Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Erau, Pestanya Rakyat Kutai

Kompas.com - 07/10/2014, 13:22 WIB
KOMPAS.com - Ketika orang  bicara tentang Kutai Kartanegara, maka yang mengemuka adalah cerita tentang industri pertambangannya. Ya,  kabupaten ini, memang masyhur sebagai penghasil batubara kelas terbaik. Dari  hasil pertambangan itu pula, Kutai Kartanegara membangun sektor perekonomian, dan lebih maju dibanding kabupaten lainnya.

Namun,  daya tarik Kutai Kartanegara tak hanya pada hasil tambangnya,  tapi juga di pergelaran budaya yang dilaksanakan rutin setiap tahun.  Pergelaran yang digelar marathon 7 hari 7 malam ini tak lepas dari sejarah Kutai Kartanegara yang disebut-sebut sebagai kerajaan tertua di bumi Indonesia.

ARSIP KOMPAS TV Feri gratis yang disediakan Pemkab Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, bagi warganya untuk menyeberang dari Tenggarong ke Samarinda.
Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura (martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama.  Pemerintahan kesultanan berakhir seiring kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.  Sebagai  upaya pelestarian budaya dan adat Kutai, tahun 2001, pemerintah daerah kemudian menghidupkan kembali Kesultanan Kutai.

Hidupnya Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni Putera Mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.

ARSIP KOMPAS TV Pelabuhan rakyat untuk kapal lalu lalang menyeberangkan kendaraan roda empat dan sepeda motor dari Tenggarong ke Samarinda, Kalimantan Timur.
Saling beriringan dan harmonisasi antara pemerintah daerah dan kesultanan, dapat dilihat dari perayaan Festival Erau. Di sejumlah pelaksanaan upacara tradisonal Bupati Kutai Kartanegara, Rita Wdyasari bersebelahan dengan Putra Mahkota Kesultanan menjamu masyarakat dan tamu festival dari berbagai negara.

Festival Erau merupakan festival budaya tertua yang ada di Indonesia. Dulunya, Erau merupakan acara tijak tanah dan mandi ketepian dari Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, yaitu Aji Batara Agung saat berusia lima tahun. Selanjutnya upacara Erau dilaksanakan setelah Aji Batara dewasa dan menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama.

Baseprah

Ritual makan bersama kepala pemerintahan daerah dan putra mahkota dan seluruh masyarakat Kutai disebut dengan Baseprah.  Kain panjang, digelar sebagai alas di tepi Sungai Mahakam kira-kira  1 kilometer panjangnya. Pemimpin dan rakyatnya duduk bersama, menyantap hidangn khas daerah setempat.

ARSIP KOMPAS TV Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dalam ritual adat Baseprah.
“Tujuannya apa, tidak lain utuk mendekatkan raja dan rakyat. Kita orang keraton hanya orang-orang tertentu yang bisa bertemu dengan beliau bagaimana sultan mendekatkan diri dengan rakyat,” kata Asmuni, Kepala Rumah Tangga Kesultanan Kutai Kartanegara.

Istana sendiri memasang sebuah tenda untuk para keluarga kesultanan di depan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Keluarga kerajaan makan dan berkumpul di tenda tersebut, bersama warga yang ingin mengenal keluarga kerajaan.

Uman Undat

Rangkaian Festival Erau tak hanya berlangsung di Tenggarong, pusat ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara. Lung Anai, sebuah desa adat Dayak Kenya, yang berjarak 30 kilometer dari kota juga menggelar upacara Uman Undat. Penyelenggaraan upacara Uman Undat untuk mengucap syukur atas hasil panen yang mereka dapat.

ARSIP KOMPAS TV Tumbuk Tepung, bagian dari upacara panen raya Uman Undat di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Upacara uman undat dibuka dengan pemukulan gong oleh tamu kehormatan dan penumbukan beras dalam sebuah lesung panjang menggunakan elu atau kayu sepanjang dua meter.  Masyarakat menumbuk beras hingga menjadi tepung. Tepung yang sudah halus kemudian dimasukkan ke dalam bambu muda, lalu dibakar hingga matang. Tepung yang sudah matang itulah yang disebut Undat.

