Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2014, 14:35 WIB
DENPASAR, KOMPAS.com  - Alunan tabuh kreasi kebyar barong dari Sanggar Wali Mekar, Banjar Guming, Desa Penarungan, Badung, terdengar syahdu, di Kalangan Ratna Kanda, Art Centre, Denpasar, Bali, Rabu (6/8/2014).

Gamelan ini mengiringi para penari naik ke panggung dengan gerakan gemulai. Mereka semua adalah penari joged, namun bercadar merah muda. Joged Pong nama tarian itu, yang dibawakan oleh enam gadis cantik.

“Tarian ini diciptakan tahun 2008. Hasil inovasi yang dikreasikan dari tari joged pada umumnya. Tarian ini, jauh dari kesan porno yang selama ini melekat di tarian joged,” ujar koordinator tabuh dan tari, Ketut Lanus, kepada Tribun Bali.

Riuh tepuk tangan dan sorak–sorai penonton pecah, ketika semua penari melepaskan cadarnya dan berbalik arah. “Astaga, apa itu?” ujar Adi, seorang penonton yang kaget dan akhirnya tertawa geli.

Sebab, setelah cadar dilepas, semua penari ternyata mengenakan topeng yang bagian mulutnya monyong seperti bebek hendak mencium.

Tarian yang tadinya gemulai juga berubah menjadi sedikit beringas, namun masih dalam pakem–pakem joged.

Lanus mengatakan, kreasi ini memang ditujukan sebagai pengembalian citra tarian joged yang merosot dewasa ini. “Selain itu, saya juga ingin memerlihatkan bahwa semua penari memang basic-nya mumpuni dalam menari,” ujarnya yang menyesalkan banyaknya penari joged lepas dari pakem tarian selama ini.

Pada awal penampilan, semua penari memperlihatkan keterampilan menari, baru setelah itu kesan humor ditampilkan. “Tradisi ngibing juga masih kami pertahankan dalam tarian Joged Pong ini. Namun, dilakukan bersama secara berkelompok,” katanya.

Menurut Lanus, banyak hal yang bisa dieksplorasi dalam tarian joged, bukan hanya memerlihatkan kesan porno penarinya. “Selama ini, saya melihat, penari joged kebanyakan tidak memiliki basic menari yang mumpuni, sehingga yang ditampilkan adalah kemolekan tubuhnya yang lambat laun terkesan porno,” ujarnya.

Alasan inilah, yang membuat Lanus menampilkan Joged Pong, yang ditarikan secara berkelompok dan lebih kepada olah tubuh, serta komposisi koreografi dan pola lantai yang ingin ditonjolkannya.

"Joged itu adalah tarian hiburan, dan sebagai sarana refreshing dan ungkapan jati diri seorang pengibing,” katanya. Pakem ini, yang ia pegang kuat sebagai landasan dalam mengeksplorasi tarian yang telah ada sejak lama di Bali ini.

Menahan Tawa

Senada dengan Lanus, seorang penari, Lucia (38), mengaku sangat gembira menari Joged Pong. Bahkan selama menari, Lucia menahan tawa, melihat gelak tawa penonton yang sangat riuh melihat aksi Lucia bersama kelima rekannya.

“Lumayan juga menari ini, tapi senang bisa berjalan lancar,” ujarnya di belakang panggung sambil membuka hiasan di kepalanya.

Lucia mengaku topeng mulut bebek itu digunakan untuk menambah aksen humor di tarian Joged Pong. Wanita yang tinggal di Jalan Gatot Subroto, Denpasar, ini menambahkan tidak grogi sama sekali, sebab tarian ini sudah lama dipelajarinya. (AA Seri Kusniarti)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com