Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermula dari Sandal Jepit

Kompas.com - 03/10/2014, 17:36 WIB
BERAWAL dari hobi mengoleksi suvenir khas sejumlah daerah, Selamat Budianto (38) merintis usaha produk cendera mata khas Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dia membuat sandal, kaus, tas, topi, dan aksesori lain. Produk berlabel b-banjar itu kini menjadi oleh-oleh wajib wisatawan.

Selamat Budianto, yang akrab disapa Budi atau Boedie Banjar, merintis usaha produk b-banjar empat tahun silam, yakni pada Agustus 2010. Label b-banjar merupakan singkatan dari Boedie Banjar.

”Modal awal yang saya keluarkan untuk membuka usaha ini sekitar Rp 5 juta,” kata Budi saat ditemui di gerainya, beberapa waktu lalu.

Gerai b-banjar berlokasi di Jalan Ahmad Yani Kilometer 4,5, Banjarmasin.

Budi menyebut usaha yang dirintisnya itu sebagai sarana menyalurkan hobi dan kreativitasnya sekaligus memenuhi hasrat para wisatawan.

”Wisatawan yang datang ke Banjarmasin tentunya ingin pulang dengan membawa oleh-oleh khas Banjarmasin,” ujar lulusan Program Diploma III Pariwisata Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Universitas Merdeka Malang itu.

Produk pertama b-banjar adalah sandal jepit. Budi sengaja memproduksi sandal karena produk sandal khas
daerah masih jarang dijumpai.

”Di Kalimantan, sandal b-banjar merupakan produk sandal khas daerah yang pertama. Di luar Kalimantan, produk sejenis dapat ditemukan di Bali dan Yogyakarta,” kata bapak dua anak itu.

Sandal jepit bergambar pasar terapung, Pulau Kalimantan, dan bekantan (Nasalis larvatus) serta memuat kata-kata dalam bahasa Banjar diterima baik oleh pasar. Pesanan pun mengalir. Lama-kelamaan, konsumen tidak hanya memesan sandal, tetapi juga mulai memesan kaus oblong, tas, topi, dan aneka produk lain.

”Akhirnya, mau tidak mau produk b-banjar harus memenuhi permintaan pasar,” ujar Budi.

Bermitra

Menurut Budi, produk-produk b-banjar tidak dikerjakannya sendiri, tetapi dibuat perajin di Banjarmasin, bahkan di luar wilayah Kalsel. ”Dalam proses produksi, saya hanya mendesain produknya. Untuk memproduksinya, saya bermitra dengan beberapa perajin,” ucapnya.

Untuk sandal dan tas, Budi bermitra dengan perajin di Surabaya, Jawa Timur. Untuk kaus oblong, ia bermitra dengan perajin di Bandung, Jawa Barat, dan di Banjarmasin.

”Kaus oblong yang bergambar dikerjakan di Bandung, sedangkan yang bertuliskan kata-kata dikerjakan di Banjarmasin,” ujarnya.

Perajin yang menjadi mitra produk b-banjar umumnya sudah terkenal menghasilkan produk berkualitas baik. Maka, produk b-banjar umumnya dikenal bagus dan berkualitas. Produk tersebut juga dikemas baik dan menarik dengan harga jual yang cukup bersaing.

Kaus oblong untuk anak-anak dijual seharga Rp 65.000 per buah, sedangkan kaus oblong untuk dewasa dijual mulai dari Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per buah. Semua kaus yang dijual itu berbahan katun. Adapun sandal jepit dijual seharga Rp 25.000 per pasang dan topi dijual Rp 35.000 per buah.

Budi mengatakan, kaus oblong dan sandal merupakan produk yang paling banyak dicari konsumen sehingga produksinya pun cukup banyak. Produksi sandal jepit rata-rata 1.000 pasang per bulan, sedangkan kaus oblong rata-rata 200 potong per bulan.

”Jika ada acara pariwisata dan kebudayaan, produksinya bisa lebih banyak lagi,” katanya.

Promosi dan penawaran

Menurut Budi, produk-produk b-banjar bisa diperoleh di gerainya yang buka 24 jam sejak 1 Agustus 2014. Sebelumnya, gerai yang dikelolanya bersama istri dan seorang karyawan buka pukul 09.00-22.00 Wita.

Untuk memperluas jangkauan produk dan memudahkan masyarakat mendapatkan cendera mata itu, Budi bekerja sama dengan beberapa toko cendera mata dan hotel di Banjarmasin dan Martapura.

Di Banjarmasin, setidaknya ada 5 toko oleh-oleh, 2 toko sandal, dan 2 hotel yang menjual produk hasil kreasi Budi. Di Martapura, ada 4 toko di kompleks pertokoan Cahaya Bumi Selamat Martapura yang menjual produk serupa.

Mengikuti perkembangan zaman yang diwarnai kemudahan mengakses internet, Budi juga menawarkan produk-produknya lewat media sosial. Bahkan, ia juga membuat laman khusus untuk menawarkan produk b-banjar sehingga masyarakat dari luar Kalsel juga bisa mendapatkan cendera mata tersebut.

Pada 2013, Budi mendaftarkan nama produknya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mematenkan nama produknya dan mencegah penjiplakan hak cipta. Sampai saat ini, Budi masih menunggu hak paten itu keluar.

Menurut Budi, produk-produk b-banjar tidak hanya menjadi oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke Banjarmasin, tetapi juga menjadi media untuk mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Kalsel, khususnya yang ada di Kota Banjarmasin. Pada produk itu ditampilkan gambar pasar terapung, rumah adat Banjar, dan kata-kata dalam bahasa Banjar.

Budi yakin Banjarmasin termasuk salah satu destinasi wisata yang menarik di Indonesia. Ia pun berharap orang yang pernah datang ke Banjarmasin dan mengenakan produk b-banjar bisa menarik wisatawan lain untuk datang ke Banjarmasin. (Jumarto Yulianus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com