepon. Kini, Taxi Teddy’s mulai tersaingi dengan kehadiran perusahaan taksi lain yang juga mangkal di setiap hotel dan pusat perbelanjaan di Kota Kupang.

Untuk memperkenalkan wisata Kupang secara lebih luas, Teddy juga mempromosikan pantai itu lewat internet dan membangun jaringan kerja sama dengan sejumlah pengusaha pariwisata di Sydney dan Darwin, Australia. Nama Pantai Teddys pun meluas ke sejumlah negara. Selain karena promosi, juga karena pantai itu cocok untuk berlabuh yacht.

Sejak tahun 2006, saat Sail Indonesia digelar, yacht para peserta selalu merapat di pantai itu. Pantai Teddys menjadi pintu gerbang masuk ke Indonesia. Di Teddys, turis-turis asing mendapat gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan.

”Tetapi, pantai itu tidak ditata bagus atau bertaraf internasional. Turis asing kesulitan mendapatkan suku cadang yacht, money changer, kantor bea dan cukai, kantor karantina, pasar tradisional berstandar internasional, dan kebutuhan turis lainnya,” kata Teddy.

Kini, Teddy mempekerjakan 50 orang. Para pekerja itu adalah putra daerah yang diselamatkan Tanonef dari tangan calo tenaga kerja—terutama pekerja wanita—ke Malaysia. Ia menegaskan, untuk menghindarkan kasus-kasus perdagangan manusia yang menimpa warga NTT selama ini, sebenarnya banyak peluang usaha yang dapat dilakukan untuk mempekerjakan ribuan putra NTT.

Teddy mengatakan, untuk memajukan pariwisata NTT, perilaku dan mental masyarakat, terutama yang berdiam di dekat obyek wisata, harus diubah. ”Mereka harus lebih ramah dan sopan terhadap turis. Perilaku mabuk-mabukan, kemudian meminta uang kepada turis asing, dan mengancam atau mengintimidasi warga asing tidak boleh ada,” kata Teddy.

Untuk itu, dia melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, dan agen biro perjalanan. Teddy juga melakukan pelatihan untuk pemandu wisata dan sopir bus (travel).

Jika pariwisata NTT maju, perlu dihadirkan konsultan pariwisata. Konsultan ini membawahkan persatuan guide, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), serta agen perjalanan. Konsultan harus berasal dari orang yang profesional di bidang pariwisata.

Terkait rencana pemerintah membangun kerja sama Kupang-Dili (Timor Leste)-Darwin (Australia), dia berpendapat kerja sama itu sebagai peluang ”emas” membangun pariwisata NTT. ”Kupang dan daerah lain NTT memiliki empat kekuatan, yakni so close, so cheap,dan so different (unique). Ini sangat disukai turis asing sehingga harus dipersiapkan serius,” kata Teddy.

Pariwisata di daerah itu terus berkembang. Jika pada awalnya yacht masuk ke Pantai Teddy hanya 24 unit pada 2006, jumlah tersebut terus meningkat hingga kini mencapai 600 unit. Pantai itu dinilai sangat cocok untuk yacht karena kondisi laut tenang, posisi pantai landai, dan berpasir putih halus.

Selain Pantai Teddys, pria yang menekuni karier di bidang transportasi kota Sydney, Australia, 1978-1983, dengan nama Taxi Legian ini juga membuka pantai wisata di Lasiana, Kota Kupang, yang saat ini ramai dikunjungi warga Kota Kupang.

”Ketika itu, turis asing datang ke Pantai Teddys, saya ajak mereka mandi di Pantai Lasiana, sekitar 10 kilometer dari Teddys. Saya juga merintis tempat wisata pantai di Oe Asa, Pulau Semau, yang saat ini menjadi tempat pemandian turis yang berkunjung ke sana, dan Pantai Tablolong, sekitar 30 kilometer dari Kota Kupang. Semua itu saya rintis untuk mengembangkan wisata pantai di daerah ini,” ujar Teddy. (KORNELIS KEWA AMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com