Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Berwisata Sembari Membuat Wayang di Wukirsari

Kompas.com - 24/07/2014, 08:48 WIB
advertorial

Penulis

JAKARTA – Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pepatah ini agaknya pas bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wukirsari. Pasalnya, di desa yang terkenal sebagai Desa Wayang ini, para wisatawan tak hanya dapat menikmati panorama alam nan indah, mengagumi hasil kerajinan kreatif wayang kulit, menikmati aneka kuliner tradisional, wisata rohani ke pemakaman Imogiri, tapi mereka juga dapat belajar membuat tatah sungging wayang kulit.

Tatah sungging merupakan seni memahat dan mewarnai dalam satu media berupa kulit sapi, kerbau atau kambing. Kulit hewan di Desa Wukirsari, tepatnya di Dusun Pucung, memang tak hanya dibuat menjadi wayang kulit. Juga banyak diolah menjadi barang kerajinan kulit lain, seperti pembatas buku, kipas, tempat lampu, hiasan dinding, dan lainnya.

Berbagai workshop tatah sungging belakangan ini banyak ditawarkan kepada para wisatawan. Workshop tersedia dalam berbagai pilihan paket. Ada  yang hanya berupa pelatihan tatah sungging saja, pelatihan tatah sungging + snack, dan pelatihan tatah sungging + snack + penginapan berupa homestay. Para wisatawan tinggal pilih.

Menurut Riyadi, pemilik dan pengrajin wayang kulit Riyadi Art,  membuat wayang kulit tatah sungging saat ini berbeda jauh dibanding tahun-tahun sebelumnya. Generasi muda menganggap pekerjaan membuat wayang tatah sungging bukan satu pekerjaan yang menjanjikan. Mereka lebih suka bekerja di sektor lain. Ini membuat perajin tatah sungging kini lebih banyak didominasi perajin lanjut usia.

Desa Wayang Wukirsari

Wukirsari, yang terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkenal dengan para perajin wayang kulit. Juga terkenal akan keramahtamahan masyarakatnya. Desa Wayang  ini mewarisi tradisi membuat wayang kulit tatah sungging. Sebuah tradisi yang telah berlangsung hampir 100 tahun.

Tradisi ini kemudian diwariskan pada generasi penerus hingga saat ini. Namun, era modernisasi dan kemajuan zaman telah mengubah pola pembuatan tatah sungging. Jika sebelumnya para perajin membuat wayang kulit lebih ke arah pakem pembuatan wayang yang akan digunakan para dalang, kini pembuatan wayang tatah lebih berorientasi pada pembuatan wayang untuk suvenir para wisatawan.

Salah satu dusun yang mayoritas warganya sebagai perajin wayang kulit adalah Dusun Pucung (belakangan menjadi Karangasem) di Desa Wukirsari. Di dusun ini masyarakat masih meneruskan tradisi membuat wayang tatah sungging yang pernah diajarkan para leluhur. Wayang tatah sungging adalah wayang yang dikerjakan dengan proses ditatah terlebih dulu setelah itu dilakukan proses pewarnaan.

Bahan utama yang digunakan untuk membuat wayang tatah sungging adalah kulit kambing, sapi, atau kerbau. Selain kulit hewan, yang tak boleh ketinggalan adalah seperangkat alat tatah yang terdiri dari 27 jenis -- mulai dari yang berukuran kecil, sedang, hingga yang berukuran besar. Alat tatah ini sangat penting untuk membuat karakter wayang yang akan dikerjakan.

-

Proses pengerjaan satu wayang umumnya memakan waktu satu pekan. Proses tatah yang paling sulit ketika akan membuat tokoh wayang raja-raja, seperti tokoh pewayangan Gatot Kaca, Krishna, dan raja lainnya.

Kesulitan terletak pada detail bentuk dan mahkota yang digunakan raja- raja. Karena seorang penatah wayang harus mampu mengeluarkan karakter tokoh wayang yang dibuatnya. Bagi Riyadi, membuat tokoh wayang Punakawan dan Pandawa Lima cenderung lebih mudah dan simpel.

