Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2014, 10:37 WIB
EditorI Made Asdhiana

Selain kain, rumah tradisional menjadi salah satu obyek menarik. Saat ini, ada 150 rumah tradisional dengan jumlah penghuni sekitar 700 jiwa di kampung itu. Ada lima bentuk bangunan di dalamnya, yakni beruga sekenam yang biasa dipakai sebagai tempat musyawarah memecahkan masalah, sunatan, dan perkawinan; beruga sekebat untuk kegiatan seperti akikah; balai jajar, balai kodong, dan balai tani. Selain itu, ada lumbung yang bentuknya khas.

Rumah orang Sasak umumnya terdiri atas dua ruang. Ruang depan untuk orangtua dan anak, sedangkan ruang belakang untuk dapur, tempat tidur gadis, dan tempat melahirkan. Orang Sasak tidak mengenal lamaran sehingga untuk menikah si pria harus membawa lari si perempuan atau kawin lari. Setelah itu mereka baru memberi tahu orangtua.

Selain dua ruang, rumah tradisional suku Sasak memiliki teras rendah dengan tangga tiga buah. Semua itu memiliki filosofi. Teras rumah yang rendah mengandung maksud agar tamu merunduk. Ada atau tidak pemilik rumah, mereka yang hendak bertamu pasti merunduk. Adapun jumlah anak tangga melambangkan supaya kita semua ingat kepada Yang Maha Kuasa, ingat kepada ibu, dan kepada ayah.

”Perkampungan ini berdiri sejak 1907 dan tahun 1979 sudah menjadi tempat wisata. Dahulu, semua rumah di kawasan ini adalah tradisional. Namun, sebagian kini berubah dengan rumah model baru, yakni mereka yang tinggal di luar kampung. Yang tinggal di dalam kampung Sade ini merupakan generasi kelima belas,” ujar Ariyadi (23), warga setempat.

Warga Sade juga memiliki kebiasaan unik dalam merawat rumah. Mereka memanfaatkan kotoran sapi dan kerbau untuk mengepel lantai secara berkala. Mereka percaya tindakan ini bisa membuat lantai mengilap, tidak lembab, dan menghindarkan dari nyamuk.

Begitulah aktivitas keseharian yang melekat dengan dunia pariwisata menjadi denyut nadi warga Sade yang terus berputar. Kearifan mereka merupakan modal untuk bisa bertahan sekaligus mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan tradisi. Abdul Manaf (23), salah satu pemandu wisata, mengatakan, rata-rata pengunjung mencapai 500 orang per hari. Pengunjung ramai waktu libur sekolah atau sekitar bulan Agustus. (Defri Werdiono)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

10 Tempat Liburan Sekolah di Surabaya yang Seru, Bisa Ajak Teman

10 Tempat Liburan Sekolah di Surabaya yang Seru, Bisa Ajak Teman

Jalan Jalan
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Omah Prahu 99, Spot Sunset di Tepi Waduk Cengklik Boyolali

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Omah Prahu 99, Spot Sunset di Tepi Waduk Cengklik Boyolali

Travel Tips
Festival Pantai Takari di Bangka, Ada Lomba Mengais Kerang Bambu, Cipta Suvenir, hingga Zumba

Festival Pantai Takari di Bangka, Ada Lomba Mengais Kerang Bambu, Cipta Suvenir, hingga Zumba

Travel Update
Syarat Terbaru Naik KA usai Wajib Masker Dicabut, Apakah Berubah?

Syarat Terbaru Naik KA usai Wajib Masker Dicabut, Apakah Berubah?

Travel Update
Rute ke Omah Prahu 99 Boyolali, Spot Sunset Keren di Tepi Waduk Cengklik

Rute ke Omah Prahu 99 Boyolali, Spot Sunset Keren di Tepi Waduk Cengklik

Travel Tips
5 Gunung yang Pas untuk Solo Hiking, Ada yang Lebih dari 3.000 Mdpl

5 Gunung yang Pas untuk Solo Hiking, Ada yang Lebih dari 3.000 Mdpl

Travel Update
Sandaran Tangan Kursi Tengah Pesawat Buat Siapa? Ada Etikanya

Sandaran Tangan Kursi Tengah Pesawat Buat Siapa? Ada Etikanya

Travel Tips
5 Wisata Sejarah di Kabupaten Biak Numfor Papua, Ada Goa Jepang

5 Wisata Sejarah di Kabupaten Biak Numfor Papua, Ada Goa Jepang

Jalan Jalan
Wings Air Terbang dari Pekanbaru keTanjungpinang PP per Juli 2023

Wings Air Terbang dari Pekanbaru keTanjungpinang PP per Juli 2023

Travel Update
Kilas Balik Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Berawal dari Lapak di Trotoar

Kilas Balik Pasar Barang Antik Jalan Surabaya, Berawal dari Lapak di Trotoar

Jalan Jalan
10 Tempat Wisata Sejarah di Medan untuk Liburan Sekolah 

10 Tempat Wisata Sejarah di Medan untuk Liburan Sekolah 

Jalan Jalan
Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung

Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung

Jalan Jalan
6 Pantai di Biak Numfor Papua, Cocok untuk Berenang dan Snorkeling

6 Pantai di Biak Numfor Papua, Cocok untuk Berenang dan Snorkeling

Jalan Jalan
2 Pesawat Bersentuhan, Landasan Pacu di Bandara Jepang Ditutup

2 Pesawat Bersentuhan, Landasan Pacu di Bandara Jepang Ditutup

Travel Update
Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com