Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Carstensz Menjadi Incaran Wisman

Kompas.com - 24/09/2014, 17:10 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Maximus Tipagau, seorang Tour Operator untuk destinasi wisata Carstensz seketika menjadi pusat perhatian sesaat setelah peresmian Kampung Wisata Ugimba dan Carstensz menjadi unggulan destinasi pariwisata di Papua oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Eka Pangestu di Jakarta, Selasa (23/9/2014). Pasalnya, dengan logat Papua dan cerita nostalgianya menemani pengunjung yang datang untuk mendaki Carstensz, Maximus banyak menceritakan pengalaman yang unik.

“Ada banyak hal menarik di Carstensz, mulai dari sungai terbalik Nabe yang bermuara ke Puncak Carstensz, tiga mata air garam, salju abadi di puncaknya, enam jenis bebek di ketinggian 4.800 mdpl, lalu ada fauna yang mirip koala tetapi memiliki ekor panjang dan banyak lagi. Ini menjadi pemikat wisatawan tak hanya dari dalam negeri bahkan mancanegara,” ungkap Maximus.

“Orang bule itu banyak yang datang ke sana. Mereka menabung setahun karena memang biayanya mahal untuk ke sana. Kalau dirupiahkan bisa lebih dari Rp 100 juta. Asumsi mereka, belum menjadi pendaki sesungguhnya kalau belum bisa menaklukkan Carstensz," katanya.

Saking spesialnya Carstensz, lanjut Maximus, ada cerita menarik. "Suatu hari ada wisatawan mancanegara datang untuk mendaki bersama anaknya. Rencananya ia ingin merayakan ulang tahun anaknya di Puncak Carstensz. Karena kita tahu, kita siapkan upacara sambutan. Tahu kan upacaranya seperti apa, memakai baju adat, bawa panah dan lain-lain,” ungkapnya.

KOMPAS/HARRY SUSILO Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl.

Dengan menggebu-gebu, Maximus melanjutkan ceritanya. “Saat itu bapaknya pikir, benar ada isu konflik di Papua. Dia sudah lihat di pemberitaan dan media kalau di Papua orang bisa saja makan orang. Lalu dia sempat berpikir dalam hati dan berasumsi bawa panah yang kita bawa untuk membunuh. Jadi dia pasrah siapa yang akan dibunuh, dia atau anaknya terlebih dahulu. Kita jelaskan ini upacara penyambutan saja, jadi jangan takut, Intan Jaya aman,” tuturnya sambil tertawa.

Menurut Maximus, asumsi negatif memang banyak beredar, sehingga membuat ragu pengunjung. Tetapi, setelah naik ke puncak, mereka puas dengan keindahan alamnya walaupun mungkin banyak wisatawan yang mengeluh karena kelelahan dan rintangan yang sangat sulit saat mendaki.

“Salah satu yang menjadi kebahagiaan kami adalah saat mereka (wisatawan) puas sampai puncak, kalau sudah begini macam-macam saja tingkah laku mereka. Ada yang bawa satelit dan langsung rekam video, foto dan membuat tulisan dan disebar langsung di internet. Mereka membuktikan sendiri kalau Carstensz aman,” katanya.

Untuk sampai ke Puncak Carstensz, memang diperlukan waktu berhari-hari. Umumnya pendaki bisa menghabiskan waktu dua sampai tiga hari. Saat ini ada tiga jalur pendakian, hanya saja jalur Ugimba menjadi jalur yang paling aman karena lima suku yang tinggal di sana tidak menjadi bagian dari OPM.

“Dipastikan aman, kita sudah bekerja sama dengan beberapa sektor, pemerintah daerah, kepolisian, kementerian dan juga masyarakat setempat. Selain itu mendaki ke sana juga harus mendapat izin dan surat dari kepolisian. Bagaimana mungkin kalau sudah begitu tak aman? Apalagi yang datang ialah wisatawan yang cerdas dan memang mampu secara finansial mengingat destinasi wisata ini termasuk high cost. Bahkan kalau ada yang kelelahan di tengah perjalanan dan mereka mau stop, tidak melanjutkan ya sudah kita siapkan helikopter untuk menjemput,” papar Maximus.

KOMPAS/HARRY SUSILO Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl.

Untuk peralatan, perlengkapan dan guide pun sudah dipersiapkan bagi yang mau mengambil paket wisata ke sana. Untuk wisman, biaya bisa sampai 10.000 sampai 11.000 dollar AS. “Harusnya sudah termasuk makanan, tetapi kalau wisman biasanya mereka bawa sendiri. Makanan mereka yang sudah sesuai SOP (standard operating procedures), mungkin ke depannya kita harus dapat dukungan untuk riset ke destinasi wisata pegunungan di luar, seperti apa SOP mereka agar dapat diterapkan di sini juga,” tuturnya.

Berbeda lagi untuk wisatawan nusantara, harga yang ditawarkan jauh lebih terjangkau. Berkisar sampai Rp 30 juta. “Harga tersebut masih bisa kita nego, karena masih warga negara Indonesia juga, tetapi dari jumlah keseluruhan memang 60 persen masih didominasi wisman. Terkadang ada juga peneliti dari luar negeri yang datang karena di Puncak Carstensz banyak ditemui tengkorak,” tutup Maximus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com