Tangan kanan Ketut Sutri (62) lembut mengayuh roda pemintal benang, menerau benang pakan warna-warna yang susul-menyusul di sepanjang untaiannya. Jemari tangan kirinya terus memainkan aliran benang pakan dari gelendong merata di segenap buluh peletingnya. Sejak 1982, Sutri bekerja di pabrik tenun. Dia menenun beragam tenun endek, kebanyakan di pabrik tenun di Karangasem.
”Saya menenun sudah sejak umur 14 tahun,” kata Ketut Sutri di bengkel kerja Berdikari di Singaraja, Bali.
Benang pakan yang diteraunya kian gemuk merata di buluh peleting, warna-warninya bertumpukan, nyaris tak terbayangkan bakal seperti apa kain yang sedang ditenun Ketut Sutri. Ia menghentikan kayuhan tangannya, mencopot buluh peleting dari poros alat penggulung.
Benang pakan yang diterau Ketut Sutri adalah ujung dari sebuah cara produksi tenun endek yang canggih menyalin sistem ban berjalan ala pabrik mobil. Nyaris serupa dengan keberhasilan Ford memproduksi Model T dengan melimpah dan murah, Pertenunan Berdikari di Singaraja berhasil secara terus-menerus menenun endek, setiap hari tanpa henti.
Benang pakan Ketut Sutri, dengan pewarnaan yang rumit untuk menghasikan berhelai-helai tenun endek bermotif merak indah, dihasilkan dari ikatan rumit dan kedap air garapan Komang Susena (40) dan Ketut Budiadi (40). Di teras belakang bengkel kerja Berdikari, kedua lelaki itu begitu piawai menyalin motif-motif dari lembar-lembar kertas strimin, membuat ikatan-ikatan pita tali rafia pada bergulung-gulung benang kapas yang terpasang meregang di bingkai kayu.
”Ini motif plendoan, rancangan motifnya dibuat oleh almarhum Pak Komang Alit, perintis Pertenunan Berdikari,” kata Komang Susena.
Biasanya dibutuhkan waktu 7 hari untuk mengikat dan mencelupkan benang ke pewarna. Demi pewarnaan yang lebih rumit, dipakai teknik colet atau pewarnaan benang kapas dengan pewarna yang dioleskan menggunakan bilah bambu. ”Dengan colet, jumlah perendaman yang berisiko merapuhkan benang kapas bisa dikurangi,” kata Ketut Budiadi.
Pemalpalan atau pemisahan benang pakan yang telah selesai diwarnai menjadi tahapan berikutnya. Made Arini (65) bertanggung jawab memisahkan benang pakan yang selesai diwarnai. ”Pada tenun endek, teknik ikat bisa dipakai untuk menghasilkan lima set benang pakan yang sama. Setelah diurai akan ditemukan benang pakan yang terwarnai utuh meresap warna motif dan benang pakan yang pewarnaannya kurang meresap warna,” kata Made Arini yang dengan lembut mengayuh roda alat pemalpalan yang merentang dan menggulung ulang 25 benang pakan semotif.
Segala kerumitan mewarnai benang pakan dengan variasi motif yang tak berbatas itu menggenapi kerja Nyoman Tulus (72). Ia adalah orang yang paling piawai memasang benang lungsin di 10 alat tenun bukan mesin (ATBM) yang ada di bengkel kerja Berdikari. ”Memasang benang lungsin mungkin pekerjaan termudah di bengkel kerja ini,” ujar Nyoman Tulus.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.