Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foteviken, Kembali ke Masa Viking

Kompas.com - 07/10/2014, 10:17 WIB
MEMASUKI gerbang kampung Viking Foteviken di Vellinge, Swedia, seperti memasuki mesin waktu yang membuat pengunjung kembali ke awal abad ke-12, masa ketika para Viking masih berjaya. Di kampung ini, perempuan dan laki-laki sibuk dengan kesehariannya; menyamak kulit, memanggang roti, dan menempa mata panah.

Seorang pria bertubuh gempal berpakaian ala petarung Viking lengkap dengan zirah dari untaian besi serta pelindung kepala mengarahkan beberapa pengunjung ke balairung, tempat para bangsawan bertemu. Balairung kayu berlangit-langit tinggi itu merupakan bangunan terbesar di Fotevikan. Di dalam bangunan, pria itu lalu menunjukkan sisi-sisi bangunan yang dipenuhi deretan perisai kayu aneka warna yang dibumbui aneka ragam simbol.

Simbol di tiap perisai itu merupakan lambang kelompok Viking yang pernah mendatangi balai pertemuan itu, serta bersumpah menjaga Hukum Foteviken.

Begitu menjejakkan kaki keluar balairung, aroma harum roti yang dipanggang menyeruak. Balairung itu hanya terpaut belasan meter dari rumah pembuat roti. Fredrik (38), seorang Viking, menawarkan roti putih yang dipanggang kering ke pengunjung. Ia mengiris kecil-kecil roti yang didominasi rasa asin itu. Ketika tak ada lagi pengunjung yang menjajal roti, ia mengalihkan perhatian ke tungku pemanggang roti.

Di halaman depan rumah pembuat roti itu terdapat gerobak kayu. Di situ tergeletak beberapa kapak bergagang kayu yang biasa digunakan para petarung Viking, serta dua helm besi dan satu perisai. Pengunjung biasa menggunakan properti itu untuk berfoto sembari bergaya ala Viking dengan latar belakang perkampungan Viking.

Tidak sekadar balairung dan rumah pembuat roti, di Foteviken juga terdapat bangunan lain laiknya kampung sungguhan pada masa Viking. Ada rumah pedagang, pandai besi, pembuat gerabah, penegak hukum, tukang kayu, dan rumah untuk budak. Selain itu, ada pula bangunan untuk menyimpan biji-bijian dan ternak.

Bangunan di kampung itu mayoritas berbahan kayu kusam dengan langit-langit pendek. Selain permukiman, ada pula menara penjaga, area panahan, serta area eksekusi untuk menghukum penjahat.

KOMPAS/ANTONY LEE Sukarelawan berpakaian ala Viking di Museum Foteviken atau dikenal juga sebagai Kampung Viking Foteviken di Vellinge, Swedia, Kamis (7/8/2014), membuat roti di salah satu rumah Viking yang berdiri abad ke-12.
Museum Foteviken atau lebih kerap disebut kampung Viking Foteviken berada di lahan seluas 7 hektar, sekitar 30 menit perjalanan darat dari Malmo, kota terbesar ketiga di Swedia. Lokasi museum terbuka itu berada persis di bibir pantai yang memisahkan Swedia dan Denmark. Fotevikan diklaim sebagai satu-satunya museum di dunia yang berupaya menciptakan kembali sebuah kota/kampung pada masa Viking berdasarkan temuan arkeologi dan material bersejarah lainnya.

Museum Foteviken ini dibangun pada 1995 sebagai museum yang dikelola kota Vellinge. Museum terbuka ini berada di bekas lokasi pertempuran Foteviken yang berlangsung pada 1134 masehi. Peperangan kala itu disulut perebutan takhta Kerajaan Denmark.

Daerah Skane (Scania) masa itu berada di bawah kekuasaan Denmark, dengan kota Lund, sekitar 30 menit perjalanan darat dari Malmo, sebagai pusat keuskupan di kawasan Skandinavia. Skane kembali dikuasai Swedia pada abad ke-17.

Sukarelawan Viking

Salah satu keunggulan Foteviken ialah keberadaan para sukarelawan yang berperan sebagai Viking di kampung itu. Mereka tak sekadar aktor yang berakting dan berpakaian ala Viking, tetapi para sukarelawan itu ”menjiwai” peranannya.

Sebagian di antara mereka kerap bermalam di rumah-rumah kayu di Foteviken agar merasakan hidup laiknya seorang Viking. ”Itu yang menjadi bagian paling menyenangkan menjadi sukarelawan. Ketika museum tutup kami bisa tinggal di sini, menjadi Viking. Saya punya kuncinya,” kata Fredrik yang sudah 13 tahun menjadi sukarelawan.

Menurut dia, setidaknya kini ada 40 sukarelawan di Foteviken. Sebagian besar memiliki properti pribadi, kendati ada pula beberapa kostum yang disediakan oleh manajemen museum.

KOMPAS/ANTONY LEE Pengunjung Situs Megalitik Ales Stenar di Ystad, Skane, Swedia, yang berada di perbukitan yang berbatasan langsung dengan Laut Baltik, akhir Juli lalu. Situs megalitik itu diperkirakan berasal dari masa 1.000 tahun lalu, tetapi ada pula arkeolog yang menduga susunan batu itu berasal dari masa 2.500 tahun lalu dengan fungsi astronomi seperti laiknya situs Stonehenge di Inggris.
Sebagai sukarelawan, tidak ada jumlah waktu yang mereka harus habiskan di Foteviken. Namun, mereka punya pertemuan rutin berkala di Foteviken.

Selain itu, pada waktu-waktu tertentu, komunitas Viking dari daerah lain, bahkan negara lain turut hadir seperti pada peringatan pertempuran Foteviken yang diselenggarakan tiap Juni. ”Ada sekitar 500 Viking dari negara lain yang hadir. Ada yang dari Australia, termasuk juga ada yang dari Jepang,” kata Fredrik.

Dalam acara itu, mereka ”mengulang” pertempuran dengan atribut perang. Karena itu, jika ingin melihat ratusan Viking, Fredrik menyarankan untuk datang ke Foteviken pada saat musim panas. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com