Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 18/07/2014, 10:37 WIB
EditorI Made Asdhiana
MENYUSURI sela-sela rumah warga Kampung Sade, Desa Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, bagaikan menelusuri sebuah labirin. Di kiri kanan berdiri rumah tradisional suku Sasak dengan dinding anyaman bambu dan atap alang-alang. Bagian teras rumah dimanfaatkan sebagai gerai untuk memajang aneka kain tenun buatan tangan.

Jarum jam menunjuk lepas pukul 10.00 Wita, beberapa saat lalu. Namun, matahari masih redup menyinari Sade akibat terhalang mendung. Kesibukan mencolok tampak di beruga, semacam balai tradisional mirip gazebo yang berada di belakang area parkir, tepat di pinggir jalan utama Sengkol-Kuta di NTB.

Puluhan warga berbagai usia berkumpul. Sebagian menikmati sajian nasi dengan sayur kedelai yang hanya diberi bumbu asam dan garam, sebagian sibuk membuat kulit ketupat, dan sisanya memasak di tungku kayu. Saat itu, sebagian warga Sade tengah mempersiapkan tradisi ngenguris atau ngurisan, sebuah ritual memotong rambut pertama bayi yang baru lahir.

Puncak acara ngenguris sendiri dilaksanakan keesokan harinya di makam leluhur. Masyarakat Sasak di Sade masih teguh memegang tradisi. Dan, kegiatan itu dilaksanakan secara gotong royong dari awal hingga usai. ”Ayo, siapa pun boleh datang dan ikut menikmati,” ujar seorang warga sambil menyodorkan sepiring nasi.

Sementara itu semakin siang wisatawan yang datang ke Sade silih berganti, terutama wisatawan lokal. Mereka tiba dalam kelompok kecil dan langsung disambut oleh pemandu yang notabene merupakan pemuda setempat. Mengenakan sarung dan ikat kepala, mereka ramah menjelaskan kondisi sosial dan sejarah perkembangan kampung mereka.

Seusai mendapat penjelasan singkat di halaman beruga sekanam, wisatawan langsung diajak menyusuri perkampungan. Wisatawan memang bukan hal baru di mata orang Sade, termasuk anak-anak. Mereka fasih merayu wisatawan agar membeli cendera mata, mulai dari gelang, kalung, gantungan kunci, hingga tentu saja kain tenun buatan orangtuanya.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Suku Sasak di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Sade menjajakan kain tenun khas Lombok kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung tradisional tersebut.
Orang Sade memang beruntung. Selama ini, tenun dan pariwisata telah menjadi sumber penghasilan utama, selain bertani. Di musim pancaroba seperti sekarang, lahan banyak ditanami kedelai dan palawija. Sambil menunggu tanaman panen, otomatis penghasilan dari berjualan kain tenun dan pendukungnya yang menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Semua menenun

”Semua warga di sini menenun meskipun mereka punya lahan. Rata-rata lahan di sini sempit. Saya sendiri belajar menenun sejak kecil, saat berumur 10 tahun,” ujar Naya’an (40), yang tengah menyelesaikan sebuah songket di depan rumahnya. Perempuan Sasak bisa menghabiskan waktu satu bulan untuk menenun songket. Sementara untuk ukuran yang lebih kecil, seperti taplak meja atau sajadah, hanya membutuhkan waktu satu minggu.

Tenun Sasak memiliki banyak motif, di antaranya sabuk antang, subhanala, tapok kemolo, dan ragi genep. Namun, dalam perkembangannya, saat ini ada beberapa produk buatan luar desa yang dijual di Sade, seperti tas. Bahan tas berasal dari tenun karya warga Sade. Oleh karena tidak ada mesin jahit, kain itu dijahit di luar. Semua produk dihargai bervariasi, mulai puluhan sampai ratusan ribu, tergantung jenis dan ukuran.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cuti Bersama Nyepi 2023, Masyarakat Diimbau Liburan di Indonesia

Cuti Bersama Nyepi 2023, Masyarakat Diimbau Liburan di Indonesia

Travel Update
Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023 Digelar 27 Maret-2 April

Garuda Indonesia Online Travel Fair 2023 Digelar 27 Maret-2 April

Travel Update
Artotel Casa Cikarang Dibuka, Ada Promo Menginap mulai Rp 490.000

Artotel Casa Cikarang Dibuka, Ada Promo Menginap mulai Rp 490.000

Hotel Story
Kata Menparekraf Soal Pencabutan Visa on Arrival WNA Rusia dan Ukraina

Kata Menparekraf Soal Pencabutan Visa on Arrival WNA Rusia dan Ukraina

Travel Update
Cara ke TMII Naik Bus Transjakarta, Berhenti di Pintu 3 

Cara ke TMII Naik Bus Transjakarta, Berhenti di Pintu 3 

Travel Tips
Mulai dari Perth hingga Ningaloo Reef, Berikut Destinasi Wisata Eksotis Australia Barat yang Wajib Disambangi

Mulai dari Perth hingga Ningaloo Reef, Berikut Destinasi Wisata Eksotis Australia Barat yang Wajib Disambangi

BrandzView
Jam buka dan Harga Tiket Masuk TMII 2023

Jam buka dan Harga Tiket Masuk TMII 2023

Travel Tips
Pendakian Gunung Andong Ditutup Selama Ramadhan 2023

Pendakian Gunung Andong Ditutup Selama Ramadhan 2023

Travel Update
40 Ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 2023 yang Bermakna 

40 Ucapan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 2023 yang Bermakna 

Travel Update
Gardu Pandang Ketep Magelang, Dahsyatnya Merapi sampai Indahnya Panorama 2 Gunung

Gardu Pandang Ketep Magelang, Dahsyatnya Merapi sampai Indahnya Panorama 2 Gunung

Jalan Jalan
Spot Sunset Jakarta, Menikmati Matahari Terbenam di Halte Bundaran HI

Spot Sunset Jakarta, Menikmati Matahari Terbenam di Halte Bundaran HI

Jalan Jalan
Naik 87 Persen, Angkasa Pura I Layani 4,8 Juta Penumpang per Februari 2023

Naik 87 Persen, Angkasa Pura I Layani 4,8 Juta Penumpang per Februari 2023

Travel Update
Museum Basoeki Abdullah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket, dan Fasilitas

Museum Basoeki Abdullah: Lokasi, Jam Buka, Harga Tiket, dan Fasilitas

Jalan Jalan
10 Wisata Tersembunyi di Ubud, Ada Pura hingga Museum

10 Wisata Tersembunyi di Ubud, Ada Pura hingga Museum

Jalan Jalan
Menara Langit Merapi di Gardu Pandang Ketep Sudah Bisa Dikunjungi Wisatawan

Menara Langit Merapi di Gardu Pandang Ketep Sudah Bisa Dikunjungi Wisatawan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+