Di dapur Malaika, berbagai menu makanan diracik secara terbuka yang bisa ditonton oleh para tamu. Dapur mungilnya itu didesain serba terbuka dan menyatu dengan taman berkolam renang yang berposisi di tengah-tengah rumah. Berdampingan dengan dapur, pada teras di tepi kolam renang, berdiri meja makan bundar bercat rustic kehijauan. Di sinilah, Malaika menggelar jamuan pribadi (private dining) bagi para turis yang singgah ke Bali.
Proses memasak dapat langsung dinikmati oleh tamu-tamu, mulai dari persiapan bahan-bahan hingga cara memasak. Mas Malaika, nama lengkapnya, sebenarnya pernah membuka restoran dan spa selama 11 tahun di Seminyak, Bali. Oleh karena kontrak tempat tidak diperpanjang, tahun 2008 ia memindahkan restoran ke rumahnya yang sekaligus dijadikan vila bernama Malaika Secret Garden, Mesuei Home.
Ia mengubah konsepnya menjadi jamuan pribadi dengan sentuhan personal sehingga turis yang menjadi tamunya dijamu layaknya keluarga sendiri. Menunya, mulai dari masakan khas Bali dan menu kreasi sendiri. Beberapa menu mengambil konsep raw food atau tanpa pemasakan, antara lain condiment atau saus cocolan dari tahu putih dingin yang dicampur dengan rajangan daun thyme, daun adas, wijen hitam, dengan taburan wijen mentah dan daun selada sebagai pemanis.
Malaika bersetia mengolah masakannya selalu dari bahan-bahan organik dan wild crafted atau produk asli dari alam. Sebuah pasar kaget bahan pangan organik yang rutin digelar setiap hari Minggu di kawasan Sanur, adalah satu tempat yang sering disambangi Malaika untuk berbelanja.
Pelanggan private dining kreasi Malaika didominasi turis-turis asing yang menginginkan pengalaman bersantap yang berbeda dengan di restoran. Paket private dining seharga 70 dollar AS per orang tersebut rupanya cukup digemari para turis yang singgah di Bali.
Malaika mengaku, semula tidak bisa memasak sekalipun sempat memiliki restoran. Ia tidak pernah membayangkan dirinya memasak apalagi untuk pelanggan restorannya. Kondisi juga yang mendesaknya sehingga akhirnya ia mampu memasak. Suatu hari, kokinya tidak masuk dan ia kesulitan mencari pengganti. Padahal ada tamu-tamu yang sudah memesan kursi untuk jamuan.
”Seorang kawan menyarankan agar saya turun ke dapur, masak apa saja yang saya suka dengan hati, dengan penuh perasaan,” ungkap Malaika. Jadilah Malaika kerap kebingungan ketika ditanya nama-nama masakannya.
Seperti saat ia memasak ayam goreng yang diguyur dengan sambal tomat dan kemangi. Ia harus berpikir beberapa saat sebelum kemudian menyebut kata Malaika Basilica Chicken untuk masakannya itu. Begitu pula cappuccino-nya yang sedap yang dibuat dari gilingan biji kopi Bali yang dicampur dengan krim kelapa dari santan kental dicampur kayu manis dan vanili. Meskipun tanpa gula, cappuccino tanpa nama ini terasa manis dari hasil perpaduan bahan-bahannya. Rasa gurih khas dari kelapa tersisip samar di akhir tegukan.
Perempuan ini juga memakai bahan-bahan khas dalam masakan Bali, seperti jantung pisang, biyah-biyah atau eceng gondok, rumput laut, daun melati, daun pepaya, bunga lengkuas, rebung, dan terung-terungan yang dimasak dengan api kecil. Alat masak yang digunakan terbuat dari gerabah, seperti kuali dan periuk. Cita rasa makanan yang dimasak dari gerabah memang memberi aroma sedap tersendiri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.