Lamanya waktu pembuatan mempersulit ekonomi para perajin. Belum lagi bahan baku yang terus melonjak naik dari waktu ke waktu. Keadaan sulit ini membuat banyak perajin yang beralih bekerja di sektor lain. Bila keadaan ini terus belangsung, sudah pasti pelestarian dan pengembangan wayang kulit di Desa Wukirsari terancam.

Jelas PT Bank Centra Asia Tbk (BCA) tak ingin hal itu terjadi. BCA berharap Desa Wukirsari kembali harum bagi wisatawan. Sembari berusaha meningkatkan ekonomi masyarakat, pelestarian dan pengembangan wayang kulit harus tetap terjaga.

"Sebagai bank yang telah melayani masyarakat selama lebih dari 57 tahun, dan menjadi bagian dari komunitas, BCA berkeyakinan bahwa dengan memberikan dukungan kepada masyarakat, dapat menciptakan kesuksesan bersama," kata  Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.


Membina Desa Wisata

Sebagai bentuk komitmen untuk terus berupaya mendukung pelestarian dan pegembangan wayang Indonesia, sejak 17 Juli 2014 BCA mulai  membina Wukirsari menjadi desa wisata wayang. Pembinaan diawali dengan pelatihan kemampuan serta keterampilan SDM bidang pariwisata pada 17-18 Juli 2014.

Dari pelatihan singkat ini diharapkan akan lahir tenaga-tenaga terampil di bidang pemandu wisata. Juga dapat meningkatkan kemampuan para peramuwisata tentang pasar wisata, dan pengelolaan objek wisata di desa berpenduduk sekitar 16.000 jiwa itu.

Program pelatihan juga merupakan wujud konsistensi dan keterlibatan aktif BCA dalam mendukung pelestarian budaya dan perkembangan sektor pariwisata di Indonesia. “Kami berharap pendampingan dan pelatihan yang diberikan akan mengembalikan kejayaan Desa Wukirsari sebagai salah satu destinasi wisata wayang di Yogyakarta,” kata Sabar Purnomo, Kepala BCA KCU Yogyakarta.

Desa Wukirsari memang telah dikenal sebagai salah satu tujuan wisata wayang di Yogyakarta. Masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri seperti Swiss, Perancis, Belanda, dan Jepang, banyak yang belajar kesenian wayang di desa yang berada di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Di situ mereka belajar membuat wayang, belajar memainkan gamelan, menonton pertunjukan wayang, serta tinggal di rumah para  perajin wayang.

Seiring dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata di Indonesia, khususnya Yogyakarta, maka Wukirsari harus melakukan pengembangan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasar pariwisata. Melalui program Bakti BCA untuk Semua ini, BCA ingin mengoptimalkan fungsi Wukirsari sebagai desa wisata wayang.

Cara Menuju Wukirsari

Dari Bandara Adisucipto: keluar melalui pintu bawah tanah, kemudian naik bis Trans Yogya, turun di Terminal Giwangan. Dari Stasiun Tugu: keluar melalui pintu depan, lalu naik bis Trans Yogya, turun di Terminal Giwangan. Dari Stasiun Lempuyangan: naik bis jalur 6, turun di Terminal Giwangan. Dari Terminal Giwangan, naik bis jurusan Imogiri (ongkos Rp 4.000). Lanjut naik angkutan ke Wukirsari (ongkos Rp 3.000). Dari Terminal Jombor: naik bis jurusan Tempel, turun di ringroad perempatan jalan ke Bantul. Lalu naik bis jurusan Imogiri, lanjut naik angkutan ke Wukirsari. Naik kendaraan pribadi: dari Yogyakarta menelusuri  jalan sekitar 15 kilometer menuju Imogiri. Lalu ikuti petunjuk arah menuju Wukirsari.

Tak jauh dari Wukirsari, terdapat daerah tujuan wisata lain. Ada pusat kerajinan sepatu dan kulit Manding, pasar seni berbasis TI Gabusan, Parangtritis dan kuliner laut, gerabah Kasongan, dan tempat penangkaran penyu Pantai Samas. (adv)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com