Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri New Orleans, "City of the Dead"

Kompas.com - 18/09/2014, 11:45 WIB

Kisah para tokoh tinggal dikemas supaya ”lebih menjual” kemudian paket wisata dapat ditawarkan untuk kunjungan ke permakaman. Siapa tahu dengan cara demikian, generasi muda dapat lebih mengenal para pendahulu mereka.

Rasa aman

Nah, walaupun boleh dikata saya gagal ”bersenang-senang” di St Louis #1 Cemetery, namun perjalanan itu memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya rasa aman bagi pelancong.

Kemasyhuran French Quarter, dengan bangunan-bangunan tuanya, juga ada padanannya di negeri ini. Bukankah Jakarta memiliki Taman Fatahillah, Semarang memiliki Gereja Blenduk, dan gedung-gedung tua lainnya? PT Pembangunan Kota Tua Jakarta juga telah mulai bekerja untuk merevitalisasi kawasan kota tua Jakarta.

Namun, tantangannya adalah, bagaimana menerapkan standar tinggi dalam keamanan dan nantinya kenyamanan bagi para pengunjung. Harus diminimalkan potensi terjadinya kejahatan karena sekali terjadi kejahatan, maka berita itu dengan mudah dimultigandakan melalui internet.

Pemerintah Kota New Orleans sebenarnya telah berupaya keras. Menebar patroli polisi di French Quarter, namun ketika wisatawan menikmati alunan musik jazz dari musisi jalanan terkadang tetap ada satu-dua orang yang tiba-tiba tanpa juntrungan meminta sebatang rokok.

Mungkin terlalu naif untuk mempercayai statistik yang menekankan bahwa New Orleans merupakan kota dengan jumlah kejahatan ketiga tertinggi di AS. Namun, statistik di negara itu tampaknya bukan produksi lembaga ”abal-abal”.

Faktanya pula, masih ada beberapa orang yang istilahnya ”mengganggu” kenyamanan pelancong. Di Bourbon Street, pada awal Agustus 2014, ada seseorang gelandangan yang luntang-lantung tanpa memakai baju. Padahal, Bourbon Street merupakan pusat kehidupan musik dan wisata malam di New Orleans.

Kita sebenarnya jadi bertanya-tanya. Inikah New Orleans, ”City of Death”? Inikah kota kematian atau kota mati? Benarkah voodoo yang ”menghantui” pelancong, ataukah justru ada kengerian lan?

Sungguh kita prihatin dengan New Orleans. Perjalanan sejatinya merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mengecap pengalaman, dengan demikian seharusnya ada perlindungan terhadap kebutuhan itu. Toh, bukankah leluhur kita dulunya juga merupakan pengelana?

Di Vieux Carre Riverview, di tepian Sungai Mississippi tak jauh dari Jackson Square, sebenarnya ada sebuah plakat yang memuat penggalan pidato Wali Kota New Orleans, Maurice ”Moon” Landrieu.

Moon Landrieu (memerintah pada 1970-1978) pernah berkata, ”Mari kita bangun sebuah kota yang ditopang sebuah sistem hukum sehingga masing-masing penduduk memiliki kesempatan hidup yang sama. Juga supaya adil antara hak dan tanggung jawab antarsesama warga”.

Sepakat dengan pernyataan Moon Landrieu. Warga New Orleans harus secepatnya bergerak untuk merealisasikan pernyataan itu. Kota yang aman membuat arus deras wisatawan akan menghampiri New Orleans, dan membuat perekonomian menggeliat bahkan melejit.

Kota-kota di Indonesia juga harus dapat belajar dari pengalaman New Orleans. Terlebih lagi, saya yakin, akan tiba saatnya kota-kota yang aman dan nyaman makin diminati, sebaliknya kota tanpa prospek bagus dan pertumbuhan positif segera ditinggalkan... (HARYO DAMARDONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com