JAKARTA, KOMPAS.com – Bagaimana caranya mendatangkan wisatawan dalam jumlah banyak dalam satu waktu? Jawabannya adalah MICE atau Meeting, Incentive, Convention and Exhibition. Menurut data BPPI atau Badan Promosi Pariwisata Indonesia, potensi transaksi MICE tiap tahunnya bisa mencapai Rp 400 triliun. Bukan angka yang kecil buat pertumbuhan ekonomi negara.
"Setiap acara MICE itu transaksinya banyak yang terjadi. Bayangkan kalau setiap tahun ada 1.000 pameran besar," kata Ketua BPPI Wiryanti Sukamdani.
Menurut Wiryanti, pemerintah ke depan harus lebih serius menangani MICE agar bisa menjadi sumber pemasukan negara. "Di mana ada pariwisata di situ pasti ada pemasukan buat masyarakat," ujarnya. Lebih lanjut Wiyanti mengatakan, semua pihak harus turut mendukung seperti penyediaan sarana dan prasarananya.
Dalam catatan Kompas.com setidaknya ada tiga catatan besar untuk menjadikan MICE sebagai ujung tombak pariwisata nasional.
1. Sarana dan prasarana yang terintegrasi
Setidaknya membutuhkan bangunan gedung berkapasitas 6.000 orang untuk memenuhi standar penyelenggaraan MICE. Sementara Indonesia hanya memiliki 6 gedung di 6 daerah dengan standar MICE sekelas internasional yaitu: Bali International Convention Centre, Jakarta Convention Centre, Jatim Expo, Jogja Expo Centre, Hotel Aston Balikpapan, dan Celebes Convention Centre.
Belum lagi harus dipikirkan membangun jalur transportasi dan sistem informasi yang terintegrasi. "Di Singapura, monorel dari Bandara Changi bisa langsung ke gedung Expo. Nah di Jakarta, ke Jakarta Convention Centre sudah macet, susah pula bus-nya," ucap Ernes K. Remboen dari PT Dyandra UBM Internasional, salah satu penyelenggaran MICE besar di Indonesia.
Lebih lanjut bila bangunan konvensi atau konferensi sudah banyak harus dipikirkan bagaimana agar gedung–gedung tersebut tetap bisa produktif. "Bagaimana mau dipakai kalau bangunannya jauh dari mana–mana dan susah transportasi. Akhirnya sepi," ujar Wiryanti.
2. SDM dan penyelenggara yang siap dan profesional
MICE otomatis akan membutuhkan banyak tenaga kerja. Mulai sopir, jasa pendamping, sampai pelaku bisnis. Cara kerja MICE juga beda dengan kawasan wisata biasa. MICE membutuhkan persiapan yang banyak dan waktu lama. "Satu acara saja bisa setahun persiapannya," kata Ernest.
Setidaknya penyelenggara atau Event Organizer suatu acara MICE kerjanya mulai mencari klien, penataan, kerja sama antar pihak terkait, dan yang penting bagaimana cara agar acara berlangsung menarik sehingga banyak yang datang. "SDM adalah masalah besar dalam MICE tapi bagaimana pun SDM kita harus siap," ujar Ernest.
3. G to G dan B to B
Pihak bisnis tidak bisa berjalan sendiri tanpa peran aktif pemerintah. Jika pintu kerja sama terbuka maka bisnis akan mengalir dengan sendirinya. MICE bukan hanya tanggung jawab pihak Kemenparekraf tapi juga semua lini pemerintahan.
Misalnya saja konferensi antarnegara bisa membawa ribuan turis yang datang. Termasuk acara–acara kompetisi olahraga atau karnaval tingkat internasional. Bayangkan ribuan turis akan menginap di ribuan kamar hotel, makan di restoran, ditambah belanja suvenir. Begitu banyak transaksi yang menghidupkan ekonomi lokal.
Ernest mengungkapkan, "Seharusnya no days without hot event. Tiada hari tanpa acara menarik".
Wiryanti menambahkan, "Kita ini surganya MICE. Semuanya ada, pantai, gunung, laut, hutan. Semua itu yang dicari turis”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.