Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kirab Seribu Ketupat Diharapkan Jadi Wisata Primadona di Kudus

Kompas.com - 05/08/2014, 12:11 WIB
KUDUS, KOMPAS.com - Perayaan "syawalan" dengan prosesi kirab gunungan Seribu Ketupat Kanjeng Sunan Muria diharapkan menjadi salah satu obyek wisata primadona di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

"Sejak perayaan syawalan digelar mulai 2007 hingga sekarang, cenderung menunjukkan daya tarik wisatawan yang cukup tinggi yang dibuktikan dari padatnya pengunjung setiap perayaan syawalan digelar," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Yuliono Tri Nugroho, Senin (4/8/2014).

Yuliono berharap tingginya animo wisatawan menyaksikan perayaan Seribu Ketupat menjadikan acara ini sebagai salah satu obyek wisata primadona selain obyek wisata lain yang ada di Kudus.

Apalagi, lanjut dia, Bupati Kudus Musthofa dalam sambutannya pada prosesi kirab gunungan Seribu Ketupat Kanjeng Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe juga menginginkan tradisi tersebut tetap digelar setiap tahunnya.

Bupati Kudus berharap, tingginya kunjungan wisatawan bisa mendongkrak retribusi untuk kawasan obyek wisata Colo yang pemasukan tahun ini ditargetkan mencapai Rp 1,2 miliar. Target pemasukan sebesar itu berasal dari retribusi pengunjung memasuki kawasan obyek wisata Colo, sewa penginapan, serta tempat parkir.

Berdasarkan pengamatan, pengunjung yang memadati lokasi perayaan Seribu Ketupat tidak hanya dari Kudus, melainkan sejumlah warga dari berbagai daerah di Jateng juga ikut meramaikan perayaan tersebut.

Salah satunya, Suryani (35), warga Purwodadi, mengaku, sengaja datang ke Kudus untuk menyaksikan perayaan Seribu Ketupat. "Kami sekeluarga juga ingin mendapatkan berkah dari ritual tersebut," ujarnya.

Bahkan, lanjut Suryani, dirinya juga rela berebut ketupat dan lepat untuk dimakan bersama keluarga dengan harapan keluarganya terhindar dari segala macam penyakit dan mendapatkan kemudahan jalan dalam mendapatkan rezeki.

Bupati Kudus Musthofa berharap, kirab Seribu Ketupat ini tetap bisa diselenggarakan setiap tahunnya, meskipun periode kepemimpinannya berakhir.

Apalagi, warga yang berkunjung juga cukup banyak sehingga tidak perlu dimobilisasi sudah langsung datang sendiri memadati lokasi perayaan seribu ketupat. "Mudah-mudahan masyarakat ikut merasakan manfaat perayaan ini," ujarnya.

Tradisi Seribu Ketupat merupakan bentuk rasa syukur warga setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan selama sebulan, diwarnai dengan prosesi kirab gunungan Seribu Ketupat Kanjeng Sunan Muria. Gunungan yang terdiri atas susunan seribu ketupat dan ratusan lepat (jenis makanan dari ketan) diarak dari rumah kepala desa setempat menuju Masjid Sunan Muria.

Berikutnya ritual ziarah ke Makam Sunan Muria, dilanjutkan dengan minum air dan cuci kaki serta tangan dengan air dari gentong peninggalan Sunan Muria dan penyerahan ketupat gunung dari Ketua Yayasan Makam Sunan Muria kepada rombongan.

Di lokasi terakhir tersebut, ratusan warga yang menanti sejak pagi memadati Taman Ria Colo untuk memperebutkan gunungan Seribu Ketupat yang didoakan oleh tokoh agama setempat.

Selain menyajikan seribu ketupat, dalam perayaan tersebut juga melibatkan 1.000 warga yang juga bisa menikmati sajian ketupat dan lepet gratis karena disiapkan 1.000 bungkus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com