Sesilia Tipung (24), perajin anyaman dari suku Dayak Aoheng, mengungkapkan, masyarakat Dayak di kampungnya di Kecamatan Long Bahun, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, semakin sulit mencari bahan baku anyam-anyaman, seperti rotan, pandan hutan, dan bambu. ”Hutan di tempat kami habis dibabat untuk perkebunan sawit. Kami akhirnya menanam sendiri rotan, pandan hutan, dan bambu untuk mencukupi kebutuhan bahan baku anyam- anyaman,” ujarnya, Jumat (7/11/2014), di sela-sela Pameran Budaya Sei (Sungai) Mahakam di Bentara Budaya Jakarta yang digelar 6-16 November 2014 oleh Yayasan Total Indonesia dan Bentara Budaya Jakarta.
Selain bahan baku yang langka, para perajin anyam-anyaman di Kalimantan Timur kini juga makin langka. Di Long Bagun saja sekarang tinggal tersisa sekitar 50 perajin yang sebagian besar adalah wanita tua. ”Anyam- anyaman tradisional Dayak nyaris punah karena hampir tidak ada lagi anak muda yang tertarik belajar kerajinan yang rumit ini,” ucap Sesilia.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup per Maret 2014 (Kompas, 3 April 2014), sebanyak 41,6 juta hektar atau 72,63 persen luas daratan di Kalimantan, termasuk Kalimantan Timur, telah dikapling bagi tambang, perkebunan, dan industri kayu. Jika pembukaan lahan terus dibiarkan, keragaman budaya dan kearifan lokal masyarakat akan makin terpinggirkan. (ABK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.