Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/07/2014, 14:23 WIB
EditorI Made Asdhiana

Las bersama anak didiknya kerap diminta mengisi berbagai acara di tingkat kecamatan sampai Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Las juga menjadi duta seni, seperti pada Bulan Citra Budaya NTB 2011 di Sumbawa Besar, Pulau Sumbawa. Dia juga sering diminta menari untuk menyambut tamu-tamu penting.

Keluarga seniman

Persinggungan Las dengan seni tari dimulai sejak duduk di kelas I SD. Awalnya, sang ayah, Ruslan Efendi, yang mengajari dia menari. Sang ayah adalah seorang penabuh gamelan.

Ketika ayahnya meninggal, Las belajar menari dari sang ibu, Kamiwati, dan kakaknya, Elya Arisanti, yang juga penari. Selain kepada mereka, dia juga belajar menari dari beberapa seniman tari di desanya.

”Waktu masih kecil, saya suka mengintip kalau ada kakak-kakak yang sedang berlatih menari,” ujar anak ketiga dari tiga bersaudara ini.

Dari sekadar sebagai penonton, Las lalu mempraktikkan sendiri hasil pantauannya. Selagi rumahnya sepi, dia mengurung diri di kamar, memutar gending, lalu menirukan gerakan-gerakan tari yang dia lihat.

”Hanya sekitar dua kali melihat orang menari, saya bisa lancar menarikan satu tarian,” ungkap dia.

Ada rekan sebaya yang menyindir dia karena menekuni tari tradisional. Namun, Las memilih mengikuti kata hatinya. Dia menyadari tarian tradisional kurang mendapat perhatian, bahkan lambat laun bisa hilang karena semakin tak diminati generasi muda.

Komitmennya itu membuat Las berusaha memenuhi permintaan menari sekalipun tidak dibayar. ”Dalam dunia seniman di Lombok dikenal ungkapan culuk menang, talo perasak atau yang penting dapat menghibur orang, saya sudah senang,” kata dia.

Dengan prinsip itu, penghasilan Las tidak menentu. ”Kalau pentas resmi, saya mendapat honor sekitar Rp 150.000,” ucap Las. Sementara honornya sebagai pengajar tari di sekolah relatif kecil, Rp 50.000 untuk berapa pun jumlah muridnya.

Meski penghasilannya terbatas, Las berharap suatu hari nanti bisa mengenyam bangku kuliah di perguruan tinggi yang membuka jurusan seni tari. ”Saya ingin punya pengetahuan teori, enggak cuma bisa menari karena praktik,” ujar Las. (KHAERUL ANWAR)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+