Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Papua Barat Bukan Hanya Raja Ampat...

Kompas.com - 29/09/2014, 14:19 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini kalau dengar Papua Barat, orang hanya kenal Raja Ampat. Sayang, padahal tanah Papua Barat sangat luas untuk hanya dideskripsikan sebagai Raja Ampat.

Hal tersebut menjadi perhatian khusus saat bincang-bincang buku "Papua Barat Bukan Hanya Raja Ampat". Acara yang merupakan bagian dari rangkaian peluncuran buku ensiklopedia populer pulau-pulau kecil Nusantara seri Papua Barat di Kompas Travel Fair (KTF) 2014, JCC, Jumat (26/9/2014), mengundang banyak perhatian pengunjung.

"Ada 13 kabupaten dan 1 kota di Papua Barat, yang berpotensi bukan hanya Raja Ampat. Kaimana, Fak-fak, dan kabupaten lain juga punya potensi dan obyek wisata yang indah," ujar Asisten I bidang Pemerintahan Provinsi Papua Barat, Musa Kamudi.

BARRY KUSUMA Kepulauan Wayag di Raja Ampat, Papua.

Menurut Musa, yang menjadi kendala sehingga kabupaten lain tak sepopuler Raja Ampat ialah aksesibilitas dan infrastruktur. "Sarana dan prasarana memang penuh keterbatasan," tambahnya.

Tak hanya hal tersebut, isu konflik di Papua kadang mengakibatkan wisatawan urung datang. "Tanah Papua aman, gelaran internasional Sail Raja Ampat saja terlaksana dengan baik, harapannya dengan buku ini akan banyak orang yang mengunjungi dan menikmati perjalanan wisata di Papua Barat tak hanya Raja Ampat.

"Raja Ampat sebagai icon di Papua Barat begitu juat. Masih ingat kalau dulu orang luar kenal Indonesia dengan Balinya? Kini hal tersebut juga berlaku, persepsi turis soal Indonesia ialah Raja Ampat," ungkap Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad.

KOMPAS.COM/ESTU SURYOWATI Dermaga di Waiwo, Raja Ampat, Papua Barat.

Ada banyak sekali pulau di Papua Barat yang belum banyak diketahui. Tim Toponimi Kementerian Kelautan dan Perikanan mendata setidaknya ada 1.838 pulau di kawasan ini hanya baru 34 pulau yang ditempati penduduk. “Papua Barat sudah berumur 11 tahun, tetapi selama ini yang baru dipromosikan sebagai destinasi wisata memang baru Raja Ampat,” ungkap Bupati Raja Ampat, Marcus Manma.

Hal tersebut juga mendapat sambutan khusus dari Fransiskus Wellirang, seorang pengusaha yang memandang banyak potensi yang bisa dikembangkan di sana. “Kaki saya memang belum sampai ke tanah Papua tapi bukan berarti saya tak memperhatikan perkembangannya. Alangkah baik bila kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, dengan penduduk yang diberdayakan sebagai tour guide. Sorong dapat menjadi pilihan pelabuhan di masa depan. Hal-hal itu nantinya saya kira dapat menjawab dan memajukan Papua Barat,” ungkapnya.

KOMPAS.com/ESTU SURYOWATI Dermaga di Terminabuan jadi pusat aktivitas masyarakat Sorong Selatan, Papua Barat.

Selain sambutan baik dari Fransiskus, penyanyi kelahiran Papua Barat, Edo Kondologit juga turut member pendapatnya mengenai buku ini. “Asal saya dari Sorong, Papua Barat, tapi mungkin selama ini saya tak mengenal betul seluk-beluknya. Sampai-sampai saat membaca buku ini, seperti anak baru lahir yang baru melihat dunia. Oh ada ini ya ternyata. Lalu pertanyaan selanjutnya mengenai perhatian pemerintah khususnya yang sudah konsen terhadap Raja Ampat, apa dampaknya di kemudian hari?” ungkap Edo.

Tentang Buku

Seri Ensiklopedia Populer Pulau-Pulau Kecil Nusantara dengan judul Papua Barat: Tanah Para Raja di Kepala Burung Papua setebal 448 halaman ini dihargai Rp 180.000. Buku ini menjadi gambaran mengenai kekayaan, potensi dan tantangan yang ada pada pulau-pulau di Kawasan Raja Ampat, Papua Barat.

KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM Senja di pantai Pulau Triton, Kabupaten Kaimana, Papua Barat, beberapa waktu lalu. Pulau ini merupakan bagian kawasan konservasi laut Kabupaten Kaimana yang kaya keanekaragaman hayati bawah laut dengan jajaran bukit karst berhias lukisan dinding kuno di sekitarnya.

Sedangkan buku Papua Barat: Samudera Pasifik dan Laut Seram di Kepala Burung Papua dengan tebal 224 halaman menjadi gambaran yang memaparkan kondisi, potensi, peluang dan tantangan yang terdapat di sisi lain Provinsi Papua Barat, yaitu kawasan yang lebih dahulu berkembang. Di antaranya, Fakfak, Kaimana, Manokwari, Teluk Bintuni, Teluk Wondama hingga pulau-pulau kecil di bibir Samudera Pasifik. Saat ini dihargai Rp 90.000.

Mengupas Papua Barat sama dengan mengupas sejarah panjang kehidupan di sana. Pada dasarnya kehidupan di tanah Papua diyakini berawal, atau setidaknya bermula di sekitar Samudera Pasifik ini. Di Pulau Tafer dan Ugar di Kabupaten Fakfak misalnya, ditemukan gambar cadas di atas batu karang yang diyakini dibuat pada masa prasejarah. Di kawasan Kepulauan Tafer juga terdapat jejak Kerajaan Arguni yang warganya mayoritas beragama Islam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com