Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solo Menggenjot Sektor Pariwisata

Kompas.com - 02/07/2014, 18:37 WIB

Tahun 2010, jumlah hotel berbintang sebanyak 19 buah dengan jumlah kamar 1.086 unit. Pada 2013 hotel berbintang melonjak menjadi 34 dengan jumlah kamar 3.150 unit. Adapun hotel nonbintang pada 2010 sebanyak 117 buah dengan jumlah kamar 2.302 unit, sedangkan tahun 2013 jumlah hotel 124 buah dengan jumlah kamar 1.860.

Dari sektor pariwisata, pendapatan pajak hotel dan restoran terkerek. Pada 2010, penerimaan pajak hotel dan restoran tercatat Rp 16,6 miliar, pada 2011 melonjak menjadi Rp 27,7 miliar, tahun 2012 menjadi Rp 34,1 miliar, dan pada 2013 naik menjadi Rp 38,2 miliar. ”Sektor pariwisata dan MICE (Meetings, Incentives, Conventions, Exhibitions) ini menjadi andalan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi Solo karena ini membawa efek berganda yang nyata kepada masyarakat,” tutur Eny.

Promosi batik

Bagi wisatawan, berburu batik masih menjadi favorit, selain mengunjungi obyek wisata sejarah. Ini terlihat dari hasil survei Pemkot Solo, Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Solo. Batik menempati daftar tertinggi belanjaan turis. Dari survei diketahui sebagian besar responden menghabiskan sekitar Rp 2 juta untuk belanja.

Rudy yang meneruskan kiprah wali kota yang digantikannya, Joko Widodo (Jokowi), getol berpromosi. Setiap membuka pertemuan atau konvensi nasional maupun internasional di Solo, ia selalu mengajak peserta berbelanja batik dan menikmati sajian kuliner. ”Kalau pulang jangan membawa uang, tetapi membawa batik. Batik Solo harganya murah dibandingkan di Jakarta dengan kualitas yang baik. Jangan lupa juga menikmati kuliner. Ke Solo kalau belum makan tengkleng rasanya belum lengkap,” ujar dia.

Langkah pengembangan pariwisata tidak selalu mulus. Galabo misalnya, belum dapat menandingi populernya lesehan Malioboro. Fasilitas umum di Laweyan kini sudah banyak yang rusak, seperti tempat sampah. Kemacetan harus segera diantisipasi.

Penasihat Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (DPC Asita) Solo Raya, Suharto, menilai pariwisata Solo kian berkembang, yang didukung lonjakan investasi swasta di bidang perhotelan dan restoran. Namun, Pemkot Solo perlu menata ulang daya tarik wisata yang dimiliki. Misalnya, obyek wisaya ikonik Keraton Surakarta harus dipercantik fisiknya. Benteng Vastenburg yang bersejarah belum digarap dan dibiarkan kusam.

”Kalau Keraton tidak dibenahi ini akan menjadi daya tarik wisata, tetapi tidak menarik. Fisik Keraton harus dirawat dan dipercantik sehingga pengunjung tidak kecewa,” katanya.

Menurut Suharto, pengembangan wisata Solo juga jangan hanya melulu bertumpu pada budaya. Lahirnya kreasi-kreasi baru harus dipacu untuk memperkuat daya tarik. ”Wisata belanja jangan hanya mengandalkan batik, kembangkanlah tekstil nonbatik, seperti kaus khas Solo untuk oleh-oleh,” ujarnya. (Erwin Edhi Prasetyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com