Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batak Menyapa Dunia Melalui Museum

Kompas.com - 06/09/2014, 18:16 WIB
MANTAN Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara TB Silalahi bercerita tentang museum miliknya, Museum Batak TB Silalahi Center, di Balige, Sumatera Utara. ”Saya ingin menunjukkan tingginya budaya Batak lewat museum itu, tidak hanya kepada Indonesia, tetapi juga dunia internasional,” katanya.

Harapan TB Silalahi itu tidak berlebihan mengingat museum itu merupakan proyek idealnya untuk memuliakan kebudayaan Nusantara, khususnya Batak. Makin lengkap kebanggaan TB Silalahi setelah museumnya memenangi Anugerah Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) kategori Museum Swasta Terbaik yang dibacakan pada Jumat (5/9/2014) malam, di Museum Nasional, Jakarta.

TB Silalahi berharap Museum Batak mampu berintegrasi dan bersinergi dengan hajatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yakni Festival Danau Toba. Pengalaman wisatawan menyaksikan keindahan alam, adat-istiadat, serta kearifan lokal—termasuk di dalamnya tradisi lisan, busana, bahasa, dan kuliner—di tanah Batak menjadi lengkap jika ditambah dengan kunjungan ke museum.

TB Silalahi berseloroh tentang orang Batak yang sebetulnya dinamis dan pintar menyesuaikan diri serta menonjol di berbagai bidang, tetapi miskin di tanah kelahirannya sendiri. ”Rupanya kalau orang Batak berkumpul itu malah saling berkelahi, he-he-he,” ujarnya. Banyak kisah mengenai Batak yang tidak akan cukup diceritakan dalam satu atau dua jam, kata TB Silalahi.

Cerita dan informasi tentang orang Batak, sejarah Batak, budaya Batak, dan semua hal mengenai Batak bisa didapatkan di Museum Batak TB Silalahi. Jika ada istilah one stop shopping, ada pula one stop museum. Anda ingin tahu tentang Batak? Datanglah ke Museum Batak TB Silalahi Center.

Nilai lebih itu, plus kemandiriannya sebagai museum (termasuk pendanaan), membuat dewan juri memilihnya sebagai museum terbaik kategori museum swasta dalam Anugerah Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman Kemdikbud.

”Yang diutamakan tentunya museum yang mandiri, termasuk di dalamnya pendanaan. Jadi museum itu bisa menghidupi dirinya sendiri. Selain itu, kalau datang ke Museum Batak, semua informasi yang dibutuhkan tentang Batak itu tersaji. Sejarah, antropologi, dan lain-lain. Masing-masing koleksi disertai narasi dan filosofi. Saya sampai takjub, lama sekali membaca mengenai silsilah marga Batak. Panjang,” kata Djulianto Susatio, anggota dewan juri kategori permuseuman.

Untuk permuseuman, kategori lain selain museum swasta meliputi museum provinsi terbaik (dimenangi Museum Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular), museum kota terbaik (Museum Tekstil Jakarta), dan museum milik lembaga/kementerian/BUMN/TNI/Polri (Museum Geologi). Lantas ada kategori pemerintah provinsi peduli museum (Pemprov Jabar) dan pemerintah kota/pemerintah kabupaten peduli museum (Pemerintah Kota Sawah Lunto, Sumatera Barat).

Untuk anugerah cagar budaya, kategori yang dilombakan meliputi juru pelihara terbaik, pelestari cagar budaya terbaik, dan pemkot peduli cagar budaya.

Berbagai kriteria

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemdikbud Harry Widianto mengatakan, kriteria yang dilihat meliputi elemen kelembagaan, sumber daya manusia, pendanaan, pengelolaan koleksi, pengamanan, program publik, fasilitas untuk publik, kerja sama museum, kehumasan, dan promosi. ”Museum tidak kita lihat secara parsial, tetapi integral. Bisa saja gebyar presentasinya oke, tetapi manajemen dan program publik tidak oke. Kriteria tadi didetailkan lagi dan kita beri skor,” katanya.

Djulianto menambahkan, penilaian dilihat dengan detail, termasuk gudang. ”Gudangnya itu ada yang berantakan banget dan ada yang tertata,” tuturnya.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, penghargaan ini diharapkan mampu menebarkan kepedulian terhadap cagar budaya dan permuseuman kepada masyarakat luas. Saat ini masih banyak tantangan dan keterbatasan untuk mengupayakan cagar budaya sebagai sebuah prioritas untuk dilestarikan.

”Pemerintah belum banyak berbuat dan tidak mungkin bekerja sendiri karena jumlah museum dan cagar budaya juga sangat banyak,” ungkapnya. Saat ini terdapat 328 museum milik pemerintah dan swasta serta 60.000 lebih cagar budaya.

”Kita semua tentu ingin museum jadi gaya hidup. Bagi anak muda, kalau tidak mengunjungi museum, dicap tidak berbudaya. Sebarkan virus mencintai cagar budaya dan museum,” kata Wiendu. (SUSI IVVATY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com