Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belangekhan, Bersih Diri Jelang Puasa

Kompas.com - 30/06/2014, 18:16 WIB
Tulung Khagok dibukak

Bukak Ko Kuti Kunci

Hadirin Khik Halayak.

Mak sabakh haga mandi

Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, cukilan pantun dalam bahasa Lampung itu setidaknya berbunyi permohonan agar membukakan pintu karena banyak orang ingin mandi. Pantun itu disampaikan dalam acara belangekhan atau belangiran yang diadakan Pemerintah Provinsi Lampung, di Sungai Akar, Bandar Lampung, Kamis (26/6/2014). Tradisi tahunan yang diselenggarakan menjelang bulan puasa ini tak ubahnya seperti ruwahan (ruwatan), ziarah ke makam leluhur, dan penabuhan beduk sebagai tanda datangnya bulan suci Ramadhan.

Belangekhan atau yang biasa dikenal dengan sebutan padusan dalam bahasa Jawa atau biasa juga disebut belimau oleh sebagian masyarakat Sumatera sebagai lambang pembersihan badan dan pikiran. Tradisi membersihkan diri yang dilakukan dalam menyambut bulan suci Ramadhan ini tidak hanya membersihkan secara badaniah, tetapi juga lebih berorientasi pada membersihkan hati serta menjauhkan rasa iri, dengki, sombong, dan dendam antarmanusia.

Acara itu semakin menarik karena menghadirkan belasan duta pariwisata Lampung yang turut serta mandi di Kali Akar.

Ditelusuri dari sejarahnya, sejarawan Museum Lampung, Budi Supriyanto, mengatakan, tradisi belangekhan sudah ditemukan dalam berbagai mantra yang tertulis dalam buku kulit kayu. ”Dalam mantra disebutkan, air dapat menjadi sarana menyucikan diri. Tradisi penyucian diri yang dilakukan secara beramai-ramai itu dewasa ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan bersih desa,” ujar dia.

Belangekhan berasal dari kata langir yang berarti ’mandi’. Mandi yang dimaksudkan ialah mandi suci yang berfungsi menghilangkan bala atau membuang sial, lebih tepatnya mandi untuk penyembuhan.

Air tujuh sumur

Air yang digunakan untuk belangekhan biasanya diambil dari tujuh sungai atau tujuh sumur tua. Beberapa perlengkapan yang disiapkan ialah kembang aneka rupa, daun pandan, dan setanggi.

Salah seorang tokoh adat Lampung, Sutan Purnama, mengatakan, sehari sebelum acara, mekhanai (pemuda) mengumpulkan aneka keperluan belangekhan yang kemudian oleh muli (pemudi) dirangkai menjadi kesatuan pada malam harinya.

Tradisi belangekhan juga merupakan bentuk rasa syukur atas datangnya bulan suci Ramadhan sekaligus dalam rangka melestarikan budaya Lampung agar tidak hilang ditelan zaman.

Di Lampung, tradisi ini sudah berjalan sejak lama. Namun, baru pada 2011 kegiatan ini diambil alih Pemprov Lampung dan dijadikan agenda tahunan.

Dalam pelaksanaannya, Pemprov Lampung bekerja sama dengan Majelis Penyeimbang Adat Lampung dan Lampung Sai Provinsi Lampung. Tujuan lembaga pemerintah dan lembaga adat itu agar budaya Lampung yang luhur dapat terjaga dan lestari.

Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Pemprov Lampung Fitter Syahboedin menyebutkan, pelaksanaan tradisi belangkehan ini merupakan penerapan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 mengenai Pelestarian Kebudayaan Lampung.

Jika sebelumnya pemerintah melepaskan ratusan ikan dan ayam sebagai bentuk sedekah bumi, tahun ini panitia hanya menabur benih ikan. ”Benih ikan ini diharapkan bisa mengembalikan ekosistem sepanjang aliran Kali Akar sehingga sungai ini kembali menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat dan segala jenis makhluk hidup yang ada,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Lampung Herlina Warga Negara.

Kegiatan ini juga diharapkan menjadi agenda rutin tahunan yang dikemas dalam bentuk festival nasional. (Angger Putranto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com