Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonceng Penanda Awal Denyut Peradaban Palmerah

Kompas.com - 26/09/2014, 20:17 WIB
VILA megah milik Andries Hartsinck itu beratap gaya limasan yang ditudungi genting. Keberadaannya pernah menjadi markah sehamparan kawasan pertanian di pedalaman Batavia pada akhir abad ke-18.

Bangunan milik tuan tanah itu kelak dikenal sebagai Landhuis Djipang—sekitar Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. Menurut Alwi Shahab, jurnalis senior dan pemerhati sejarah Jakarta, bangunan tersebut berada dalam kawasan yang pernah dijuluki sebagai Kampung Jepang.

Vila dengan atap bersudut lebar itu ibarat topi berpinggiran lebar yang menaungi beranda depan dan belakang. Pintu masuknya berukuran besar dan tinggi. Hiasan di atas pintu, berupa kaca dan bilah-bilah lubang angin, menunjukkan pengaruh Belanda yang kuat. Rumah sang tuan tanah itu merupakan penanda zaman, tatkala orang-orang Belanda telah beradaptasi dengan cuaca dan menerima kebudayaan setempat. Barangkali, inilah kearifan para pendatang Eropa saat itu—gaya Belanda-Tropis.

Hartsinck, lahir pada 1755 di Wageningen, Belanda. Dia pernah bertugas sebagai akuntan di Surabaya, dan menjabat residen di beberapa kota: Pekalongan, Rembang, dan Surakarta. Menikahi sembilan perempuan dan memiliki keturunan sepuluh anak, termasuk dua anak dari hubungan tak resmi dengan budaknya. Hubungan asmara majikan dan budak saat itu sangat lazim, yang kelak turut melahirkan peradaban budaya indis.

Berikut istri-istri Hartsinck: Saijo Boerat (anaknya bernama Johanna Susanna Hartsinck yang lahir pada 1777); Willemijntje (anaknya bernama Andries Hartsinck dan Paulus Hartsinck. Keduanya lahir pada 1791 dan 1794); Mida (anaknya bernama Pieter Hartsinck, lahir 1793; Roosje van Mandaar (anaknya bernama Frederik Ditloff Hartsinck, lahir 1800); Moetiara van Loean (anaknya bernama Balthazar Frederik Wilhelm Hartsinck, lahir 1800); Malatie van Mandaar (anaknya bernama Anna Hartsinck, lahir 1801); Matra (anaknya bernama Petronella Cornelia Hartsinck, lahir 1794); seorang pribumi mungkin budak (anaknya bernama Sara Cornelia Hartsinck); dan Moetiana van Boegis (anaknya bernama Anthonetta Henrietta Hartsinck).

Tampaknya, setelah purna-tugas dari Surakarta, Andries membangun vila mewah di kawasan pedesaan, jauh dari hiruk-pikuk Kota Batavia pada paruh kedua abad ke-18.

Satu vila berada di Palmerah Selatan yang dijuluki sebagai Landhuis Djipang—ada juga yang menyebutnya Landhuis Depan. Sementara beberapa ratus meter di belakang Landhuis Djipang, Hartsinck juga membangun vila dua lantai dengan atap bertingkat di Palmerah Barat, yang  kerap disebut sebagai Landhuis Grogol.

Landhuis Djipang pernah diungkap dalam sebuah catatan pada 1792, sebagai rumah tembok yang berada sekitar dua jam jalan kaki ke luar kota Batavia. Rumah itu dikelilingi persawahan padi dan sekitar seratusan ekor ternak.

Di halaman depan vila itu terdapat sebuah menara lonceng. Seperti pada rumah-rumah tuan tanah  abad ke-18, biasanya lonceng digunakan untuk menandai waktu awal dan akhir bekerja para budak yang tinggal di barak terpisah dari rumah majikannya.

"Fungsinya mirip kentongan orang Jawa, sungguh," ujar Liliek Suratminto, pengajar bahasa dan budaya Belanda di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Menurutnya, lonceng bisa berfungsi sebagai alat komunikasi, misalnya untuk mengumpulkan anggota keluarga, menyampaikan berita atau pengumuman penting, dan menandai aktivitas para budak. "Jadi tuannya tidak perlu teriak-teriak karena rumahnya sangat besar dan pekarangan sangat luas," ujar Liliek. "Dengan lonceng pekerjaan menjadi lebih praktis dan efisien."

"Di Belanda abad 17 dan 18," Liliek melanjutkan, "orang dengar lonceng bisa tahu ada kematian, yang meninggal laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa. Juga, kelahiran dan perkawinan."

Pada akhir abad ke-17 hingga abad ke-19, tanah-tanah partikelir untuk perkebunan yang dimiliki orang-orang Eropa dan Cina di Batavia mengalami perluasan hingga menjauh dari kota. Perluasan tersebut diikuti perkembangan kawasan permukiman orang Eropa dan Cina. Barangkali, Hartsinck merupakan tuan tanah yang membuat Palmerah berdenyut sejak akhir abad ke-18, hingga berkembang menjadi tempat berdagang, dan juga pecinan di pinggiran Batavia.  

(Georg Friedrich Johannes Bley/Tropenmuseum/wikimedia) Landhuis Djipang di Palmerah pada awal abad ke-20. Arsitektur vila perdesaan di pinggiran batavia ini memadukan unsur lokal dan Eropa.
Dalam perkembangannya hingga pada akhir abad ke-20, vila yang pernah dimiliki Hartsinck itu mengalami keanggunan yang memudar. Tanah perkebunannya menjelma menjadi petak-petak hunian padat.

“Selama beberapa dekade rumah itu dilindungi Monumenten Ordonantie dan masuk dalam bangunan yang dilindungi,” ungkap Adolf Heuken dalam bukunya Historical Sites of Jakarta. “Namun pada 1993, rumah itu dicabut dari daftar bangunan yang dilindungi oleh sebuah persekongkolan misterius, kemudian dibongkar pada 1996.”

Monumenten Ordonantie merupakan undang-undang yang dibuat atas kesadaran pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam upaya mengumpulkan, melestarikan dan merevitalisasi berbagai peninggalan budaya di Nusantara. Peraturan ini dibuat pada 1931, kemudian disempurnakan pada 1934.

Pada akhirnya, rumah zaman VOC itu telah musnah di zaman Orde Baru. Namun, lonceng yang menyertainya masih lestari. Lonceng yang tak berpenanda aksara atau pun angka itu tersemat di sebuah menara beton di pekarangan kantor rukun warga setempat—beberapa jengkal dari Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan.

Lonceng lawas itu tak lagi berdentang. Dia telah tenggelam dalam gelumat pasar, perkantoran, dan permukiman. Kini, warga pun melupakan hikayat tentang lonceng yang bahana dentangannya pernah menandai awal peradaban di Palmerah. (Mahandis Yoanata Thamrin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com