Pada hari itu, warga Desa Adat Kapal menggelar siat tipat bantal di depan Pura Desa dan Pura Puseh Desa Adat Kapal. Tradisi siat tipat bantal atau Aci Rah Pengangon digelar setiap satu tahun sekali.
Siat berarti perang. Dalam peperangan itu, warga dibagi dua kelompok. Senjata yang digunakan dalam peperangan berupa tipat atau ketupat dan bantal atau penganan dari ketan yang dibungkus janur dan berbentuk lonjong.
Lalu lintas kendaraan dari arah Denpasar menuju Mengwi dan sebaliknya yang akan melintasi Jalan Raya Kapal dihentikan. Keriuhan warga di tengah jalan itu bertambah dengan suara gong yang ditabuh dan ceng-ceng yang dipukulkan. Sorak sorai warga yang menonton turut membakar semangat peserta perang ketupat dan bantal.
Peperangan yang berlangsung sekitar 40 menit itu cukup sengit, tetapi tidak ada permusuhan. Bahkan, seusai perang, semua warga desa yang terlibat siat tipat bantal saling menyalami. ”Tradisi ini bukan dilandasi permusuhan,” kata I Made Wartika, Petajuh (Wakil) Bendesa Desa Adat Kapal. ”Landasan filosofis tradisi ini adalah persembahan dan permohonan kepada Tuhan agar memberi kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh warga Desa Kapal,” tambah Wartika.
Kabupaten Badung adalah jantung pariwisata Bali. Badung memiliki tempat wisata yang mendunia, seperti Pantai Kuta di wilayah selatan. Badung dan Bali umumnya memiliki beragam tradisi unik dan menarik yang menjadi penambah daya tarik wisata. Tradisi itu berakar dari budaya yang tumbuh dan hidup sejak ribuan tahun silam. Siat tipat bantal termasuk di antaranya. Tradisi ini dijalankan warga Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, sejak abad ke-14 Masehi.
Atraksi ini bermula dari petunjuk gaib yang diterima Ki Kebo Iwa, patih kerajaan Bali, pada abad ke-14 Masehi. Ketika patih kerajaan Bali bersemedi di Kahyangan Purusada di Desa Kapal, Ki Kebo Iwa bertugas membuat persembahan Aci Rah Pengangon dengan sesajen berupa tipat dan bantal. Tujuannya agar paceklik di Bali segera berakhir dan masyarakat Bali memperoleh kemakmuran.
Ketupat menyimbolkan pradana, yang dalam tradisi Hindu di Bali mencerminkan unsur feminin. Sementara bantal menyimbolkan purusa atau unsur maskulin. Pertemuan kedua unsur itu, yakni purusa dan pradana, dipercaya memberikan kemakmuran dan menjaga kelangsungan hidup. Desa Kapal berada di jalur strategis pariwisata Bali. ”Jalan Raya Kapal adalah akses penting dalam perhubungan Denpasar, Badung, dan Tabanan,” kata Ardana, anggota DPRD Kabupaten Badung.
Bertahan
Warga Desa Adat Kapal tetap memegang teguh tradisi menghaturkan ketupat dan bantal dalam persembahyangan di pura. Bahkan, mereka juga tidak menjual ketupat dari janur selain sebagai persembahan. Tradisi ini hanya digelar pada bulan keempat dalam penanggalan Bali, yakni September dan Oktober, masa setelah musim panen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.