Bukak Ko Kuti Kunci
Hadirin Khik Halayak.
Mak sabakh haga mandi
Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, cukilan pantun dalam bahasa Lampung itu setidaknya berbunyi permohonan agar membukakan pintu karena banyak orang ingin mandi. Pantun itu disampaikan dalam acara belangekhan atau belangiran yang diadakan Pemerintah Provinsi Lampung, di Sungai Akar, Bandar Lampung, Kamis (26/6/2014). Tradisi tahunan yang diselenggarakan menjelang bulan puasa ini tak ubahnya seperti ruwahan (ruwatan), ziarah ke makam leluhur, dan penabuhan beduk sebagai tanda datangnya bulan suci Ramadhan.
Belangekhan atau yang biasa dikenal dengan sebutan padusan dalam bahasa Jawa atau biasa juga disebut belimau oleh sebagian masyarakat Sumatera sebagai lambang pembersihan badan dan pikiran. Tradisi membersihkan diri yang dilakukan dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini tidak hanya membersihkan secara badaniah, tetapi juga lebih berorientasi pada membersihkan hati serta menjauhkan rasa iri, dengki, sombong, dan dendam antarmanusia.
Acara itu semakin menarik karena menghadirkan belasan duta pariwisata Lampung yang turut serta mandi di Kali Akar.
Ditelusuri dari sejarahnya, sejarawan Museum Lampung, Budi Supriyanto, mengatakan, tradisi belangekhan sudah ditemukan dalam berbagai mantra yang tertulis dalam buku kulit kayu. ”Dalam mantra disebutkan, air dapat menjadi sarana menyucikan diri. Tradisi penyucian diri yang dilakukan secara beramai-ramai itu dewasa ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan bersih desa,” ujar dia.
Belangekhan berasal dari kata langir yang berarti ’mandi’. Mandi yang dimaksudkan ialah mandi suci yang berfungsi menghilangkan bala atau membuang sial, lebih tepatnya mandi untuk penyembuhan.
Air tujuh sumur
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.