Pantai Tembok Berlin benar-benar dalam pengertian harfiah, tembok menjadi pembatas antara laut dan jalan raya sepanjang kira-kira 1 kilometer. Istilah tembok Berlin itu pun menjadi sebutan populer bagi pantai yang bernama asli Pantai Dofior itu. Tentu tembok yang dibangun dengan ketebalan sekitar 1 meter itu tidak memisahkan dua negara, tetapi menjadi pembendung gelombang laut agar tidak menggempur jalan raya.
Petang hari, di sepotong Pantai Tembok Berlin itulah puluhan warung tenda terkembang. Mas Yus (56), misalnya, mengaku sudah membuka warung tenda bernama Marinda sejak puluhan tahun lalu. ”Saya di Sorong saja sudah 30 tahun, memang tak langsung jualan,” kata lelaki asal Kediri, Jawa Timur, itu. Begitu juga Mas Roji (45), lelaki asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah berjualan ikan bakar di Pantai Tembok Berlin hampir 20 tahun silam. ”Saya ke Sorong sudah 24 tahun lalu. Pokoknya ketemunya ikan bakar,” kata pemilik warung tenda bernama Malioboro itu.
Sebagian besar pemilik warung tenda ikan bakar di Pantai Tembok Berlin adalah orang-orang perantauan dari Jawa, terutama Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Sebagian lagi berasal dari daerah seperti Makassar dan Ternate.
Mas Yus bercerita, ia yang pertama kali punya gaya menyajikan ikan bakar setengah matang di atas pelat seng, lalu menjejernya seperti sedang berenang. Selain alasan kepraktisan dalam melayani pembeli, cara penyajian seperti itu ternyata berhasil menarik selera makan calon penyantap. Begitu melihat ikan bakar, calon pembeli langsung membayangkan kelezatannya. ”Kalau ikan masih mentah, bau amisnya kadang mengurangi selera makan,” kata Mas Yus. Cara menjual ikan bakar versi Mas Yus ini dalam waktu singkat menjadi kiat jitu berjualan ikan bakar di Sorong.
”Tapi tetap yang favorit di sini ikan bakar. Ikannya dijamin segar karena baru diantarkan sore oleh para nelayan langsung,” ujar Totok, seorang pembakar ikan di warung Malioboro. Padahal dalam soal harga, warung-warung tenda ini bisa sama dengan restoran. Seekor ikan baronang seukuran telapak tangan orang dewasa, yang beratnya kurang dari satu kilogram, bisa dijual sampai Rp 60.000. Bandingkan dengan harga baronang mentah di pasar modern di Jakarta, misalnya, berkisar Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per kilogram. Dalam 1 kilogram, dengan ukuran yang sama, pembeli bisa mendapatkan 4-5 ekor ikan.
Di warung-warung tenda di Kota Sorong, harga ikan bakar berkisar antara Rp 30.000 dan Rp 60.000 per ekor. Sekali duduk, jika Anda seorang diri bisa menghabiskan sampai Rp 100.000, setelah ditambah nasi, lalapan, sambal, dan minum. Harga yang lumayan mahal buat warung sekelas kaki lima.
Bumbu khas Jawa
Kendati terbilang mahal, puluhan warung tenda di Pantai Tembok Berlin nyaris tak pernah sepi pembeli. Sepotong pantai ini bahkan menjadi keramaian malam hari, yang memberi denyut kehidupan Kota Sorong. Harapan wisatawan asal Jakarta, seperti Adrian dan Renita, yang bersama teman-temannya asal Jakarta seusai menjajal keindahan Raja Ampat, menemukan menu masakan khas Papua tidak kesampaian. Di Sorong, ia malah menemukan warung-warung tenda dengan masakan Jawa. ”Tetapi, ya, tetap dijajal. Kapan lagi bisa makan ikan yang sedang berenang, ha-ha-ha,” cerita Renita.
”Kalau mereka butuh rasa manis, kami siapkan sambal kecap plus irisan bawang merah dan cabe ijo, ada juga sambal tomat yang segar,” kata Mas Roji. Dua jenis sambal ini secara khusus dibuat saat pembeli memesan makanan. Selama melayani para pembeli daerah di depan dan belakang tenda sama sibuknya. Di depan tenda menjadi tempat membakar ikan sampai matang, di bagian belakang tenda, para karyawan tampak sibuk menyiapkan sajian plus mengulek sambal. Warung tenda Malioboro memilih menyajikan sambal tomat yang diracik bersama cabe merah dan sedikit garam serta dibubuhi daun kemangi dalam keadaan mentah. Kesegaran tomat dan cabe memberi aroma dan rasa ikan bakar yang enaknya bukan main.
Makan di Pantai Tembok Berlin terasa makin lengkap sambil mendengarkan debur ombak, yang walau di balik tembok, cukuplah memberi kesegaran di atas piring-piring sajian di warung tenda. Karenanya, sering kali malam terlalu cepat tiba di sini. Dan, embusan angin malam membuat kita malas beranjak... (Putu Fajar Arcana)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.