Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2014, 17:48 WIB
EditorI Made Asdhiana

Keindahan tenun Sabu dan Raijua sudah demikian tersohor hingga mancanegara, terutama tenun Raijua yang menampilkan motif lebih halus karena setiap ikatan motif pada lungsi hanya terdiri atas enam benang. Tak jarang kolektor asing berburu tenun Sabu Raijua langsung kepada petenun di desa-desa. Bahkan, tenun-tenun tua pun diburu.

Kemiskinan

Bagi Ina Henderina dan petenun Sabu lain, penghasilan tambahan dari penjualan tenun digunakan untuk keperluan hidup yang mendasar, yaitu pangan. Seperti disebut peneliti asal Jepang, Akiko Kagiya, dalam bukunya, Female Culture in Raijua (2010), Sabu Raijua dikenal sebagai pulau yang penduduknya jarang makan. Kondisi tanahnya demikian tandus dan gersang. Penggambaran Akiko itu tidak berlebihan sebab sejak dahulu orang Sabu Raijua memang jarang makan sehari-hari.

Pangan utama mereka adalah gula sabu, yakni semacam sirop kental yang dibuat dari sari buah lontar yang dimasak hingga menjadi karamel. ”Sejak dulu, pagi, siang, dan malam, kami hanya minum tuak (legen) dan gula sabu. Kalau ada kacang tanah atau daun-daunan yang bisa dimakan, kami makan dengan gula sabu. Sorgum kadang-kadang saja kalau ada,” kata Zadrak.

Kemiskinan yang menyesakkan di Sabu Raijua itu berangsur diretas sejak kawasan ini menjadi kabupaten empat tahun lalu. Bupati Sabu Raijua Marthen Dira Tome berusaha keras mewujudkan kemandirian pangan bagi penduduk Sabu Raijua. Hasilnya, kini kita bisa melihat ”keajaiban” yang mulai bertumbuhan di Sabu Raijua. Sawah hijau royo-royo pada musim panas, lahan sayur mayur dan buah terhampar. Semua sumber air yang ada dioptimalkan untuk pertanian melalui pipanisasi.

”Kami berusaha mandiri dahulu di bidang pangan walau tanah gersang dan miskin. Slogan kami, ’Sabu Raijua Juga Bisa’,” ujar Marthen.

Oleh karena itu, bisa dipahami bahwa pengembangan tenun sebagai komoditas di Sabu Raijua belum tergarap secara maksimal. Meski begitu, Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Sabu Raijua Lewi Tandirura mengatakan, koperasi tenun akan segera dibentuk dengan target meretas masalah krusial petenun, yakni soal pemasaran, selain pengadaan bahan baku.

KOMPAS/LASTI KURNIA Warga sabu mengunakan tenun dalam keseharian, Sabu Barat, Sabu Raijua, NTT, Rabu (10/9/2014)
Tengok saja perjuangan petenun Ina Margarita Dima (37) ketika tiba ”hari kapal”. Hari kapal adalah sebutan orang Sabu ketika ada kapal besar dari atau ke Kupang singgah di Pelabuhan Seba, di Sabu. Pada hari kapal, pelabuhan akan dipenuhi berbagai pedagang yang berjualan aneka barang, termasuk tenun. Ina Margarita harus keluar ongkos Rp 130.000 pergi-pulang untuk menumpang truk dan naik ojek dari tempat tinggalnya di Desa Lobohede, dua jam dari Seba. Namun, pagi itu Ina Margarita tampak masygul. ”Tenun selendang ketinggalan, padahal itu paling cepat laku,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Kendati hidup di Sabu begitu keras, lihatlah bagaimana transaksi jual-beli ala Sabu yang begitu mesra. Di pasar dadakan di pelabuhan itu, penjual dan pembeli tawar-menawar dengan penuh sayang. Calon pembeli menawar dagangan dengan mengusap- usap kepala penjual, termasuk mengelus pipinya. Senyum hangat dan suara lembut mewarnai suasana transaksi.

Kerasnya kehidupan dan kemiskinan yang mengimpit tak membuat perilaku mereka menjadi kasar, tetapi mewujud dalam bentuk kehangatan. (Sarie Febriane & Lasti Kurnia)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Cara ke Museum Tekstil di Jakarta Naik Kendaraan Pribadi

Travel Tips
10 Tempat Liburan Sekolah di Yogyakarta yang Wajib Dikunjungi 

10 Tempat Liburan Sekolah di Yogyakarta yang Wajib Dikunjungi 

Jalan Jalan
Cerita Penjual Barang Antik di Jalan Surabaya, Bertahan Lebih dari 40 Tahun

Cerita Penjual Barang Antik di Jalan Surabaya, Bertahan Lebih dari 40 Tahun

Jalan Jalan
10 Tempat Liburan di Jakarta Barat, Ada yang Gratis

10 Tempat Liburan di Jakarta Barat, Ada yang Gratis

Jalan Jalan
2 Bebek Raksasa Mengapung di Perairan Hong Kong, Ada Apa?

2 Bebek Raksasa Mengapung di Perairan Hong Kong, Ada Apa?

Travel Update
Kurma dan Cokelat, Produk Oleh-oleh Haji Paling Populer di Pasar Tanah Abang

Kurma dan Cokelat, Produk Oleh-oleh Haji Paling Populer di Pasar Tanah Abang

Travel Update
Omah Prahu 99, Tempat Nongkrong Asyik dengan Panorama Sunset Waduk Cengklik Boyolali

Omah Prahu 99, Tempat Nongkrong Asyik dengan Panorama Sunset Waduk Cengklik Boyolali

Jalan Jalan
Kisah Penjual Musik Lawas di Pasar Barang Antik, Malah Berharap Dagangan Tak Cepat Habis

Kisah Penjual Musik Lawas di Pasar Barang Antik, Malah Berharap Dagangan Tak Cepat Habis

Hotel Story
3 Air Terjun di Kabupaten Biak Numfor, Tak Jauh dari Pusat Kota

3 Air Terjun di Kabupaten Biak Numfor, Tak Jauh dari Pusat Kota

Jalan Jalan
Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Pasar Tanah Abang, di Mana Lokasinya?

Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Pasar Tanah Abang, di Mana Lokasinya?

Jalan Jalan
Sejarah Stasiun Rangkasbitung, Urat Nadi Perekonomian Rakyat Banten

Sejarah Stasiun Rangkasbitung, Urat Nadi Perekonomian Rakyat Banten

Travel Update
Awas Bisa Dipidana, Ini 18 Larangan dan Sanksi pada Pendakian Gunung Prau via Dieng

Awas Bisa Dipidana, Ini 18 Larangan dan Sanksi pada Pendakian Gunung Prau via Dieng

Travel Update
AP I Layani 6,2 Juta Penumpang pada Mei 2023, Tertinggi sejak Pandemi

AP I Layani 6,2 Juta Penumpang pada Mei 2023, Tertinggi sejak Pandemi

Travel Update
3 Spot Diving di Biak Numfor Papua, Bisa Lihat Bangkai Pesawat

3 Spot Diving di Biak Numfor Papua, Bisa Lihat Bangkai Pesawat

Jalan Jalan
Mengenal Danau Ranau, Lokasi Sport Tourism di Sumatera Selatan

Mengenal Danau Ranau, Lokasi Sport Tourism di Sumatera Selatan

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com