Begitu juga saat menelusuri Luweng Jaran. Awalnya, kami menyepakati akan keluar mulut goa saat sore atau sebelum gelap. Nyatanya, kami baru mulai meniti tali keluar mulut goa sekitar pukul 19.30.
Meski berada di bawah tanah, para penelusur goa tidak pernah memusuhi kegelapan. Sebab, kegelapanlah yang membentuk kesadaran betapa berharganya cahaya. Setelah keasyikan berada dalam gelap, mereka akan merindu secercah sinar matahari. Cahaya yang menuntun mereka menemukan jalan pulang, membawa kembali ke peradaban.
Luweng Jaran dieksplorasi pertama kali oleh tim ekspedisi asal Australia tahun 1987. Berdasarkan hasil pemetaan dari berbagai penelusuran, lorong Luweng Jaran membentang sepanjang 17 kilometer.
Sekretaris Desa Jlubang, Ponijan, menuturkan, warga setempat menamai goa ini Luweng Jaran sesuai dengan dongeng kuno yakni, kisah mengenai seorang pengelana yang hanyut ke dalam goa beserta kuda yang ditunggangi. Saat itu, hujan deras sedang mendera Desa Jlubang sehingga air bah datang cukup cepat masuk ke mulut goa.
Setelah itu, Luweng Jaran banyak menarik minat penelusur goa dan pegiat alam. Masyarakat setempat menyadari, hal ini akan mendatangkan pemasukan dari kegiatan wisata minat khusus. Mereka kemudian membangun gapura berhiaskan patung kuda yang menjadi penunjuk arah masuk ke Desa Jlubang, tempat Luweng Jaran berada.
Selama Januari-September 2014, sebanyak 48 penelusur goa yang mengeksplorasi Luweng Jaran. Mereka umumnya mahasiswa pencinta alam dan peneliti.
Luweng Jaran merupakan salah satu dari 13 geosite (situs geologi) di Kabupaten Pacitan. Goa ini memiliki sistem pergoaan terpanjang di Jawa dengan jaringan lorong dan sungai bawah tanah yang rumit serta hiasan yang langka. Pemerintah setempat mengusulkan kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) agar kawasan ini ditetapkan sebagai geopark dunia.
Keelokan Luweng Jaran tak terlepas dari panorama struktur geologi yang tersebar di dinding, atap, bahkan lantai goa. Namun, akses dan mulut goa yang vertikal tidak membuat goa ini banyak didatangi. (Harry Susilo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.