Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Terbang ke Tiongkok

Kompas.com - 20/09/2014, 17:03 WIB
WISATAWAN dari Tiongkok menjadi pasar paling menjanjikan di dunia. Tahun lalu, Indonesia baru kebagian jatah belum sampai satu persennya. Maskapai penerbangan pun masih belum gencar meliriknya. Kenapa?

Penerbangan ke Tiongkok ternyata menuai berkah bagi Siriwijaya Air. Walaupun pemasukannya masih kecil, hanya 10-15 persen, tapi belasan persen masukan dalam dolar AS itu dirasakan maskapai penerbangan tersebut sebagai kontribusi positif untuk  memberi “napas” bagi operasinya.

Cerita Toto Nursatyo, Direktur Komersial Sriwijaya Air, ketika akhir tahun lalu perusahaannya nyaris kolaps, salah satu solusinya adalah terbang ke Tiongkok. Sudah lama ide untuk terbang ke kota-kota di Tiongkok itu diutarakan, bahkan sempat disurvei. Namun ketika krisis itulah gairahnya muncul.

“Ketika mulai, semua orang ragu. Lagi kondisi begini kok buka rute baru? Siapa yang percaya? Ini perjuangan yang tak mudah untuk meyakinkan teman-teman,” ujarnya.

Kemudian Sriwijaya terbang juga ke Tiongkok, setelah mendapatkan mitra kerja yang dapat menjamin bahwa pesawat bakal terisi penumpang dalam sebulan, bahkan sang mitra pun bisa membayar di muka.

“Kami bantu mitra dari China (Tiongkok) itu untuk mendapatkan partner di dalam negeri,” tutur Toto.

Sriwijaya Air tidak terbang ke Beijing, Shanghai, atau Guangzhou, apalagi Hong Kong. Penerbangannya juga bukan reguler, tapi carter-reguler, untuk menjajagi pasarnya dulu. Penerbangan yang mulai dibuka pada 22 Januari 2014 itu beroperasi dari Denpasar ke kota Hangzhou, Ningbo, dan Chengdu.

Tiga bulan pertama penerbangan ini sukses, sehingga Sriwijaya memperpanjang izinnya ke Ditjen Perhubungan Udara untuk tiga bulan berikutnya. Bahkan pada pertengahan Juli lalu menambah kota tujuan ke Chongqing dan Changsa serta pada Agustus lalu ke Xiamen dan Zhenzhou. “Penerbangan carter-reguler itu kami perpanjang, sambil mengurus izin untuk jadi penerbangan reguler murni,” ujar Toto.

Rupanya bukan cuma Sriwijaya yang mengoperasikan carter-regular-flight ke kota-kota di Tiongkok “yang belum kita kenal” itu. Citilink, anak perusahaan Garuda Indonesia, pun terbang rute Denpasar-Chongqing, sejak awal tahun ini. Menurut Beny Butar-butar, VP Communication Citilink, agen perjalanan dari Tiongkok minta penambahan frekuensi karena penumpang makin banyak.

“Kalau dijadikan regular flight belum, tapi opsi itu semakin terbuka lebar dengan semakin penuhnya penumpang setiap penerbangan,” ungkapnya.

100 juta wisatawan

Prospek untuk mendatangkan wisatawan Tiongkok ke Indonesia makin terbuka lebar. Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia, Soegeng Raharjo, optimis.

“Saya punya target untuk mendatangkan 3 juta wisatawan Tiongkok ke Indonesia tahun 2016,” ujarnya, usai membuka “Workshop Capacity Building” yang diselenggarakan Garuda untuk antisipasi peningkatan wisatawan Tiongkok, di Jakarta, 22 Agustus lalu.

Bahkan ia pun bertekad, “Saya rasa bisa 5 juta wisatawan, seperti yang dikatakan Chairul Tanjung (Menteri Perekonomian) dalam dua tahun ke depan,” ucapnya. (Reni Rohmawati)

-- Artikel selengkapnya dapat dibaca di Majalah Angkasa edisi September 2014---

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com