Namun, istilah "high tea" juga muncul di tengah maraknya tren "afternoon tea". Hanya saja, istilah "high tea" disamakan dengan konsep "afternoon tea". Padahal "high tea" dan "afternoon tea" adalah dua hal yang berbeda.
"Ini asalnya dari Inggris. High tea dan afternoon tea itu beda banget. Afternoon tea sering juga disebut low tea, ini kaitannya dengan meja," ungkap ahli teh, Ratna Somantri.
Sebelumnya ia menjelaskan dua jenis meja yaitu meja makan (dining table) dan meja kopi (coffee table). Meja kopi lebih pendek daripada meja makan, karena memang fungsinya bukan untuk tempat makan makanan berat, tetapi untuk tempat menaruh teh atau kopi. Sementara meja makan lebih tinggi karena fungsinya untuk tempat makan.
"Afternoon tea itu pakai coffee table yang pendek. Makanya disebut low tea," tutur Ratna.
Dari sejarahnya, afternoon tea merupakan kebiasaan para bangsawan Inggris di tahun 1800-an. Kebiasaan ini dikenalkan seorang putri bangsawan bergelar Duchess of Bedford. Menurut Ratna, di saat itu, afternoon tea disajikan di antara jam tiga sampai empat sore.
"Tidak terlalu sore. Untuk menemani minum teh, mereka bikin makanan yang tidak mengenyangkan dan kecil-kecil, seperti finger sandwich (roti lapis ukuran kecil), kue tart yang kecil-kecil," jelas Ratna.
Jadi, lanjutnya, setelah afternoon tea pun, tidak merasa kekenyangan. Sebab setelah itu masih ada makan malam. Selain itu, ungkap Ratna, semua peralatan yang digunakan cantik-cantik.
Teh sendiri baru masuk ke Inggris di tahun 1700-an. Saat itu, jelas Ratna, kebiasaan minum teh sudah ada tetapi tidak sampai dijadikan sebuah tradisi seperti afternoon tea.
"Minum teh ya minum teh saja," ungkap Ratna.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan