Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Api Biru Kawah Ijen

Kompas.com - 27/07/2014, 14:37 WIB
ADA kobaran api berwarna biru yang menyala ketika gelap menjelang dan meredup saat fajar menyingsing. Pesona semburat api biru yang tak biasa itu membuat siapa pun yang datang ke Kawah Ijen yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur, akan mengabaikan bau belerang yang menyengat di kawasan tersebut.

Bahkan, keindahan api biru yang membara itu sanggup menghilangkan kepenatan setelah mendaki Kawah Ijen.

Untuk menikmati keajaiban itu, pengunjung harus mendaki dari Paltuding, gerbang pendakian bagi wisatawan di Kawah Ijen sepanjang 3,8 kilometer.

Pemandangan di sekitarnya dan perjumpaan dengan petambang belerang dapat mengurangi kelelahan menapaki tanah bercampur pasir nan mendaki.

Pengunjung yang ingin melihat api biru bisa memulai pendakian pukul 03.00. Namun, pengunjung hanya boleh naik sampai 1 kilometer sebelum bibir kawah.

Untuk menikmati pesona kawasan wisata Kawah Ijen, mulai Agustus nanti pengunjung warga negara asing akan dikenai biaya masuk Rp 100.000 per orang pada hari kerja dan Rp 150.000 pada hari libur. Ongkos baru itu naik hampir sepuluh kali lipat dibandingkan sebelumnya yang hanya Rp 15.000.

KOMPAS/HARRY SUSILO Petambang sedang mengambil belerang di Kawah Ijen, Jawa Timur.
Sementara itu, wisatawan Nusantara dikenai tarif masuk Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 pada hari libur. Khusus bagi pelajar atau mahasiswa yang datang berombongan atau minimal 10 orang hanya Rp 3.000 per orang pada hari kerja dan Rp 4.500 pada hari libur.

Aktivitas meningkat

Menurut catatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jember, Kawah Ijen menarik banyak kunjungan wisatawan mancanegara, terutama dari Perancis, Belanda, Italia, dan Asia. Atraksi yang ditawarkan di lokasi taman wisata alam itu selain api biru (blue fire), juga panorama pegunungan dan kegiatan sublimasi belerang.

Ekosistem kawasan Kawah Ijen merupakan ekosistem hutan hujan dataran tinggi yang memiliki keunikan tersendiri dan jarang dijumpai di ekosistem dataran tinggi lainnya.

”Ada proses sublimasi asam sulfat dan garam sulfat menjadi belerang yang tidak ada habisnya,” kata Dheny Mardiono, staf BKSDA Jember.

Ada juga kegiatan penambangan belerang yang menjadi bagian daya tarik dari kawasan Ijen. ”Setiap tahun jumlah pengunjung ke Kawah Ijen meningkat.

KOMPAS/HARRY SUSILO Petambang sedang mengambil belerang di kawasan Kawah Ijen, Jawa Timur, Selasa (12/11/2013). Dalam sehari, seorang petambang dapat membawa belerang 60 hingga 140 kilogram dengan imbalan Rp 780 per kilogram. Untuk menambah penghasilan, sebagian dari petambang juga berprofesi sebagai pemandu wisata bagi turis yang berkunjung ke kawah di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso tersebut.
Tahun 2011 wisatawan mancanegara berkisar 8.615 orang dan wisatawan Nusantara tak kurang dari 7.617 orang,” kata Dheny.

Setahun kemudian jumlah pengunjung merosot karena aktivitas gunung berapi itu meningkat. Status Gunung Ijen pun dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga untuk waktu yang cukup lama. Jumlah pengunjung tahun 2012 hanya 2.317 orang bagi wisatawan asing dan 1.212 orang wisatawan domestik.

Setahun kemudian atau tahun 2013 jumlah pengunjung berangsur-angsur naik menjadi 2.673 orang wisatawan asing dan 8.713 orang domestik.

Hingga sekarang status Gunung Ijen yang memiliki danau kawah berukuran 960 meter x 600 meter dengan kedalaman sekitar 200 meter itu berstatus Waspada. (Syamsul Hadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com