Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asrinya Hutan Pinus di Tengah Kota Bandung

Kompas.com - 04/07/2014, 17:51 WIB
Dhanang David Aritonang

Penulis

KOMPAS.com - Bandung yang dahulu asri karena hutannya, kini sudah beralih menjadi pusat perbelanjaan. Tak heran, Bandung dikenal sebagai surganya belanja di Jawa Barat bagi sebagian besar wisatawan. 

Namun siapa sangka, di tengah hiruk pikuknya Bandung, masih ada sisi keasrian yang tersisa di tengah kota ini. Jika Anda sedang berwisata ke daerah Dago Pakar, Bandung, cobalah berkunjung sejenak ke Taman Hutan Raya Ir. H Juanda untuk merasakan keasrian dari paru-paru Kota Bandung ini.

Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda ini merupakan kawasan konservasi dengan jenis pohon pinus yang mendominasi kawasan tersebut. Letaknya di daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung dan di DAS Cikawari. Sehingga Taman Hutan Raya Ir. H Juanda ini juga merupakan tempat penampungan cadangan air untuk Kota Bandung dan sekitarnya.

Untuk masuk ke Taman Hutan Raya ini, wisatawan domestik harus merogoh kocek sebesar Rp 10.000. Sementara wisatawan asing dikenakan tarif Rp 75.000. Selain sebagai tempat wisata, taman ini sering dijadikan tempat untuk kegiatan foto komersil dan foto pre-wedding. Untuk melakukan kegiatan foto komersil tersebut, pengunjung harus membayar biaya tambahan sebesar Rp 200.000.

Taman Hutan Raya Ir. H Juanda yang berada di daerah cekungan Bandung ini juga menyajikan keindahan lain selain pepohonan. Pengunjung bisa menikmati keindahan Curug Dago dan Curug Omas. Selain itu bisa berwisata sejarah di Goa Belanda dan Goa Jepang yang lokasinya masih berada di wilayah Taman Hutan Raya Ir. H Juanda tersebut.

Dua air terjun

Taman ini berada di cekungan serta dilintasi Sungai Cikapundung dan Sungai Cikawari yang membentuk dua buah air terjun (curug) yaitu Curug Dago dan Curug Omas. Curug Dago yang berasal dari hasil aliran Sungai Cikapundung memiliki ketinggian kurang lebih 15 meter. Di Curug Dago ini terdapat dua buah batu prasasti yang merupakan peninggalan Kerajaan Thailand di Indonesia.

Sedangkan Curug Omas yang memiliki ketinggian dua kali lipat dari Curug Dago berasal dari aliran Sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terbentang sebuah jembatan. Pengunjung bisa merasakan sensasi ketegangan ketika menyeberangi air terjun tersebut.

Gua penuh bersejarah

Di zaman penjajahan Jepang dan Belanda, daerah Dago Pakar menjadi sebuah basis perlindungan yang aman bagi pasukan dari kedua negara tersebut. Awal sejarah terbentuknya Goa Belanda ini pada tahun 1941 pada masa Perang Dunia II.

KOMPAS.com/Dhanang David Aritonang Gua bersejarah di Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, Bandung.

Selain digunakan sebagai markas perlindungan, Goa Belanda ini digunakan sebagai stasiun radio komunikasi pasukan Belanda. Lokasi yang tertutup oleh pegunungan dan hutan-hutan menjadi tempat strategis bagi pasukan Belanda.

Di tahun 1942, Belanda menyerah kepada Jepang. Kemudian Goa Belanda yang ada di taman ini diambil alih oleh pasukan Jepang. Selain mengambil alih Goa Belanda, pasukan Jepang juga membuat goa perlindungan baru untuk basis pertahanan yang kini di sebut sebagai Goa Jepang.

Kondisi Goa Belanda dan Goa Jepang ini masih terawat dan tidak ada bekas coretan tangan-tangan jahil pengunjung. Untuk pengunjung yang ingin mencoba masuk ke dalam gua ini, diharapkan menyewa senter dari pedagang di luar gua. Sebab kondisi gua yang sangat gelap dan tidak ada sela untuk cahaya masuk.

Jadi jika Anda rindu akan kesejukan Kota Bandung, Anda bisa mengunjungi taman ini yang buka dari pukul 8.00 hingga pukul 16.00. Selamat menikmati keasrian hutan pinus sambil merasakan nuansa peninggalan sejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com