Panen raya Uman Undat dimeriahkan dengan sejumlah pergelaran tari-tarian dan lomba ketangkasan melempar panah.

Bapelas

Setiap malam selama Festival Erau berlangsung, Museum Mulawarman menggelar ritual adat Bapelas.  Pihak kesultanan menggelar Bapelas sebagai pemberitahuan kepada roh-roh gaib dan makhluk halus  bahwa raja sedang mengadakan pesta.

ARSIP KOMPAS TV Kapal kayu di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, yang menyeberangkan kendaraan dan penumpang dari Tenggarong ke Samarinda.
Ritual ini sekaligus mengundang kepada roh-roh gaib dan makhluk halus untuk turut menyaksikan dan memelihara jalannya upacara. Putra Mahkota menandai hari pelaksanaan ritual dengan membunyikan gong sesuai jumlah hari Bapelas berlangsung.

Belimbur

Puncak Festival Erau ditutup dengan acara mengulur naga. Acara ini menurut legenda rakyat Kutai berkaitan dengan kelahiran Putri Karang Melanu, istri dari Pangeran Aji Batara Agung Desa Sakti. Pangeran disebut-sebut sebagai titisan Naga.

Replika naga yang selama ini disimpan di kanan dan kiri museum. Di sayap kanan adalah replika Naga Laki dan sayap kiri, Naga Bini. Keduanya kemudian diturunkan pagi hari setelah mendapat persetujuan dari Putra Mahkota Kesultanan Kutai.  

Masyarakat umum mengiringi para punggawa saat mengulur atau membawa naga ke Sungai Mahakam. Masyarakat meyakini memegang sisik naga yang terbuat dari kain berwarna warni memberi berkah tersendiri bagi mereka. Naga akan dibawa ke Kutai Lama, tempat kepala naga disemayamkan.

ARSIP KOMPAS TV Dayu Hatmanti ikut bermain air dalam Belimbur di Festival Erau, Kabupaten Kartanegara, Kalimantan Timur.
Ketika naga telah sampai di Kutai Lama, kemudian utusan membawa kembali air tuli air dari Kutai lama ke Tenggarong. Air Tuli kemudian diserahkan kepada sesepuh atau pejabat untuk dipercikan kepada masyarakat yang hadir dalam upacara mengulur naga. Pada saat itu juga Belimbur dimulai.

Untuk memeriahkan Belimbur. Pemerintah daerah menyediakan dua mobil pemadam kebakaran untuk menyemprotkan air masyarakat. Air berasal dari Sungai Mahakam. Masyarakat yang terkena semprotan air tidak boleh marah. Karena hari itu seluruh pelosok Kutai dibasahi air sungai Mahakam.

Pesut Mahakam

Selama di Kutai Kartanegara, Explore Indonesia tidak hanya mengikuti perhelatan akbar Festival Erau. Dayu Hatmanti bersama komunitas "Save Pesut Mahakam" menyusuri Sungai Mahakam melalui Kota Bangun.

Kami bermaksud melihat secara langsung pesut mahakam yang semakin hari jumlahnya semakin sedikit. Saat ini jumlahnya sekitar 97 ekor saja. Pesut berkurang populasinya karena semakin tingginya utilitas Sungai Mahakam. “Kalau karena tersangkut jaring nelayan sudah tidak ada lagi,” kata Bang Inal, Ketua Komunitas Save Mahakam.

ARSIP KOMPAS TV Pesut Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.
Pesut mulai sulit bertahan di Sungai Mahakam lantaran ramainya lalu lintas sungai. Tak hanya perahu kayu bermotor tapi juga tug boat pembawa batubara ke laut lepas. Pesut Mahakam mirip dengan lumba-lumba di laut. Pesut bernapas dengan paru-paru. Jika populasinya banyak, tidak akan sulit melihatnya berenang di permukaan sungai. Pesut juga mulai menjauh dari daerah sungai yang ramai lalu lintasnya.

Apakah Dayu dan Explore Indonesia bisa melihat pesut-pesut tersebut di Sungai Mahakam? Yuk, ikuti perjalanan Explore Indonesia di Kompas TV, Rabu 8 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB. (Fitri Oktarini/Adelia Devita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com