Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe Itu Wow Banget...!

Kompas.com - 14/07/2014, 12:52 WIB
TEMPE telah menjadi bagian dari menu kelas menengah. Tempe terhidang di hotel-hotel bintang lima. Enak dan sehat memang. Dalam 1 gram tempe terkandung sepuluh pangkat sembilan bakteri baik. Mengandung protein berkualitas tinggi, tetapi rendah lemak. Wow....

Presenter Ivy Batuta (37) menjadi salah seorang fans berat tempe. Sejak kecil hingga menjadi ibu dua anak, Ivy yang berdarah Minang ini mengonsumsi tempe setiap hari. ”Aku fanatik tempe. Tempe itu wow banget. Kalau dibelek, tubuhku ini isinya tempe semua, ha-ha-ha...,” kata Ivy.

Di apartemennya di Kemang Village, Jakarta Selatan, Ivy dan keluarganya sibuk menyiapkan menu berbuka puasa yang didominasi tempe, Rabu (9/7/2014). Begitu Ivy menyajikan nasi dengan lauk tempe tepung dan tempe kecap, dua putri cantiknya, Qiara Quesqi (4,5) dan Zivanka Zara (3,5), segera berebut menyantap tempe. Suami Ivy, Edu Napitupulu (39), pun dengan sigap membantu menyuapi anaknya.

Demi olahan tempe yang enak, Ivy hanya mau menyantap tempe yang diolah tradisional dan biasa dijual di pasar tradisional. Bagi Ivy, tempe terenak adalah tempe yang masih dibungkus dengan lembaran daun pisang.

Tiap kali jajan di restoran, seperti ketika buka puasa bersama teman-temannya pada Selasa (8/7/2014), Ivy tetap memilih dan memesan menu tempe mendoan. ”Nasi sama tempe itu sudah kenyang banget dan enggak pengin yang lain lagi. Anak-anak juga suka. Mereka nggragas banget makan tempe kayak saya,” tambah Ivy.

Pada bulan Ramadhan seperti ini, tempe juga menjadi pilihan utama untuk berbuka puasa atau sahur. Apalagi, berdasarkan hasil penelitian, tempe mengandung indeks glikemik yang rendah sehingga lama menahan kenyang.

Ivy mewarisi resep olahan tempe dari orangtuanya. Kali ini, ia mengolah tempe kecap dengan bumbu sederhana hanya bawang merah, bawang putih, dan kecap. Untuk tempe tepung, ia membubuhkan ketumbar dan bawang putih. Menu lain yang disukainya adalah sambal tempe daun kucai.

Menu vegan

Tempe juga menjadi santapan idaman para vegetarian atau vegan. Salah satunya Janti Wignjopranoto, seorang vegan yang mengonsumsi tempe sebagai salah satu bahan makanan sehari-hari.

”Dokter saya memberi tahu agar saya mengurangi makan daging, bakar-bakaran, dan produk susu,” ujar Janti, penyintas kanker, yang hanya mengonsumsi bahan makanan berbahan dasar tumbuhan atau plant-based.

Tempe pilihan Janti adalah tempe berbahan baku kedelai lokal yang juga diproses secara organik dengan peragi alami. Tempe jenis ini diyakini Janti bermanfaat bagi tubuh karena kandungan protein yang tinggi. Dia mengolah tempe dalam keadaan segar, maksimal tiga hari penyimpanan. Janti juga menghindari tempe goreng. Sebagai gantinya, ia mengolah tempe dengan cara dipanggang dan dikukus dalam berbagai varian menu.

Janti, misalnya, menggunakan tempe sebagai campuran salad. Ia juga mengolahnya sebagai sate tempe atau sushi tempe. Kadang-kadang ia juga memanggang tempe yang dipadukan bersama sayuran seperti urap pare yang dia konsumsi dengan nasi tiwul. Menu kreasinya itu di sebarluaskan melalui akun Instagram-nya, @alterjiwo.

Di hotel berbintang, tempe tampil dengan menu sesuai lingkungannya. Ragam kreasi menu tempe terhidang di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta; The Sahid Rich, Yogyakarta; dan Hotel Santika, Jakarta.

Kompas mencicipi olahan tempe ala Sahid. Dengan cekatan di dapur Restoran Bengawan Solo, Hotel Sahid, Chef Tikno Widodo (59) mengolah beragam menu tempe, seperti nugget, martabak, oseng-oseng, hingga bola-bola tempe. Tempe di Grand Sahid Jaya, menurut Direktur Sales Marketing Sahid Vivi Herlambang, disajikan dengan konsep elegan. The Sahid Rich punya menu tempe khas Yogyakarta, antara lain jadah tempe, oseng-oseng orak-arik tempe, bacem tempe, dan tempe mendoan.

Di Santika, menurut Manajer Public Relations Hesty Ning Tyas, tempe menjadi bagian dari ciri khas menu Nusantara yang disajikan setiap hari. ”Tempe bisa dibikin apa saja. Di sini justru paling laris tempe mendoan. Sehari bisa laku minimal 55 porsi, lebih laris dibandingkan burger,” tambah Tikno.

Manfaat hebat

Tempe disukai bukan tanpa alasan. Kedelai sebagai bahan baku utama tempe mengandung protein berkualitas tinggi, tetapi rendah lemak sehingga bisa mengurangi risiko munculnya penyakit berat seperti jantung koroner atau kanker. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe (Rhizopus sp) selama proses fermentasi juga membuat protein, lemak, dan karbohidrat menjadi lebih mudah dicerna.

Tempe dan produk olahannya mengandung iso flavon yang dapat meningkatkan kadar kolesterol baik, menurunkan kolesterol jahat, sehingga baik bagi kesehatan. ”Satu gram tempe mengandung sepuluh pangkat sembilan bakteri baik. Makan tempe seperti vaksinasi oral. Tempe sebagai paraprebiotik, dapat meningkatkan kekebalan tubuh,” kata Prof Antonius Suwanto dari Institut Pertanian Bogor.

Presiden Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia Prof Hardinsyah menyebutkan keunggulan tempe sebagai sumber protein, vitamin, dan lemak nabati. Tempe juga menjadi satu-satunya produk nabati yang mampu menghasilkan vitamin B12.

”Vitamin B12 ini lahir dari proses fermentasi. Unik, tidak ditemukan pada olahan kedelai lainnya,” tambah Hardinsyah.

Karena manfaatnya yang luar biasa pula, Mukhamad Angwar dari Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI Gunung Kidul, DI Yogyakarta, mengolah tempe menjadi beragam produk. Ia dan timnya, antara lain, membuat campuran tepung tempe dan air bagi pasien yang memiliki daya cerna sempurna, tetapi tak bisa mengunyah, yang dinamai makanan lewat pipa atau MLP berbasis tempe. Ada pula produk tempe lain, seperti tempe kental manis atau pasta tempe.

Tempe semakin unik karena merupakan produk asli Indonesia. Lebih dari 115.000 produsen tahu dan tempe tersebar di seluruh Tanah Air. Tempe lahir dan menjadi sumber protein utama bagi perbaikan gizi masyarakat Indonesia. Karena itu, saat ini para ahli sedang berupaya memperjuangkan tempe agar diakui oleh dunia internasional sebagai warisan dunia dari Indonesia.

Hidup tempe...! (Mawar Kusuma & Dwi As Setyaningsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com