Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Lumpat", Penangkap Ikan Khas Bengkulu

Kompas.com - 10/09/2014, 16:19 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Ada banyak ragam metode menangkap dan mencari ikan di Tanah Air tentunya, termasuk di Bengkulu, dikenal dengan "Lumpat" sebuah kearifan lokal masyarakat setempat. Lumpat merupakan sebuah alat jebakan ikan yang dibuat oleh banyak warga Bengkulu, terbuat dari susunan bambu yang dibelah dan kayu berukuran besar.

Lumpat umumnya diletakkan tepat di tengah sungai. Dalam bahasa setempat lumpat artinya melompat, karena ikan yang terjebak di alat tersebut akan melompat karena berusaha menyelamatkan diri, karena itu alat itu dikenal dengan lumpat.

Kompas Travel beberapa waktu lalu sempat mengunjungi salah seorang warga Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, tepatnya di kawasan Lusang Mining tak jauh dari desa terdapat satu rumah milik Tahuludin. Rumah tersebut berdiri sendiri di kawasan itu, terdapat beberapa kolam berukuran besar, kandang sapi, kambing dan ayam, menghiasi rumah kecil namun berlantai dua tersebut, sungguh nyaman dan alami pemandangannya.

Di belakang rumah inilah terdapat satu sungai dinamai warga Sungai Lusang. Nah, di sungai inilah Kompas Travel menemukan jebakan ikan yang unik tersebut atau dinamakan lumpat itu. Lumpat, menurut Tahuludin, warga setempat, dibuat selama dua minggu tersusun dari bambu dan kayu. Panjang lumpat sekitar 10 meter dengan lebar satu meter, berbentuk kotak. Lalu lumpat yang telah dirangkai seperti kotak itu diletakkan ke tengah sungai.

"Jadi posisinya seperti menungging, satu ujung lumpat tenggelam ke dasar sungai yang satu lagi meninggi, tujuannya agar ikan yang terjebak bisa kita ambil," kata Tahuludin.

Setelah lumpat diletakkan maka diikatlah pada beberapa bagian lumpat dengan kawat agar tak hanyut diterjang arus sungai yang kadang deras. "Agak rumit memang membuatnya tapi kalau sudah biasa mudah," lanjutnya.

Setelah bagian lumpat dipastikan terikat dengan kuat maka jangan lupa ujung lumpat yang menungging tersebut diberi tiang kayu kokoh. Setelah lumpat terpasang kokoh tak hanyut diterjang arus sungai saat pasang maka barulah di mulut lumpat atau bagian yang terendam dibuat alur dari batuan sungai tujuannya agar arah air sungai semua masuk ke mulut lumpat maka dari sinilah ikan-ikan akan terjebak.

Ikan yang terjebak menggelepar tak dapat keluar karena dorongan arus akan kuat di mulut lumpat, ikan akan terdorong ke bagian lumpat yang tinggi karena saat posisi lumpat meninggi maka air akan secara otomatis keluar dari sela belahan bambu yang disusun sedemikian rupa itu.

Benar saja ikan mulai terjebak. Kompas Travel sempat mendapatkan seekor ikan putih atau dikenal oleh warga setempat ikan semah berukuran hampir satu kilogram. "Ini asli ikan segar dari sungai yang masih asri," jelas Tahuludin.

Dalam satu hari dia bisa menghasilkan puluhan kilogram ikan segar dan itu dijual atau dikonsumsi sendiri. Ikan semah tersebut cukup mahal di pasaran mengingat harganya mencapai Rp 125.000 per kilogram.

Angin semilir terus berembus menemani kami bercerita dengan Tahuludin di pinggir sungai sambil menunggu ikan yang terjebak ke dalam lumpat. Hamparan pohon tinggi tampak dari kejauhan maklum kawasan tersebut berada di perbatasan Taman Nasional Kerinci Sebelat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com