Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obyek Wisata di Papua Sarat Kearifan Lokal

Kompas.com - 24/09/2014, 18:53 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Tanah Papua masih begitu indah. Di sana, ada pegunungan yang hijau dan masih terjaga hingga lautan yang begitu kaya dengan spesies flora dan faunanya. Sayangnya hingga kini, potensi wisata di tanah Papua belum tereksplorasi dengan baik. Biaya yang mahal untuk menjangkaunya kerap kali menjadi kendala wisatawan datang menikmati keindahan alamnya.

“Sebenarnya ini yang membuat Papua itu berbeda dengan obyek wisata lain di Indonesia, akses dan infrastruktur yang belum terbangun menjadi satu keunikan dan tantangan tersendiri bagi wisatawan yang mau datang,” ungkap Tour Operator Wisata Carstensz, Maximus Tipagau di Jakarta, Selasa (23/9/2014).

Menurut Maximus, kalau ada obyek wisata di Papua yang memiliki infrastruktur dan akses yang belum baik, menjadi kesengajaan untuk menjaga kearifan lokal. “Selama ini saja, kita ambil contoh. Orang yang datang ke Carstensz memang datang karena rintangan mendakinya. Itu artinya kesulitan tersebut yang dicari, kita jamin keamanannya tapi untuk akses yang sulit memang sengaja agar kearifan lokalnya tetap terjaga,” katanya.

KOMPAS/HARRY SUSILO Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl.

Setali tiga uang dengan Maximus, Bupati Intan Jaya, Natalis Tabuni turut berkomentar. “Ya benar, Papua itu sedang membangun dirinya. Infrastruktur dan akses khususnya untuk obyek-obyek wisata memang masih sulit apalagi transportasi umum yang memang belum ada, tapi tak serta merta kita biarkan. Saat ini sudah ada pembangunan infrastruktur untuk jalan menuju obyek-obyek wisata tersebut untuk memudahkan wisatawan, mudah-mudahan dalam dua tahun selesai. Tapi ini juga bukan berarti mengadakan pembangunan di dalam obyek wisatanya karena kita harus menjaga keaslian tempat wisata tersebut,” jelas Natalis.

Dalam rencana pembangunannya, selain membangun jalan untuk menuju obyek wisata, Natalis mengungkapkan bahwa ada rencana membuat fasilitas listrik dan juga menambahkan penginapan di sana. “Mungkin juga harus ada penginapan, kita akan tambahkan home stay di sana. Selama ini sudah ada, tapi mungkin harus diperbanyak, itu pun bukan di dalam obyek wisatanya. Apalagi di dalam Carstensz, walaupun pendakiannya bisa berhari-hari hanya boleh bawa tenda ke sana. Kita benar-benar menjaga kearifan lokalnya,” ujarnya.

Terkait dengan hal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu juga turut memberi saran. “Tanah Papua memiliki banyak obyek wisata dengan potensi keindahan alam yang begitu memikat. Di sana ada Sungai Nabu yang begitu unik juga flora dan fauna yang begitu kaya, tentu memikat wisatawan," katanya.

Yang harus diperhatikan, menurut Menparekraf, adalah kesiapan didatangi banyak wisatawan. Salah satunya adalah pengembangan home stay. "Saya belajar dari Raja Ampat, kalau home stay di sana berbeda dengan tempat lain. Di sana, rumah penduduk yang berbentuk home stay dibarengi dengan tempat memelihara ternak dan lain-lain. Saya rasa, harus disesuaikan dengan wisatawan yang datang. Pemerintah daerah dalam hal ini harus jeli melihat pasar agar wisatawan bisa nyaman saat datang, bukan soal penjagaan kearifan lokal saja tapi juga toleransi untuk menarik wisatawan,” ungkap Mari.

BARRY KUSUMA Kepulauan Wayag di Raja Ampat, Papua.

Selain home stay, Mari menyarankan agar masyarakat lokal juga mempersiapkan kedatangan wisatawan dengan membuat produk-produk kreatif khas yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh wisatawan saat pulang. "Satu lagi yang harus disiapkan. Keuntungan saat wisatawan datang harus dua arah, pertama bagi wisatawan yaitu menjadi pengalaman baru dan pelajaran budaya dan kedua untuk masyarakat lokal agar mendapat dampak positif, misalnya pembuatan sentra dan produk kreatif khas sana. Selain bisa menjadi upaya pelestarian, keuntungan penjualan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di sana," tambah Mari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com