Pede, sebelum Labuan Bajo menjadi destinasi wisata, kawasan seluas 4,5 hektar itu menjadi ruang publik masyarakat Manggarai Raya. Tetapi, sejak awal 2013, pantai itu dialihkan ke PT Sarana Investama Manggabar (SIM). Sesuai rencana PT SIM akan membangun hotel bintang lima di situ. Penyerahan hak guna usaha (HGU) dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) kepada SIM, ditentang masyarakat setempat.
Ansel Jemaat, di Labuan Bajo, Selasa (4/11/2014), mengatakan, uang bukan segala-galanya untuk masyarakat Manggarai Raya. Penguasaan Pantai Pede oleh pengusaha, tidak berdampak positif bagi tata cara hidup, pola pikir, tradisi, adat, dan kebersamaan masyarakat Manggarai Raya. Tradisi dan pola hidup masyarakat Manggarai Raya antara lain terbentuk melalui kebersamaan di pantai itu.
”Anak-anak berolahraga di sini. Mereka membentuk karakter mereka sebagai generasi Manggarai yang dekat dengan alam. Persaudaraan dan kebersamaan kami sebagai warga Manggarai, terikat pada satu bahasa daerah, adat istiadat, dan tradisi lokal, terbentuk di sini,” kata Ansel.
Kepala Desa Gorontalo, Labuan Bajo Aladin Nahazar mengatakan, Pantai Pede selama ini menjadi ruang publik bagi masyarakat Manggarai Raya. Berbagai kegiatan massal diselenggarakan di pantai itu antara lain, arisan keluarga (suku), natal bersama, halalbihalal, temu pisah guru dan kepala sekolah, olahraga (berenang) siswa sekolah, kegiatan (rekreasi, olahraga tarik tambang, dan voli pantai) 17 Agustus, dan bahkan puncak Sail Komodo 2013 berlangsung di pantai itu.
Sebelum Labuan Bajo menjadi destinasi wisata nasional dan internasional, masyarakat Manggarai Raya setiap Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur mendatangi pantai itu untuk berekreasi. Anak-anak sekolah yang melakukan latihan berenang, dan kegiatan olahraga lain pun berlangsung di pantai itu.
Pantai itu telah diapit hotel berbintang seperti La Prima, Bintang Flores, dan Hotel Jayakarta di bagian timur dan barat. Pede masih menyisakan semangat dan harapan bagi masyarakat lokal yang datang ke lokasi itu untuk berekreasi, dan nelayan masih sempat menambatkan perahu di sana.
Ia menilai, hampir 80 persen pesisir pantai di Labuan Bajo termasuk sejumlah kecamatan di Manggarai Barat sudah dikuasai pengusaha dari luar. Luas Manggarai Barat 10.000,47 km2, terdiri dari luas daratan hanya 2.947,50 km2, sedangkan luas lautan 7.052,97 km2. Jika kawasan daratan dikuasai pemodal 80 persen atau 2.358 km2, masyarakat asli Manggarai Barat semakin tersingkir.
”Pengalaman di daerah lain, ketika pemodal menguasai wilayah-wilayah strategis, masyarakat setempat akan tersingkir, dan menjadi penduduk paling marjinal di daerah itu. Masyarakat asli Labuan Bajo dan Manggarai Raya pun akan mengalami situasi seperti itu,” kata Aladin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.