Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/08/2014, 20:33 WIB
KISAH tenun khas Bali adalah kisah tentang daya untuk selalu berubah, bersesuai dengan zaman, dan selera pasar. Semua bertumpu kepada para pengampu tradisi menenun di ”Pulau Dewata”. Dari tangan mereka dihasilkan tenun-tenun terbaik yang menggenapkan hidup dan ritus manusia Bali.

Tangan kanan Ketut Sutri (62) lembut mengayuh roda pemintal benang, menerau benang pakan warna-warna yang susul-menyusul di sepanjang untaiannya. Jemari tangan kirinya terus memainkan aliran benang pakan dari gelendong merata di segenap buluh peletingnya. Sejak 1982, Sutri bekerja di pabrik tenun. Dia menenun beragam tenun endek, kebanyakan di pabrik tenun di Karangasem.

”Saya menenun sudah sejak umur 14 tahun,” kata Ketut Sutri di bengkel kerja Berdikari di Singaraja, Bali.

Benang pakan yang diteraunya kian gemuk merata di buluh peleting, warna-warninya bertumpukan, nyaris tak terbayangkan bakal seperti apa kain yang sedang ditenun Ketut Sutri. Ia menghentikan kayuhan tangannya, mencopot buluh peleting dari poros alat penggulung.

Benang pakan yang diterau Ketut Sutri adalah ujung dari sebuah cara produksi tenun endek yang canggih menyalin sistem ban berjalan ala pabrik mobil. Nyaris serupa dengan keberhasilan Ford memproduksi Model T dengan melimpah dan murah, Pertenunan Berdikari di Singaraja berhasil secara terus-menerus menenun endek, setiap hari tanpa henti.

Benang pakan Ketut Sutri, dengan pewarnaan yang rumit untuk menghasikan berhelai-helai tenun endek bermotif merak indah, dihasilkan dari ikatan rumit dan kedap air garapan Komang Susena (40) dan Ketut Budiadi (40). Di teras belakang bengkel kerja Berdikari, kedua lelaki itu begitu piawai menyalin motif-motif dari lembar-lembar kertas strimin, membuat ikatan-ikatan pita tali rafia pada bergulung-gulung benang kapas yang terpasang meregang di bingkai kayu.

”Ini motif plendoan, rancangan motifnya dibuat oleh almarhum Pak Komang Alit, perintis Pertenunan Berdikari,” kata Komang Susena.

Biasanya dibutuhkan waktu 7 hari untuk mengikat dan mencelupkan benang ke pewarna. Demi pewarnaan yang lebih rumit, dipakai teknik colet atau pewarnaan benang kapas dengan pewarna yang dioleskan menggunakan bilah bambu. ”Dengan colet, jumlah perendaman yang berisiko merapuhkan benang kapas bisa dikurangi,” kata Ketut Budiadi.

Pemalpalan atau pemisahan benang pakan yang telah selesai diwarnai menjadi tahapan berikutnya. Made Arini (65) bertanggung jawab memisahkan benang pakan yang selesai diwarnai. ”Pada tenun endek, teknik ikat bisa dipakai untuk menghasilkan lima set benang pakan yang sama. Setelah diurai akan ditemukan benang pakan yang terwarnai utuh meresap warna motif dan benang pakan yang pewarnaannya kurang meresap warna,” kata Made Arini yang dengan lembut mengayuh roda alat pemalpalan yang merentang dan menggulung ulang 25 benang pakan semotif.

Segala kerumitan mewarnai benang pakan dengan variasi motif yang tak berbatas itu menggenapi kerja Nyoman Tulus (72). Ia adalah orang yang paling piawai memasang benang lungsin di 10 alat tenun bukan mesin (ATBM) yang ada di bengkel kerja Berdikari. ”Memasang benang lungsin mungkin pekerjaan termudah di bengkel kerja ini,” ujar Nyoman Tulus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengenal Sejarah Kota Tua Jakarta, Jantung Ibu Kota di Masa Lampau

Mengenal Sejarah Kota Tua Jakarta, Jantung Ibu Kota di Masa Lampau

Jalan Jalan
Panduan Lengkap ke Lapangan Banteng, Wisata Gratis di Jakarta Pusat

Panduan Lengkap ke Lapangan Banteng, Wisata Gratis di Jakarta Pusat

Travel Tips
Okupansi Hotel di Kota Malang Meningkat Meski Bromo Sempat Ditutup

Okupansi Hotel di Kota Malang Meningkat Meski Bromo Sempat Ditutup

Hotel Story
Mulai 14 Februari 2024, Pungutan Rp 150.000 untuk Turis Asing di Bali Resmi Berlaku

Mulai 14 Februari 2024, Pungutan Rp 150.000 untuk Turis Asing di Bali Resmi Berlaku

Travel Update
13 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta yang Sarat Sejarah   

13 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta yang Sarat Sejarah   

Jalan Jalan
Versi Terbaru M-Paspor, Mudah Pilih Kantor Imigrasi Jika Kuota Habis

Versi Terbaru M-Paspor, Mudah Pilih Kantor Imigrasi Jika Kuota Habis

Travel Update
Kereta Ekonomi New Generation KA Jayabaya Resmi Diluncurkan Hari Ini

Kereta Ekonomi New Generation KA Jayabaya Resmi Diluncurkan Hari Ini

Travel Update
5 Spot Foto di Lapangan Banteng Jakarta, Ada Amfiteater dan Monumen

5 Spot Foto di Lapangan Banteng Jakarta, Ada Amfiteater dan Monumen

Travel Tips
Rute dan Harga Terbaru Paket Jip Wisata Lava Tour Merapi

Rute dan Harga Terbaru Paket Jip Wisata Lava Tour Merapi

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Petilasan Mbah Maridjan di Lereng Merapi

Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Petilasan Mbah Maridjan di Lereng Merapi

Travel Update
Pendakian Telomoyo via Arsal, Sekitar 2 Jam sampai Puncak

Pendakian Telomoyo via Arsal, Sekitar 2 Jam sampai Puncak

Jalan Jalan
8 Aktivitas di Lapangan Banteng, Bisa Lihat Air Mancur Menari

8 Aktivitas di Lapangan Banteng, Bisa Lihat Air Mancur Menari

Travel Tips
Wisata Sawah Sumber Gempong: Harga Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas    

Wisata Sawah Sumber Gempong: Harga Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas    

Jalan Jalan
Islandia Bakal Terapkan Pajak Turis untuk Alasan Lingkungan

Islandia Bakal Terapkan Pajak Turis untuk Alasan Lingkungan

Travel Update
Manfaatkan Momen Migrasi Ikan, Ada Kompetisi Pancing Tuna di Tanjung Lesung Banten

Manfaatkan Momen Migrasi Ikan, Ada Kompetisi Pancing Tuna di Tanjung Lesung Banten

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com